Gapura di depan rumah |
Salah satu nasehat agama yang penting untuk kita wujudkan bersama adalah:
Ketenteraman Keluarga.
Ketenteraman keluarga adalah syarat utama untuk membangun surga dunia. Ada
keluarga kecil, Ada keluarga besar, ada keluarga suku, ada keluarga bangsa dan
seterusnya. Kita diperintah untuk membangun semua jenis keluarga tersebut agar berdiri
kokoh dan cahaya keindahan Islam memancar dari dalamnya.
Rumah secara fisik adalah bangunan yang berfungsi untuk tempat tinggal serta
perlindungan dari terik dan dingin. Secara filosofis, orang Barat menyebut rumah
sebagai home, home is where our story begins. Agama Islam sangat menekankan untuk membangun,
mengurus, dan menciptakan rumah sebagai ring dan tameng perlindungan dari
serangan-serangan kerusakan.
Jika itu terwujud, maka istilah baity jannaty sesungguhnya bisa
dicapai.
Sedikit etimologi untuk kita pahami, tentang posisi dan fungsi rumah bagi
manusia: bahwa rumah dalam bahasa Arab, Bayt didahului huruf hija’i,
ba’, adalah huruf setelah alif. Jika Alif adalah tegak yang representasinya
menuju pada spiritualitas dan penghambaan kepada Allah, maka Ba adalah
lengkungan bergambar cawan untuk menampung semua harkat kemanusiaan kita. Salah-benarnya
perilaku kita, baik-buruknya kita, jelek dan indahnya kita semua.
Kemudian diikuti dengan ta. Menurut saya, ta adalah sarana
keabadian untuk pedoman dalam mengarungi perjalanan zaman. Maka Allah
menciptakan kalam-Nya degan cara diabadikan melalui goresan huruf. Pedoman
mesti dituliskan agar abadi. Begitupula manusia, semua amalnya pun akan dicatat supaya ada bukti dokumen otentik sebagai bukti jika nantinya lupa.
Tanpa adanya kesadaran ta’, takkan ada Tulisan, adanya hanya
ucapan-ucapan (Tu)Lisan.
Jadi, ba adalah aksara khusus menyebut wadak kemanusiaan kita, semua
akan ditampung selama manusia hidup di dunia. Setelah manusia mati, barulah kemudian
ba’ akan berlabuh ke ahirat dengan mambawa semua amal perbuatan kita untuk
dibogkar dan diperhitungkan.
Sebagai penguat argumen kecil tersebut, kita tahu, orang kita menyebut
tempat air di kamar mandi = bak mandi, menyebut tempat mengangkut sebagai
bak truk, dll. Semua orang paham bagaimana ba’ dipakai untuk
menyebut benda-benda yang berguna sebagai penampung.
Aksara global telah setuju itu, terbukti pada kesamaan tunggal dan
melampaui segala bentuk peradaban. Alif, ba, ta, - alfa, beta, teta, - a b c, dan seterusnya.
Nasehat Ulama
Telah basah telinga ini dengan nasihat ulama, sehingga tutur kearifan itu
benar-benar meresap ke dasar batin dan berbuah pada perilaku-perilaku yang
mulia.
“Jika ingin mendapatkan keluarga yang tentram, jangan lupa
ucapkan salam dan bacalah surat al-ikhlas ketika masuk rumah. Jika
kamu ingin kaya maka akan kaya. Kalau ingin cinta maka akan keluargamu akan
dipenuhi cinta.”
Mengapa bisa begitu? Sekian detik saya termenung oleh pertanyaan ini.
Ya. Saya ketemu tiga kata kunci untuk menguraikan secara logis mengenai pesan simbolik di atas: yaitu: Salam, Alikhlas dan Masuk Rumah.
Begini penjabarannya.
Pertama, Makna salam
adalah ungkapan sekaligus harapan tertinggi yang mewakili tujuan dihidupkannya
manusia di dunia. Salam di sini berarti "berserah". Sesuatu
yang mengisyaratkan bahwa manusia yang selamat adalah mereka yang berserah
kepada Tuhannya. Ia sangat menyadari apa saja yang dilakukannya untuk pribadi
dan orang lain tidak lain hanya untuk Allah.
Bagi umat Islam, mengucapkan salam adalah hak, tapi menjawabnya
justru kewajiban. Ini dialektika Allah menghubungkan manusia dengan tali
imajiner berupa salam. Tali itu sangat kuat dan tidak akan bisa putus bahkan
ketika diantara mereka saling membenci.
Kedua, Al-ikhlas.
Mengapa mambaca al-ikhlas, bukan surah yang lain? Kita mesti tahu, tidak
ada kata ikhlas di dalam surah al-ikhlas. tetapi lebih pada substansial, bahwa
ikhlas yang sebenarnya adalah mengakui Allah sebagai Rabb, Malik,
dan Ilah. Pengakuan
kita pada jabatan, harta, atau popularitas, semua tiada bernilai apa-apanya.
Jika al-ikhlas didekati dengan kacamata sosial, maka artinya adalah:
suatu sikap ikhlas pada
perbuatan baik, mestinya perlu disebarluaskan untuk menarik simpati. Tetapi dengan maksud agar perbuatan baik itu dicontoh banyak orang.
Sedangkan secara filosofis, alasan membaca surah ikhlas berarti
meng-ikhlas-kan semua yang telah terjadi. Dalam sehari itu, jika di jalan Anda jengkel di tengah macet. Jika Anda karyawan ketika dimarahi
boss, jika Anda guru dengan murid-murid yang bikin nagis, jika Anda lemah
menghadapi kenyataan, ikhlaskanlah semua itu. Lepaskan semua masalah di luar rumah,
Sehingga Anda masuk rumah dalam keadaan rela, ikhlas semua adalah kehandak
Allah.
Ini sagat bagus untuk kita semua, karena kita akan steril dari sesuatu yang
menambah beban pikiran, kembali dalam kondisi fresh, berkumpul bersama
keluarga dalam pergaulan sehat dan waktu berkualitas.
Tetapi jika kita pada hari itu terlibat pada keburukan yang menagarah
maksiat, maka makna ikhlas adalah pintu kesadaran untuk kembali kepada
Allah. Bertaubat sebelum langkah kaki menginjak pintu rumah. Sebagian
rumah terdapat pintu gapura di bagian depan, ini pengingat bahwa Allah maha ghafur
yang artinya Allah maha pengampun.
Ketiga, Masuk Rumah.
Sejauh apapun manusia berkelana, maka rumah adalah tempat kembali. Di dalam
rumah ada kehidupan yang dari situ kehidupan di mulai. Sebagaian orang Jawa,
mereka tidak membawa pekerjaan di dalam rumah. Sebab kawatir rumahnya
terkontaminasi "pekerjaan", Saya kira itu fanatik yang berlebihan,
kecuali jika benar pekerjaanya adalah merugikan orang lain.
Rumah menjadi tempat utama pendidikan keluarga, anak-anak dan tempat
menciptakan tradisi yang positif untuk membangun peradaban. Apabila beban
pikiran dan maslah-maslah negatif terbawa masuk ke dalam rumah, iklim rumah
akan menjadi sarang berkembangnya penyakit. Menghambat ketundukan kita kepada
Allah, dan lemahnya kekuatan imun hingga rentan terkena pengaruh buruk dari
luar.
Jika Anda seorang musafir, traveler atau pengembara, pastinya mengerti satu
hal. Rumah adalah segalanya. Ketika lepas ikatan rumah pada seseorang, orang Jawa
menyebutnya kabur kanginan.
Itulah ketiga kata kunci sebagai pondasi bangunan agar rumah tangga kita
bagai Surga. Jika rumah manusia asalnya adalah Surga, maka selayaknya mereka tinggal di surga.
Dari situ, seharausnya tidak ada
celah sedikitpun rumah kita berpeluang menjadi seperti Neraka.
Jika saat kembali ke rumah dianjurkan membaca Al-Ikhlas, lalu apa yang
peru dibaca ketika hendak "keluar" rumah.
Ini teori dasar kausalitas, membahas
pulang, mestinya tidak
meninggalkan pembahasan pergi.
Satu tambahan penting, saya ingat betul ketika merasa kawatir atau takut
dengan keadaan yang sedang “panas” di luar, banyak demonstrasi, kekerasan,
ancaman kejahatan dll, bagaimana kita membekali diri supaya selamat dari semua
keburukan itu. Banyak hal yang bisa menjadi bekal, tetapi dalam konteks ini
saya ingat Imam Hasan As-Syadzily.
Beliau memberi saran, bacalah takbir. Allhuakbar, mimma akhofu wa akhdzar. Kalimat ini
mengajurkan kita semua akan kebesaran Allah meliputi langit dan bumi. Dia yang
menjaga semua makhluk di bumi. Tidak ada kebatilan apapun yang lepas dari
perhatian Allah.
Namun, Jika kita ingin bacaan yang lebih lengkap, Ayat yang tepat adalah: Wa Qulil Hamdulillahi... Sesungguhnya
inilah kalimat untuk pengingat dan pengharapan agar kita dijaga oleh
Allah dari saat keluar rumah hingga sampai kembali. Ayat itu terdapat pada Al-Isra
Bagian Ahir Surat.
Saya kira uraian singkat yang mencakup dasar-dasar praktis membangun rumah tangga bak surga ini mudah sekali untuk dikerjakan. Semoga mata air keselamatan dan kebaikan selalu mengalir dan bermanfaat untuk kisa semua.
Terimakasih...
Saya kira uraian singkat yang mencakup dasar-dasar praktis membangun rumah tangga bak surga ini mudah sekali untuk dikerjakan. Semoga mata air keselamatan dan kebaikan selalu mengalir dan bermanfaat untuk kisa semua.
Terimakasih...