Senin, 30 September 2019

Al-Ikhlas dan Allahuakbar

Gapura di depan rumah



Salah satu nasehat agama yang penting untuk kita wujudkan bersama adalah: Ketenteraman Keluarga.

Ketenteraman keluarga adalah syarat utama untuk membangun surga dunia. Ada keluarga kecil, Ada keluarga besar, ada keluarga suku, ada keluarga bangsa dan seterusnya. Kita diperintah untuk membangun semua jenis keluarga tersebut agar berdiri kokoh dan cahaya keindahan Islam memancar dari dalamnya.

Rumah secara fisik adalah bangunan yang berfungsi untuk tempat tinggal serta perlindungan dari terik dan dingin. Secara filosofis, orang Barat menyebut rumah sebagai home, home is where our story beginsAgama Islam sangat menekankan untuk membangun, mengurus, dan menciptakan rumah sebagai ring dan tameng perlindungan dari serangan-serangan kerusakan.

Jika itu terwujud, maka istilah baity jannaty sesungguhnya bisa dicapai.

Sedikit etimologi untuk kita pahami, tentang posisi dan fungsi rumah bagi manusia: bahwa rumah dalam bahasa Arab, Bayt didahului huruf hija’i, ba’, adalah huruf setelah alif. Jika Alif adalah tegak yang representasinya menuju pada spiritualitas dan penghambaan kepada Allah, maka Ba adalah lengkungan bergambar cawan untuk menampung semua harkat kemanusiaan kita. Salah-benarnya perilaku kita, baik-buruknya kita, jelek dan indahnya kita semua.

Kemudian diikuti dengan ta. Menurut saya, ta adalah sarana keabadian untuk pedoman dalam mengarungi perjalanan zaman. Maka Allah menciptakan kalam-Nya degan cara diabadikan melalui goresan huruf. Pedoman mesti dituliskan agar abadi. Begitupula manusia, semua amalnya pun akan dicatat supaya ada bukti dokumen otentik sebagai bukti jika nantinya lupa.

Tanpa adanya kesadaran ta’, takkan ada Tulisan, adanya hanya ucapan-ucapan (Tu)Lisan.

Jadi, ba adalah aksara khusus menyebut wadak kemanusiaan kita, semua akan ditampung selama manusia hidup di dunia. Setelah manusia mati, barulah kemudian ba’ akan berlabuh ke ahirat dengan mambawa semua amal perbuatan kita untuk dibogkar dan diperhitungkan.

Sebagai penguat argumen kecil tersebut, kita tahu, orang kita menyebut tempat air di kamar mandi = bak mandi, menyebut tempat mengangkut sebagai bak truk, dll. Semua orang paham bagaimana ba’ dipakai untuk menyebut benda-benda yang berguna sebagai penampung.

Aksara global telah setuju itu, terbukti pada kesamaan tunggal dan melampaui segala bentuk peradaban. Alif, ba, ta, - alfa, beta, teta, - a b c, dan seterusnya.

Nasehat Ulama


Telah basah telinga ini dengan nasihat ulama, sehingga tutur kearifan itu benar-benar meresap ke dasar batin dan berbuah pada perilaku-perilaku yang mulia.

Jika ingin mendapatkan keluarga yang tentram, jangan lupa ucapkan salam dan bacalah surat al-ikhlas ketika masuk rumah. Jika kamu ingin kaya maka akan kaya. Kalau ingin cinta maka akan keluargamu akan dipenuhi cinta.

Mengapa bisa begitu? Sekian detik saya termenung oleh pertanyaan ini.

Ya. Saya ketemu tiga kata kunci untuk menguraikan secara logis mengenai pesan simbolik di atas: yaitu: Salam, Alikhlas dan Masuk Rumah. 

Begini penjabarannya.

Pertama, Makna salam adalah ungkapan sekaligus harapan tertinggi yang mewakili tujuan dihidupkannya manusia di dunia. Salam di sini berarti "berserah". Sesuatu yang mengisyaratkan bahwa manusia yang selamat adalah mereka yang berserah kepada Tuhannya. Ia sangat menyadari apa saja yang dilakukannya untuk pribadi dan orang lain tidak lain hanya untuk Allah. 

Bagi umat Islam, mengucapkan salam adalah hak, tapi menjawabnya justru kewajiban. Ini dialektika Allah menghubungkan manusia dengan tali imajiner berupa salam. Tali itu sangat kuat dan tidak akan bisa putus bahkan ketika diantara mereka saling membenci.

Kedua, Al-ikhlas. Mengapa mambaca al-ikhlas, bukan surah yang lain? Kita mesti tahu, tidak ada kata ikhlas di dalam surah al-ikhlas. tetapi lebih pada substansial, bahwa ikhlas yang sebenarnya adalah mengakui Allah sebagai RabbMalik, dan Ilah. Pengakuan kita pada jabatan, harta, atau popularitas, semua tiada bernilai apa-apanya

Jika al-ikhlas didekati dengan kacamata sosial, maka artinya adalah: suatu sikap ikhlas pada perbuatan baik, mestinya perlu disebarluaskan untuk menarik simpati. Tetapi dengan maksud agar perbuatan baik itu dicontoh banyak orang. 

Sedangkan secara filosofis, alasan membaca surah ikhlas berarti meng-ikhlas-kan semua yang telah terjadi. Dalam sehari itu, jika di jalan Anda jengkel di tengah macet. Jika Anda karyawan ketika dimarahi boss, jika Anda guru dengan murid-murid yang bikin nagis, jika Anda lemah menghadapi kenyataan, ikhlaskanlah semua itu. Lepaskan semua masalah di luar rumah, Sehingga Anda masuk rumah dalam keadaan rela, ikhlas semua adalah kehandak Allah.

Ini sagat bagus untuk kita semua, karena kita akan steril dari sesuatu yang menambah beban pikiran, kembali dalam kondisi fresh, berkumpul bersama keluarga dalam pergaulan sehat dan waktu berkualitas.

Tetapi jika kita pada hari itu terlibat pada keburukan yang menagarah maksiat, maka makna ikhlas adalah pintu kesadaran untuk kembali kepada Allah. Bertaubat sebelum langkah kaki menginjak pintu rumah. Sebagian rumah terdapat pintu gapura di bagian depan, ini pengingat bahwa Allah maha ghafur yang artinya Allah maha pengampun.

Ketiga, Masuk Rumah. Sejauh apapun manusia berkelana, maka rumah adalah tempat kembali. Di dalam rumah ada kehidupan yang dari situ kehidupan di mulai. Sebagaian orang Jawa, mereka tidak membawa pekerjaan di dalam rumah. Sebab kawatir rumahnya terkontaminasi "pekerjaan", Saya kira itu fanatik yang berlebihan, kecuali jika benar pekerjaanya adalah merugikan orang lain.

Rumah menjadi tempat utama pendidikan keluarga, anak-anak dan tempat menciptakan tradisi yang positif untuk membangun peradaban. Apabila beban pikiran dan maslah-maslah negatif terbawa masuk ke dalam rumah, iklim rumah akan menjadi sarang berkembangnya penyakit. Menghambat ketundukan kita kepada Allah, dan lemahnya kekuatan imun hingga rentan terkena pengaruh buruk dari luar.

Jika Anda seorang musafir, traveler atau pengembara, pastinya mengerti satu hal. Rumah adalah segalanya. Ketika lepas ikatan rumah pada seseorang, orang Jawa menyebutnya kabur kanginan.

Itulah ketiga kata kunci sebagai pondasi bangunan agar rumah tangga kita bagai Surga. Jika rumah manusia asalnya adalah Surga, maka selayaknya mereka tinggal di surga. Dari situ, seharausnya tidak ada celah sedikitpun rumah kita berpeluang menjadi seperti Neraka.

Jika saat kembali ke rumah dianjurkan membaca Al-Ikhlas, lalu apa yang peru dibaca ketika hendak "keluar" rumah.

Ini teori dasar kausalitas, membahas pulang, mestinya tidak meninggalkan pembahasan pergi. 

Satu tambahan penting, saya ingat betul ketika merasa kawatir atau takut dengan keadaan yang sedang “panas” di luar, banyak demonstrasi, kekerasan, ancaman kejahatan dll, bagaimana kita membekali diri supaya selamat dari semua keburukan itu. Banyak hal yang bisa menjadi bekal, tetapi dalam konteks ini saya ingat Imam Hasan As-Syadzily.

Beliau memberi saran, bacalah takbir. Allhuakbar, mimma akhofu wa akhdzar. Kalimat ini mengajurkan kita semua akan kebesaran Allah meliputi langit dan bumi. Dia yang menjaga semua makhluk di bumi. Tidak ada kebatilan apapun yang lepas dari perhatian Allah.

Namun, Jika kita ingin bacaan yang lebih lengkap, Ayat yang tepat adalah: Wa Qulil Hamdulillahi...  Sesungguhnya inilah kalimat untuk pengingat dan pengharapan agar kita dijaga oleh Allah dari saat keluar rumah hingga sampai kembali. Ayat itu terdapat pada Al-Isra Bagian Ahir Surat.

Saya kira uraian singkat yang mencakup dasar-dasar praktis membangun rumah tangga bak surga ini mudah sekali untuk dikerjakan. Semoga mata air keselamatan dan kebaikan selalu mengalir dan bermanfaat untuk kisa semua.

Terimakasih...

Tidak ada komentar:

Alam Pikir Orang Kita

Aktivitas paling tidak di hargai di sini, salah satunya adalah berpikir. Maka jangan sekali-kali mempertontonkan hal itu di depan umum! Me...