by fuad hasan succen
Malioboro selasa wage |
Hari ini adalah Selasa Wage. Bagi Anda yang
paham Kejawen mestinya tahu, apa yang sedang terjadi: peredaran titik-titik kosmik, visi alam hingga
pergeseran garis nasib manusia. Sekilas, sebagai petanda, background semesta
telah mengejawantah pada warna yang nampak serba kehitaman.
Kalau saya Kejawen makrifat, Tahu sekaligus mengerti relevansinya dengan
arus Islam.
Sedikit kebiasaan di Selasa Wage, pada hari ini sebagian orang memilih melengggangkan diri dari aktivitas
lapangan. Menurut saya, ada was-was dan batin sir bergejolak oleh bisik rasa takut yang mendalam. Ini seperti biasa saja, namun begitu nyata pada
praktik kehidupan kita. Contoh kecil pada para pedagang di Malioboro, mereka tidak
buka toko hari ini.
Saya pikir, setiap manusia alamiah punya rasa takut. Karena pada hakikatnya kita adalah makhluk lemah. Dan, semua itu butuh Allah untuk tempat sandaran dan sumber keberanian.
Saya adalah bagian dari aktivis yang bergelut di bidang lingkungan hidup. Mengkampanyekan
penghijauan dan ekonomi berbasis agrikultur (selanjutnya ke edupark).
Maka konsekuensinya, saya harus menempuh jarak lebih kurang 70 KM untuk
perjalanan mencari bahan-bahan yang diperlukan untuk itu. Melampaui gunung
menembus hutan, liintisyar fil ardh, dan juga untuk pangupo jiwo.
Sepanjang perjalanan, kita sama-sama tahu, jalanan kian sesak. Banyak aksi demonstrasi
mahasiswa terhadap Pemerintah, Soal RUU, pelemahan KPK, Papua, hingga menciptakan
gelombang massa yang besar. Ditambah banyaknya operasi lalu-lintas “cegatan”
yang juga gencar. Semua itu semakin memenuhi jalan-jalan protokol kota, membuat
kita was-was.
Kita tidak ingin bangsa ini kacau. Saya selalu berharap keselamatan tidak
melepaskan tangannya dari kita semua. Untuk terhindar dari ancaman marabahaya,
saya memiliki suatu pegangan jimat yang juga menjadi andalan para leluhur
terdahulu, yaitu: Eling lan Waspodo.
Laluhur Jawa mendapat
kata Eling itu sudah ribuan tahun lamanya. Ini bukan kata buatan orang Jawa. Nabi
Isa AS sendiri yang mengajari kita.
Saya pernah bertanya kepada
beliau:
"Wahai Nabiyullah, Apa sejatinya makna Eling itu?"
"Eling itu Ell - ing.”
Orang Ibrani (kaum Nabi Isa) menyebut Tuhan mereka
dengan nama ELLY. bahwa
ketika Yudas Eskariot disalib
oleh orang-orang Roma, Ia
hanya bisa berteriak memanggil Tuhan
sekencangnya, Elly-Elly lamma sabakhtany. Tuhanku-Tuhanku, Mengapa engkau
meninggalkanku...
Dari sana kita menjadi jelas. Makna hakikat Eling, tidak lain adalah Allah itu sendiri. Kita kemudian mempredikat kata Eling
adalah proses mengingat Allah. Ingatlah Allah, maka Allah akan mengingatmu.
Setelah Eling kita juga mesti Waspodo. Adalah suatu turunan
yang otomatis menyertai.
Pasalnya, bahaya bisa datang sewaktu-waktu dari sesama makhluk. Bisa dari
manusia jahat, penyihir atau bahkan jin. Kita tidak tahu kapan dan di jalan mana
begal menyerang, dukun melempar santet, hingga dhemit akan mengganggu. Tapi yang
mesti kita tahu adalah sikap waspada terhadap ancaman-ancaman itu. Waspada
depan-belakang, kiri-kanan dengan menghidupkan segenap kemampuan indera untuk
menghindari semua keburukan terjadi.
Jika Eling adalah upaya keselamatan jalur vertikal, maka Waspada
adalah keselamatan dari jalur horisontal. Dengan ini, sementara masalah ketakutan
yang mendalam itu telah teratasi.
BERIKUTNYA >> Rumah Asal Manusia Adalah Surga
...
..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar