STRATEGI
PEMBELAJARAN MUHAMMAD SAW
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Dalam
kajian Islam model pembelajaran sudah diajarkan oleh Rasulullah saw, mulai dari
yang klasik hingga saat ini dikembangkan oleh para Ilmuwan Barat. Bagaimanapun
secara tidak langsung mereka terinspirasi dari agama Islam yang telah
dicantumkan oleh Rasulullah saw, seperti metode ceramah, metode dialog dan tanya jawab, metode
qishah (cerita), metode tamtsil (pemisahan), metode targhib (motivasi), metode
tarhin (menakut – nakuti), metode qasam (sumpah), metode keteladanan dan yang
lain-lain.
Proses
penyampaian materi yang dilakukan Rasulullah dapat menjadi menarik dengan
menggunakan metode yang tepat sesuai kadar materi yang sedang dibahas. Namun
beliau juga tidak jarang dalam menggunakan metode bermain untuk menghilangkan
suasana tegang. Sehingga setiap pelajaran yang diberikan oleh Rasulullah dapat
diterima dengan baik serta menjadi amalan bagi peserta didiknya.
Menariknya
pembelajaran yang dilakukan Rasulullah dengan peserta didiknya dapat bernilai
karakter yang baik lagi berakhlak, itu terbukti dengan output yang dihasilkan
oleh Rasulullah. Dan dapat memenuhi kompetensi yang diajarkan.
Berbanding
terbalik dengan dewasa ini strategi pembelajaran yang sangat banyak serta penuh
dengan konsep yang baik pada notabenenya. Akan tetapi peserta didiknya tidak
banyak yang dapat mencapai kompetensi yang diajarkan pendidiknya, lebih-lebih
dapat menanamkan karakter yang baik dan berakhlak.
Permasalahan
yang timbul adalah mengapa metode Rasululllah yang dianggap “jadul” oleh setiap kalangan mampu
menciptakan output yang berkarakter dan berakhlak serta dapat mencapai
kompetensi dengan baik, tetapi mengapa saat ini begitu banyak metode
pembelajaran yang baik serta bernotabene baik tidak mampu menciptakan output
yang sesuai dengan tujuannya yakni berkarakter dan dapat menguasai kompetensi.
Hal
ini lah yang harus menjadi koreksi bagi konseptor dalam menjadikan metode
sebagai acuan dasar yang penuh karakter, berakhlak baik dan dapat memenuhi
kompetensi yang diajarkan. Untuk melihat rahasia apa sebenarnya yang dilakukan
Rasulullah sehingga dapat menciptakan peserta didik yang brilliant tersebut
mari kita tengok metodenya.
B.
Rumusan Masalah
Bertolak
dari uraian latar belakang masalah di atas, maka pokok permasalahan yang akan
dikaji sebagai berikut.
1.
Konsep Strategi pembelajaran Rasulallah
SAW
2.
Model-model strategi pembelajaran
Rasulallah SAW
3.
Nilai-nilai karakter dalam strategi
pembelajaran Rasulallah SAW
4.
Variasi pengembangan strategi
pembelajaran Rasulallah SAW di era Modern
5.
Keunggulan dan kelemahan strategi
pembelajaran Rasulallah SAW
6.
Peran strategi pembelajaran Rasulallah
SAW dalam membangun karakter peserta didik.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. KONSEP
STRATEGI PEMBELAJARAN RASULULLAH SAW
Metode-metode
yang telah diajarkan oleh Rasulullah saw itu sangat penting untuk diterapkan
pada Pendidikan Islam, disamping metode modern yang telah dikembangkan oleh
para Ilmuwan Barat. Karena metode itu adalah karakter Pendidikan Islam untuk
bisa menghasilkan output yang handal dan berakhlak.
Dalam proses pengajaran Rasulullah senantiasa memilih metode yang dinilai
paling baik, tepat sasaran, sesuai dengan porsi pemahaman peserta didik mudah
di pahami dan di cerna serta mudah di ingat.
Maka siapapun yang mempelajari hadits beliau dan membacanya dengan seksama
tentu ia akan menemukan model perkataan atau pengajaran beliau yang sangat
variatif. Beliau kadang-kadang memposisikan dirinya seolah-olah sebagai pemberi
pertanyaan. Kadang pula berperan sebagai pemberi jawaban. Dalam menjawab
pertanyaan terkadang beliau memberi jawaban sesuai kadar petanyaan.
Namun juga sebaliknya, beliau tidak jarang memberikan jawaban panjang lebar
melebihi porsi yang ditanyakan. Beliau juga seriang membuat analogi dalam
mengajarkan sesuatu. Pada saat-saat tertentu beliau sering mengucapkan kata
sumpah dalam penjelasan beliau. Beliau itu juga cerdas dalam mengalihkan
pertanyaan seseorang kepada pertanyaan lain yang beliau anggap lebih tepat demi
tujuan pengajaran hikmah.
Kadang-kadang beliau juga mengajar dengan cara menulis
(menggambar) dan menggunakan isyarat. Selain itu,
Raulullah kadang-kadang menyebutkan sesuatu yang samar saat memberi jawaban.
Tidak jarang pula beliau memakai metode bermain dan berdebat (berdiskusi)
terhadap apa yang beliau ajarkan. Beliau juga sering membentangkan hal-hal yang
akan diajarkan dan menjelaskannya secara diskriptif. Kadang-kadang beliau juga
menggunakan metode analogi antara sesuatu dengan sesuatu yang lain.
Untuk mengetahui lebih
lanjut mengenai konsep Rasulullah tersebut dapat kita pelajari dari metode
beliau dalam menyampaikan materi ajarnya yang penuh karakter.
B. MODEL-MODEL
STRATEGI PEMBELAJARAN RASULALLAH SAW
1. Learning
Conditioning
Learning conditioning
merupakan syarat utama untuk terciptanya proses belajar-mengajar yang efektif.
Ada tiga cara yang digunakan Rasulullah SAW dalam metode ini, yaitu:
a.
Meminta Diam
untuk Mengingatnya
Mempersiapkan murid agar mereka siap menerima
pelajaran, ini dapat menggunakan metode langsung ataupun tidak langsung. Metode
berupa perrnintaan diam kepada murid-murid adalah salah satu cara yang paling
baik untuk menarik perhatian mereka.
Rasulullah SAW pernah bersabda ketika Haji Wada,
“Wahai manusia, tenanglah kalian” Kemudian melanjutkan lagi, “Diamlah,.
Janganlah kalian kembali kafir setelah (kematian)-ku, yaitu sebagian kamu memukul
tengkuk sebagian yang lain“
b.
Menyeru Secara
Langsung
Seorang guru hendaknya menggunakan cara berupa
seruan langsung, seperti “Murid-murid, tolong perhatikan...!” dan sejenisnya.
Metode berupa seruan langsung biasanya dilakukan pada awal pelajaran, tetapi
terkadang dilakukan ketika proses mengajar tengah berlangsung.
Hal ini pernah dicontohkan dalam hadits, Dan Ibnu
Abbas r.a., ia berkata, “RdsuluIlah SAW naik ke atas mimbar. Majelis tersebut
merupakan majelis terakhir beliau hadiri. Beliau menggunakan mantel yang beliau
lingkarkan di atas kedua bahu beliau. Kepala beliau terserang penyakit. Beliau
lalu bertahmid dan memuji Allah, kemudian bersabda, “Wahai sekalian
manusia, berkumpullah!” Lalu beliau melanjutkan, “Amma ba‘du,
sesungguhnya sebagian dan kelompok Anshar ini mempersedikit dan memperbanyak
manusia. Siapa saja yang menjadi umat Muhammad, lalu ía dapat mendatangkan
bahaya bagi seseorang, maka terimalah kebaikannya dan tolaklah kejahatannya.”
c.
Perintah untuk
Menyimak dan Diam dengan Cara Tidak Langsung
Metode berupa permintaan perhatian secara tidak
langsung membuat kecerdasan guru, karena kalimat yang digunakan bisa berupa
ungkapan menarik perhatian dan mendengarkan apa yang disampaikan. Metode ini
dilakukan di awal ataupun ketika sedang proses belajar mengajar berlangsung.
Ubadah ibn Al-Shamith r.a. berkata, “Rasulullah SAW
pernah bersabda “Ambillah dariku! Ambillah dariku! Allah telah memberikan jalan
keluar mereka (perzinaan) yang dilakukan antara seorang perjaka dengan seorang
gadis maka cambuklah sebanyak seratus kali cambukan dan diasingkan selama 1
tahun Adapun seorang duda dengan janda, maka dicambuk sebanyak seratus dirajam”
Jika diperhatikan, kalimat Rasulullah SAW “Ambillah
dariku! Ambillah dariku!”, terdapat ungkapan yang bernada permintaan
memperhatikan dan menarik perhatian untuk dapat mendengarkan apa yang akan
beliau sampaikan. Selain itu juga
terdapat keistimewaan lainnya, yaitu berupa pengulangan.
2.
Active Interaction
a. Interaksi
Pendengaran
Dilakukan
dengan cara:
1) Teknik Berbicara
(Presentasi dan Penjelasan)
Teknik ini digunakan dengan
memperhatikan tujuan pembicaraan menyampaikan dan menjelaskan sesuatu. Hal ini
dilakukan dengan sedang saja, tidak terlalu cepat hingga berlebihan dan juga
tidak tertlalu lamban hingga membosankan.
“Aisyah r.a.
berkata, “Rasulullah SAW tidak berbicara seperti cara kalian berbicara. Beliau
berbicara dengan ucapan yang terdapat jeda di dalamnya. orang yang duduk
bersamanya akan dapat mengingat ucapan beliau.”
2) Tidak Bertele-tele pada Ucapan dan Tidak Terlalu
Bernada Puitis
Ucapan
yang sedang-sedang saja dan tidak terlalu cepat bertujuan untuk menjaga agar
informasi yang hendak disampaikan dapat ditangkap murid, juga agar terhindar
dari kesamaran dan gangguan.
Jabir r.a. berkata, “Rasulullah SAW pernah bersabda,
“Sesungguhnya orang yang paling aku cintai di antara kalian dan yang paling dekat
kedudukannya padaku pada hari kiamat adalah orang yang paling baik akhlaknya di
antara kalian. Dan sesungguhnya orang yang paling aku benci di antara kalian
dan paling jauh dariku pada hari kiamat nanti adalah orang yang banyak bicara,
orang yang berlebih-lebihan dalam berbicara, dan Mutafaihiqun.”
Orang-orang lalu bertanya, “Wahai Rasululah, kami telah mengetahui apa itu
orang yang banyak bicara dan berlebih-lebihan dalam ucapan. Lantas apa yang
dimaksud dengan mutafaihiqun itu?” Beliau menjawab, “Orang yang
sombong.”
Abdullah bin Umar r.a. berkata, Rasulullah SAW
pernah bersabda, Janganlah terlalu banyak bicara kecuali dalam bentuk dzikir
kepada Allah, karena sesungguhnya terlalu banyak bicara selain dzikir
kepada Allah menyebabkan keras hati, dan sesungguhnya orang yang paling jauh
dari Allah adalah orang yang keras hatinya.”
3) Memperhatikan Intonasi
Merupakan
hal penting dalam mengajar namun memberat-beratkan (memfasih-fasihkan) ucapan
adalah sikap yang tidak terpuji, baik secara syariat, indrawi, maupun logika.
Memberat-beratkan ucapan dan menggunakan kata-kata aneh, justru akan
menciptakan jarak antara seorang guru dengan muridnya.
Mengeraskan
suara ketika mengajar adalah cara yang baik untuk menarik perhatian pendengar
dan untuk menunjukkan ketidak setujuan terhadap sesuatu, bagaimana hadits
Rasulullah SAW, “Nabi SAW ketika berkhutbah dan memberikan peringatan tentang
Hari Akhir, maka beliau akan terlihat sangat murka dan suaranya terdengar
keras.”
Dari Abdullah bin Amr, ia berkata, “Rasulullah
pernah terlambat berada di belakang kami dalam suatu perjalanan yang kami
lakukan, Beliau kemudian dapat menyusul kami. Kami merasa sangat lelah untuk
melakukan shalat, terlebih kami harus berwudhu. Kami pun lalu hanya mengusap
kaki kami. Beliau lalu berseru dengan suara keras, “Hati-hati, jaga tumit
kalian dari api neraka! (sebanyak dua atau 1 kali).
Seorang
guru hendaknya menjelaskan pelajaran dengan tidak memotong penyampaiannya.
Karena memotong penjelasan akan membingungkan murid, juga merusak konsentrasi
guru dalam mengaitkan antara satu penjelasannya dengan penjelasan lainnya yang
seharusnya saling berhubungan.
Hadits
Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Bukharii dalam kitab Sahih Abu
Hurajrah r.a. berkata, “Ketika Nabi SAW sedang berbicara dengan suatu kaum
dalam suatu majelis, datang seorang Arab Badui dan bertanya kepada Nabi “Kapan
hari kiamat itu akan datang?”Rasulullah SAW terus melanjutkan, sedang beliau
bicarakan. Sebagian orang berkata, “Beliau mendengar apa yang dikatakan oleh
orang itu, Beliau sedang memikirkan apa yang dikatakan Sebagian yang lain
berkata, “Beliau tidak mendengarnya.” Setelah selesai Rasulullah berkata,“Mana
orang yang bertanya tentang hari kiamat tadi?”Arab Badui itu menjawab,“saya di
sini wahai Rasulullah! ”Beliau bersabda engkau menyia-nyiakan amanah, maka
tunggulah kedatangan hari kiainat.’
4) Diam Sebentar di Tengah-tengah Penjelasan
Diam
sejenak di tengah-tengah penjelasan memiliki beberapa manfaat lain menarik
perhatian para murid, membawa, kejiwaaan seorang guru kembali dan memberikan
waktu kepada guru untuk mengatur pemikirannya.
Dan
Abu Bakar r.a., bahwa Nabi SAW bersabda, “Bulan apa sekarang ini ? Kami
menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.” Beliau kemudian diam hingga
kami mengira beliau akan menjawab dengan jawaban yang salah. berkata, “Bukankah
sekarang ini bulan Dzulhijjah?” Kami menjawab, “3 Beliau kembali bertanya,
“Negara apa ini ?’ Kami inenjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.”
Beliau kembali terdiam hingga kami mengira beliau menjawab dengan jawaban yang
salah. Lalu beliau bertanya, “Hari apakah sekarang ini?” Kami menjawab, “Allah
dan Rasul-Nya lebih mengetahui.” Beliau lalu terdiam hingga kámi mengira beliau
akan menjawab dengan jawaban yang salah Beliau berkata, “Bukankah sekarang ini
Hari Idul Kurban?” Kami menjawab “Benar.” Beliau kemudian bersabda,
“Sesungguhnya darah kalian, harta kalian (lalu terdiam...)” Abu Bakrah, “Aku
mengira beliau akan berkata, “Dan kehormatan kalian.” Akan tetapi, beliau
melanjutkan. “Adalah haram bagi kalian, seperti diharamkannya (berlaku keji)
pada hari inii, di tanah ini, dan di bulan ini.”’
Dampak
“diam” sahabat dari hadits tersebut menunjukkan bahwa “dapat menarik perhatian
para sahabat.
b. lnteraksi
Pandangan
Digunakan dengan metode:
1)
Eye Contact dalam Mengajar
Adanya
interaksi (tukar) pandangan antara seorang guru dengan muridnya merupakan hal
yang penting agar seorang guru dapat menguasai murid-muridnya. Hal itu Juga
dapat membantu murid dalam memahami apa yang disampaikan gurunya berupa
berbagai permasalahan dan ilmu pengetahuan.
Jabir
bin Abdullah r.a. berkata, “Seorang pria datang menemui Rasulullah SAW ketika
beliau sedang menyampaikan khutbah Jurnat. Beliau bertanya, “Apakah engkau
telah melaksanakan shalat, wahai Fulan? Ia menjawab, “Belum.” Beliau kembali
berkata, “Berdiri dan ruku’ lah!”
Hadits
lain, Abu Said al-K.hudri r.a. berkata, “Suatu hari Rasulullah SA,W duduk-duduk
di atas mimbar dan kami pun duduk di sekitar beliau.”
Dalam
dua kejadian di atas, jelas sekali Rasulullah berinteraksi secara aktif dengan
lawan bicaranya. Tidak mungkin Rasulullah SAW mengetahui orang secara langsung
yang duduk ketika khutbah Jumat berlangsung, kalau tidak melihatnya. Dan tidak mungkin Rasulullah SAW mendengar
jawaban jamaah tersebut kalau tidak rnelihat wajahnya dan memperhatikan
ekspresinya. Secara psikologis, pendengar akan jauh lebih merasa dihargai jika
dilihat dan ditatap wajahnya karena merekalah audiens kita dan dimana informasi
disampaikan kepadanya.
2)
Memanfaatkan
Ekspresi Wajah
Memanfaatkan
ekspresi wajah dalam mengajar akan membantu seorang guru untuk dapat mewujudkan
tujuannya dalam mengajar.
“Anas
r.a. meriwayatkan sebuah hadits, bahwasañya Nabi SAW pernah melihat ludah pada
arah kiblat. Hal itu membuat beliau marah hingga kemarahannya terlihat pada
wajah beliau. Beliau pun berdiri dan menglapnya dengan tangan beliau. Ialu
beliau bersabda, “Salah seorang dan kalian apabila berdiri melakukan shalat, ia
sedang bermunajat kepada Rabbnya atau Rabbnya berada di antara dirinya dan arah
kiblat. Maka dari itu janganlah salah seorang dari kalian, membuang ludah ke
arah kiblatnya. Akan tetapi menghadaplah ke arah kiri atau ke bawah telapak
hakinya.”
3)
Tersenyum
Jarir
bin Abdullah al-Bajli r.a. berkata, “Tidaklah Rasulullah SAW melarangku untuk
masuk ke rumahnya setelah aku minta iziñ) sejak aku masuk Islam dan tidaklah
beliau melihatku kecuali beliau selalu menampakkan senyuman di depan arahku,”
Senyuman itu pun memberikan pengaruh yang berarti bagi Jarir bin abdullah.
Wajah yang ceria akan memancarkan energi positif dan
merubah suasana menjadi akrab, sebaliknya wajah yang “judes” dan mahal senyum
akan menciptakan kekakuan dan ketegangan. Suasana tegang akan menjadikan proses
belajar mengajar kurang menarik, membosankan dan menjadikan jiwa tertekan, maka
belajarpun menakutkan dan menjadi beban.
3.
Applied-Learning Method
Metode
yang digunakan adalah:
1. Metode Praktikum yang Diterapkan oleh Guru
Suatu
ketika Utsman bin Affan ta. berwudhu. Rasulullah SAW bersabda, “Siapa saja yang
berwudhu seperti cara wudhuku, lalu ia melakukan shalat dua rakaat tanpa ada
sesuatu hal yang mengganggu kekhusyukanya kedua rakaat itu, maka akan diampuni
dosa-dosanya yang telah la1u.”
Menggabungkan metode teoritis dengan praktikum dalam
mengajar merupakan salah satu cara yang sangat bermanfaat dalam mendidik dan
mengajar. Metode ini memudahkan seorang guru. Metode ini juga dapat memberikan
keluangan dan tenaga seorang guru.
2. Metode Praktikum yang Dilakukan oleh Murid
Membuat
murid berperan aktif dalam menerapkan metode praktikum agar manfaat yang ingin
dicapai dapat terwujud. Seorang guru hendaknya berusaha agar para murid dapat
mengetahui sendiri kesalahan mereka, seperti mengembalikan buku hasil pekerjaan
rumah kepada muridnya setelah mengoreksinya. Hal tersbut dilakukan agar murid
mau méngkaji ulang sendiri dan dapat mengenal kesalahan yang dibuatnya.
Menerapkan dan mempraktikkan sesuatu adalah terbaik agar ilmu yang disampaikan
dapat dihafal dan terjaga dari kelupaan.
Dari
Abu Hurairah r,a, bahwasanya Nabi SAW masuk ke dalam masjid. Lalu masuk seorang
pria dan melakukan shalat. Kemudian ia mendatangi Rasulullah dan mengucapkan
salam kepada beliau. Rasulullah SAW lalu menjawab berkata, “Kembalilah,
ulangilah shalatmu! Sesungguhnya engkau belum, shalat.” Pria itu pun lalu
kembàli mengulangi shalatnya seperti sebelumnya lalu berkata, “Sernoga Allah
melimpahkan kesejahteraan bagimu.” Beliau melanjutkan, “Kembalilah dan
ulangilah shalatmu! Sesungguhnya engkau melakukan shalat.” Hal tersebut terus
berulang hingga pria itu melakukan sebanyak tiga kali”
4. Scanning and Levelling
Sabda Rasulullah SAW, “Kami, seluruh para nabi,
diperintahkan untuk ke rumah-rumah orang-orang dan menjelaskan kepada mereka
sesuai dengan akal mereka.”
Terdapat perbedaan tingkat kecerdasan dan pemahaman
murid-murid, antara satu dengan individu yang lain, dan antara satu kelompok
dengan kelompok lain.
Rasulullah SAW menjawab pertanyaan “simple” sahabat
tentang apa yang harus dilakukan setelah sahabat tersebut memeluk Islam.
Rasulullah menjawab, “Katakanlah beriman dan istiqomah denganNya.” Jawaban yang
sangat “simple” dan praktis tentang Islam ini dipilih Rasulullah karena memang
lawan bicaranya masih hijau dalam Islam. Ia belum bisa diberi materi yang
berat-berat seperti kewajiban jihad, tuntunan menjauhi riba, jenis jual beli
yang terlarang, serta ilmu waris yang kompleks.
Membebani akal seorang murid dengan sesuatu yang
tidak dapat ditanggungnya dan memberikan beban di atas kadar kemampuannya,
tidak akan memberikan apapun kepada sang murid, kecuali rasa bingung dan
kebodohan.
5. Discussion and Feed-Back
Menggunakan metode yang logis dalam memberikan
jawaban merupakan cara yang baik. Karena cara itu dapat membuat ilmu yang
disampaikan bisa masuk ke dalam hati dan pikiran pendengarnya, sebagaimana yang
diharapkan. Memperhatikan penggunaan kata yang sederhana dalam berdiskusi akan
mernbuat Indra murid berperan aktif dalam berdiskusi sehingga terjadi interaksi
yang dinamis.
Membuat contoh sederhana yang mudah dipahami oleh
akal seorang murid, seperti dalam kisah seorang pria Arab. Badui yang
mempertanyakan perihal anaknya yang terlahir dengan warna kulit hitam.
Rasulullah SAW kemudian memberikan contoh yang mudah dipahami oleh pria
tersebut, yaitu berupa unta, sebagaimana yang diriwayatkan Bukhori dalam kitab
Shahih-nya, dari Abu Hurairah RA bahwasanya seorang pria datang menemui Nabi
SAW dan berkata, “Wahai Rasulullah, anakku telah lahir dengan kulit berwarna
hitam.” Beliau balik bertanya, “Apakah engkau memiliki unta?” Ia menjawab,
“Ya.” Beliau bertanya, “Apa warnanya?” Ia menjawab, ‘Merah.” Beliau kembali
bertanya, “Apakah ada warna abu-abu pada tubuhnya?” Ia rnenjawab, “Ya.” Beliau
bertanya, “Mengapa bisa begitu?” Ia menjawab, “Warna Ia dapati dari ras lain.”
Beliau berkata, “Sepertinya anakmu ini mengambil ras lain (seperti unta itu).”
6. Story-Telling
Bercerita adalah metode yang sangat baik dalam
pendidikan. Cerita pada umumnya disukai oleh jiwa manusia. Ia juga memiliki
pengaruh yang menakjubkan untuk dapat menarik perhatian pendengar dan membuat
seseorang bisa mengingat kejadian-kejadian dalam sebuah kisah dengan cepat. Cerita
tidak hanya ditujukan unruk hiburan semata, akan tetapi harus diambil
pelajaran, nasihat, dan hikmah yang da di dalamnya. Cerita dapat memberikan
pengaruh yang besar bagi pikiran dan emosional murid. Terlebih lagi jika cerita
tersebut benar-benar riil terjadi dan berisi tentang persoalan hidup yang penuh tantangan.
Banyak cerita dan kisah-kisah penuh hikmah umat
terdahulu di dalam Alquran seperti kisah tentang Al-KAhfi, Nabi Nuh AS, Nabi
Musa AS. Dan lain-lain.
7. Analogy and Case Study
Memberikan perumpamaan merupakan sarana yang baik
untuk memudahkan memahami kandungan makna-makna dan pemikiran-pemikiran.
Seorang hendaknya menggunakan
perumpamaan ketika ada pelajaran yang sulit dipahami oleh pemikiran murid. Ia
dapat memberikan perumpamaan sehingga pelajaran menjadi lebih sederhana dan
mudah dipahami.
Banyak perumpamaan di dalam Al-Qur’an, antara lain
Allah SWT berfirman “ Tidakkah kamu memperhatikan bagaimana Allah telah membuat
perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya kokoh dan cabang
(menjulang) ke langit, yang memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin
Tuhannya? Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka
selalu ingat. Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperli pohon yang buruk, yang
telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan Bumi. tidak dapat tetap
(tegak) sedikitpun. “
Dan Abdullah ibn Umar bahwa kami bersama Rasulullah
SAW kemudian beliau bersabda: “Beritahulah aku, pohon apa yang menyerupai
seorang muslim dimana daunnya tidak berjatuhan dan selalu berbuah setiap
waktu”. Ibn Umar berkata, “Hatiku berpikir bahwa pohon yang dimaksud adalah
pohon kurma tetapi aku melihat Abu Bakar dan Umar RA tidak menjawab, maka aku
pun enggan untuk menjawabnya. Ketika semua diam dan tak ada yang menjawab,
Rasulullah bersabda “Pohon tersebut adalah kurma”. Setelah kami bubar, aku
bertanya kepada Umar “Wahai bapakku, sebenarnya aku sudah menebak bahwa pohon
tersebut adalah kurma.” Umar berkata, “Kenapa kamu tidak menjawab?” lbn Umar
menjawab, “ tidak melihat kalian menjawab, maka aku pun enggan untuk
menjawabnya”. Umar berkata, “Kamu menjawabnya lebih aku sukai daripada kamu
diam saja.”
Kemudian Ibn Abbas mengomentari firman Allah SWT
yang berbunyi “tidakkah kamu memperhatikan bagairnana Allah telah membuat
perumpaman kalimat yang baik seperti pohon yang baik”, bahwa yang dimaksud
dengan pohon yang baik adalah seorang Mukmin. Sedangkan yang dimaksud dengan
“Akar kokoh dan cabangnya (menjulang) ke langit”, adalah seorang mukmin ya
berusaha dan berdakwah di muka Bumi, hingga usaha dan dakwahnya sampai ke
langit, meskipun ia berada di muka Bumi.
Firman Allah yang berbunyi, “Allah menembus
perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat “, menurut
Ibnu Hajar penyebutan perumpamaan tersebut adalah untuk menambah pemahaman,
deskripsi makna dalam pikiran dan membentuk pola pikir dalam menyikapi sebuah
kejadian.
8. Teaching and Motivating
Tasywiq adalah
suatu metode yang mampu meningkatkan gairah belajar dan rasa keingintahuan yang
tinggi, serta penasaran untuk mengetahui apa jawaban dan rahasianya. Tasywiq
juga baik untuk memancing semangat belajar, meneliti, dan menelaah satu hal
atau pelajaran tertentu. Semakin kuat menggunakan ungkapan yang bernada
Tasywiq, semakin kuat pula motivasi untuk belajar.
Rasulullah SAW pernah bersabda, “Aku akan ajarkan
engkau satu surah yang paling agung di dalam Al Qur’an sebelum engkau keluar
dari dalam masjid.”
Dari Abu Hurairah, ia mengatakan bahwa Rasulullah
pernah bersabda, “Berkumpullah, sesungguhnya aku akan membacakan kepada kalian
sepertiga AlQur’an.” Juga ucapan Beliau, “Sebentar lagi akan datang kepada
kalian seorang pria yang merupakan ahli surga (sebanyak tiga kali).”
9. Body Language
Body
Language dalam meyampaikan pesan atau presentasi berrnanfaat Untuk
a.
Membuat
penyampaiannya bertambah terang lebih pasti, dan jelas
Karena
bahasa lisan dibantu dengan bahasa tubuh dan emosi, maka dengan kombinasi ini
indra yang dirangsang bukan saja telinga tetapi juga mata dan indra terkait
lainnya. Apalagi jika si pembicara mengajak audiens untuk menirukan gerakannya.
Rasulullah SAW bersabda, “Aku dan pengasuh anak yatim adalah bagaikan ibu dan
telunjuk di surga.” Rasul menyampaikan pesan ini sambil mengangkat tangan dan
menggerak-gerakkan telunjuk dan ibu jarinya di hadapan sahabat.
b.
Menarik perhatian pendengar dan
membuat makna yang dimaksud melekat pada pikiran pendengar
Hal
ini sesuai dengan hadits yang diriwayatkan oleh Jabir bin Abdullah yaitu ketika
Nabi SAW berkhutbah di hadapan orang-orang pada hari Arafah khutbah tersebut
beliau menjelaskan berbagai hal yang fundamental. Setelah menyampaikan khutbah
kepada mereka, beliau berkata, “Jika kalian ditanyakan mengenai diriku, apa
yang akan kalian katakan?” Mereka menjawab, “Kami bersaksi bahwa engkau telah
menyampaikan risalah, menjalankan tugas, dan menasehati (kami).” Seraya
memberikan isyarat dengan jari telunjuk yang beliau angkat langit dan menunjuk
ke arah orang-orang, beliau berkata, “Ya Allah, saksikanlah Allah, saksikanlah!
(sebanyak tiga kali).” Sikap beliau yang mengangkat tangan arah langit kemudian
menunjuk ke arah orang-orang adalah untuk menarik perhatian mereka terhadap hal
penting, yaitu kedudukan kesaksian atas penyampaian yang menjadi tugas beliau.
c.
Untuk Mempersingkat Waktu
Isyarat
bermanfaat bagi seorang guru untuk mempersingkat ucapan atau selain bermanfaat
untuk mempertegas ucapan, mempertegas berbagai hal penting menarik perhatian
pendengar, membantu seorang guru untuk mengungkapkan beberapa maksud ucapan
yang tidak dapat diungkapkan dengan bahasa lisan dan lain sebagainya.
Ada
banyak isyarat yang biasa kita lakukan, seperti isyarat untuk larangan, atau
permintaan untuk datang menghampiri dan beranjak pergi. Dalam hadits muttafaq
alaih yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, Rasulullah bersabda, “Aku
diperintahkan untuk bersujud dengan bertumpu pada pada tujuh tulang yaitu: dahi
(beliau lalu menunjuk dengan tangan beliau ke arah (atas) hidung). kedua tangan
dan dua siku kaki, serta dua ujung telapak kaki.”
Dan
hadits ini dapat dilihat bahwa Rasulullah SAW memberikan isyarat menunjukkan
beliau ingin menjelaskan bahwasanya hidung itu masih bagian dahi (kening).
Artinya, seolah-olah keduanya merupakan bagian tubuhnya. ini juga bertujuan
untuk mempersingkat ucapan ketika beliau tidak menyebkan kata hidung secara
langsung.
10. Picture and Graph Technology
Penjelasan yang diperkuat dengan gambar atau tulisan
akan membuat penyampaian tersebut semakin jelas. Gambaran dan tulisan yang
menjadi visualisasi akan membantu penyampaian ilmu pengetahuan secara lebih
cepat. Di era teknologi saat ini, penggunaan multimedia semakin menjadi
kebutuhan karena multimedia dapat menjadikan proses belajar mengajar menjadi
lebih fun and entertaining. Di samping itu, efek-efek audio visual juga
dapat menanamkan pesan yang akan disampaikan jauh lebih dalam menghujam di
hati, apalagi dibarengi dengan grafik, sound effect, dan cuplikan
film. Secara sederhana Rasulullah SAW telah memberikan suri tauladan bagi kita
bahwa teknologi adalah instrumen yang dalam pengajaran tauhid, ilmu syariah dan
transformasi akhlak menjadi lebih baik.
Abdullah bin Mas’ud r.a.
berkata, “Rasulullah pernah membuat garis dengan tangannya.” Kemudian beliau
berkata, “ini adalah jalan Allah yang lurus.” Beliau kemudian membuat garis di
sebelah kanan dan kiri garis tersebut. Lalu berkata, jalan ini jalan setan dan
setan selalu menyeru untuk mengikuti jalannya.”
Beliau kemudian membacakan ayat:
Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah
jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan Janganlah kamu mengikuti
jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu ,mencerai-beraikan kamu dan
jalan-Nya. “‘
11. Reasoning
and Argumentation
Metode mengungkapkan alasan akan memperjelas sesuatu
yang sulit dan berat dipahami oleh murid. Metode mengungkapkan alasan akan
membuat ilmu pengetahuan semakin tertanam pada pikiran audiens dan penerima
materi.
Dari Abu Hurairah r.a., bahwasanya Rasulullah SAW
bersabda, seekor lalat masuk ke dalam tempat air milik salah seorang dan
kalian, tenggelamkanlah seluruh tubuh lalat tersebut, kemudian keluarkanlah Ia
dari tempat air tersebut. Karena sesungguhnya pada salah satu sayap lalat
tersebut ada penyakit dan pada sayap yang satunya lagi terdapat penawarnya.
Pada hadits ini, Nabi Muhammad SAW menjelaskan hikmah
di balik perintah menenggelamkan seluruh tubuh lalat ke dalam air ketika ia
jatuh ke dalam tempat air atau minuman. Beliau menjelaskan bahwa pada salah
satu sayap lalat tersebut terdapat penyakit dan pada bagian sayap yang lain
terdapat penawarnya. Jika hadist, ini tidak disertakan alasan perintah
tersebut, maka akan rnembingungkan orang. Akan tetapi karena alasannya diperjelas,
sehingga menjadikan hal tersebut terpercaya.
12. Self
Reflection
Memberikan kesempatan kepada murid untuk menjawab
sendiri pertanyaan merupakan metode yang sangat bermanfaat dalam mengoptimalkan
otak dan mengasah akal pikiran.
Perrnasalahan yang diajukan oleh guru bisa berupa
pertanyaan yang tidak membutuhkan jawaban, atau bisa berupa pertanyaan yang
memang harus dijawab. Metode seperti ini tentunya membutuhkan kecerdasan dan
kepandaian seorang guru dalam memilih contoh yang tepat.
Dari Abu Dzar r.a. bahwa ada beberapa sahabat
bertanya kepada SAW, “Wahai Rasulullah, orang-orang kaya bisa mendapatkan
pahala lebih banyak mereka bisa shalat sebagaimana kami shalat, Mereka bisa
berpuasa sebagaimana kami berpuasa dan mereka bisa bersedekah dengan harta lebih
yang dimiliki, Rasulullah SAW menjawab, “Bukankah Allah telah menjadikan setiap
yang kamu lakukan sebagai sedekah: pada setiap tasbih ada sedekah, pada setiap
takbir sedekah, pada setiap tahmid ada sedekah, pada setiap tahlil (membaca
kalimat laailaha illallah) ada sedekah, pada amar ma’ruf ada sedekah, pada nahi
mungkar ada sedekah dan pada setiap sendi tubuh kalian ada sedekah”, Kemudian
mereka bertanya lagi, “Wahai Rasulullah apakah apabila kami menyalurkan syahwat
ada pahala?’ Rasulullah menjawab, “Apabila kalian menyalurkannya pada hal yang
haram apakah berdosa?” Begitu pula apabila kalian menyalurkannya pada yang
halal, bukankah kalian mendapatkan pahala?” Pertanyaan yang diajukan oleh
Rasulullah SAW ini memancing sahabat untuk berpikir dan melakukan self
reflection.
13. Affirmation and Repetition
Hal
ini dilakukan dengan cara:
a.
Pengulangan
Kalimat
Dari
Anas bin Malik r.a., “Terkadang Nabi SAW jika mengucapkan sebuah kalimat,
beliau akan mengulang sebanyak tiga kali hingga kalimat tersebut dapat
dipahami. Jika beliau mendatangi suatu kaum, maka beliau akan menyampaikan
salam sebanyak tiga kali”
Untuk
hal-hal tertentu dan “baru sekali”, penjelasan terkadang tidak cukup, sehingga
informasi harus diulang beberapa kali. Contoh dari Rasulullah SAW sebanyak
“tiga kali” adalah satu kiasan yang bisa saja lebih atau kurang, tergantung
situasi dan kondisi.
Mengulang ucapan
sebanyak tiga kali bisa membuat tujuan yang diharapkan dapat tercapai.
Terkadang pengulangan tersebut bisa lebih dari tiga kali, tergantung pada
kebutuhan. Mengulang-ulang ucapan adalah sarana yang baik agar informasi Ilmu
pengetahuan yang disainpaikan dapat dihafal dengan baik. Ia juga dapat membuat
murid tenfokus pada poin tertentu yang dianggap penting.
b. Pengulangan Ucapan Nama
Mengulang-ulang
panggilan nama bisa membuat orang yang dipanggil lebih siap untuk dapat
menerima berita yang akan disampaikan.
Dari
Anas bin Malik, bahwasanya Nabi SAW dan Muadz pernah bertemu dalam sebuah
perjalanan. Beliau berkata, “Wahái Muadz bin Jabal!” Muadz menyahut, “Aku
menyambut seruanmu wahai Rasulullah dan memohon kebahagiaan atasmu.” Beliau
kembali berkata, “Wahai Muadz!” Muadz kembali menyahut, “Aku menyambut seruanmu
wahai Rasulullah dan memohon kebahagiaan atasmu.” demikian sampai tiga kali.
Beliau lalu bersabda, “Tidaklah seseorang bersaksi bahwa tiada Tuhan selain
Allah dan Muhammad utusan Allah, diucapkan dengan tulus dari hatinya, melainkan
Allah akan mengharamkan dirinya darinya api neraka.” Muadz berkata, “Wahai
Rasulullah, bolehkah aku memberitahukan berita ini kepada orang-orang, agar mereka
juga memperoleh kabar gembira ini?” Lalu Muadz pun memberitahukan kabar gembira
itu sebelum ia wafat.
14. Focus and
Point Basis
Menggunakan teknik berdasarkan rumusan-rumusan besar
atau poin akan membantu audiens dalam menyerap ilmu dan menjaganya dari lupa.
Metode ini akan sangat efektif jika dilakukan dengan cara from global to detail,
yaitu menyampaikan gambaran besarnya dahulu kemudian menjelaskan rinciannya.
Dari Abu Hurairah r.a., bahwa Nabi SAW bersabda,
“Tujuh golongan manusia yang akan mendapatkan naungan dari-Nya, yaitu seorang
imam yang adil pemuda dewasa yang selalu beribadah kepada Rabbnya, seorang pria
yang hatinya selalu terpaut pada masjid, dua orang yang saling mencintai karena
Allah berkumpul dan berpisah karena Allah, seorang pria yang dibujuk oleh
wanita yang memiliki kedudukan dan cantik, akan tetapi ia berani mengatakan,
“aku takut kepada Allah”, seseorang yang bersedekah dengan sembunyi-sembunyi
hingga tangan kirinya sendiri tidak mengetahui apa yang disedekahi oleh tangan
dan terakhir seseorang yang berzikir kepada Allah ditempat yang sunyi hingga
mengeluarkan air mata.”
15. Question
& Answer Method
Teknik bertanya adalah metode yang baik untuk
menarik perhatian dan membuat pendengar siap terhadap apa yang akan disampaikan
Pertanyaan terkadang bisa dilontarkan di awal pembicaraan dan di pertengahan
tergantung kondisi ketika itu. Seorang guru dapat saja melontarkan pertanyaan
kepada murid-muridnya di awal, lalu memberikan waktu sebentar bagi mereka
mendapatkan jawaban pertanyan tersebut.
Rasululllah SAW bersabda, “Tidakkah kalian ingin aku
beritahukan dosa yang paling besar?” Kami bertanya, “Ya, wahai Rasulullah.”
Beliau bersabda “Menyekutukan Allah dan durhaka kepada orang tua.”
Kata “tidaklah” pada hadits tersebut adalah
pertanyaan untuk mengingatkan dan menarik perhatian pendengar untuk menyimak
apa yang dikatakan dan. memahaminya dengan baik.
16. Guessing
with Question
Metode mi penting untuk memperkuat pemahaman dan
memperbesar keingintahuan. Dari Abdullah bin Dinar, dan Ibnu Umar ra., bahwa
Nabi SAW bersabda, “Sesungguhnya di antara pepohonan ada satu pohon yang
daunnya jatuh ke tanah (secara berguguran). Pohon itu bagaikan seorang muslim.
Jelaskanlah kepadaku pohon apakah itu?” Orang-orang mengatakan pohon itu
terdapat di pedalaman. Abdullah berkata, “Dalam benakku terbetik pikiran bahwa
pohon yang dimaksud adalah pohon kurma. Akan tetapi, aku malu menjawabnya.”
Orang. berkata, “Beritahukanlah kepada kami, pohon apakah itu wahai
Rasulullah?” menjawab, “Pohon Kurma.”
Al-”Ainy mengatakan, “Hadits tersebut adalah bukti
bahwa seseorang mengajukan pertanyaan kepada para sahabatnya untuk mengukur
tingkat keilmuan mereka” Sedangkan Ibnu Hajar r.a. mengatakan, “Hadits ini
memiliki beberapa manfaat, yaitu dengan diperbolehkannya seorang guru menguji
kecerdasan murid yang dilanjutkan dengan penjelasan jawaban pertanyaan
tersebut, jika mereka memang belum memahaminya. Cara seperti itu juga dapat
membantu pemahaman sebuah ilmu pengetahuan.”
Pada suatu hari beliau keluar dan naik ke atas
mimbar. Kemudian beliau bersabda, “Bertanyalah kepadaku! Tidaklah kalian
bertanya kepadaku, melainkan akan aku jelaskan jawabannya kepada kalian”
bertanya dapat menghapuskan kebodohan serta
memperbaiki pemahaman dan pemikiran. Guru yang memberikan kesempatan dan
motivasi kepada murid-muridnya untuk berani mengajukan pertanyaan memiliki manfaat
untuk: mengukur tingkat pemahaman murid-muridnya, memberikan motivasi kepada
murid yang pemalu agar berani mengajukan pertanyaan, dan agar murid-murid yang
lain dapat mengambil manfaat ketika mendengar jawaban dari pertanyaan yang
diajukan. Juga sebagai introspeksi seorang guru untuk kembali mengevaluasi cara
menyampaikan pelajarannya, yaitu ketika ia mengetahui dan pertanyaan-pertanyaan
yang disampaikan murid-muridnya bahwa muridnya belum memahami pelajaran dengan
baik
18. Wisdom in
Answering Question
Hal
ini dilakukan dengan cara:
a. Menyikapi Orang yang
Mengajukan Pertanyaan Sesuai dengan Tingkat
Pengetahuannya
Berusaha mengetahui keadaan penanya dan apa yang
dibutuhkannya. Seperti contoh seseorang bertanya tentang suatu hukum.
Pertanyaan yang ia ajukan memang tidak diketahui oleh yang bersangkutan. Akan
tetapi, sebagian orang yang lain yang ada di dalam majelis atau ruang belajar
telah mengetahui hukum apa yang ia tanyakan itu. Oleh karena itu, Rasulullah
SAW menjawab pertanyaannya dengan rnenambah hukum lain atau hal lain yang
terkait dengan pertanyaan si penanya. Dengan harapan, semua mendapat manfaat
dari jawaban Rasulullah SAW
Hal tersebut tertuang dalam hadits berikut: Abu
Hurairah r.a. berkata, “Seseorang pemah bertanya kepada Rasulullah SAW, “Wahai
Rasulullah, kami sedang berjalan di atas lautan. Kami hanya membawa sedikit
air. Jika kami berwudhu dengan air itu, maka kami akan kehausan. Apakah kami
boleh berwudhu dengan air laut?” Rasulullah kemudian bersabda, “Air laut itu
suci. Sedangkan bangkai binatang laut halal dimakan.”
Ada lagi contoh seorang sahabat melakukan kesalahan
dalam mengucapkan salam (assalamu‘alaikum warahmatullahi wa barakatuh).
Padahal, ucapan salam adalah hal yang hampir tidak pernah salah diucapkan oleh
umat Islam. itu, Rasulullah menyikapi kesalahan itu sesuai dengan kondisi orang
tersebut, plus memberikan penjelasan tentang Allah SWT sebagai Tuhan Yang Maha
damai.
b. Menyikapi Si
penanya dengan Sikap yang Bermanfaat Baginya
Terkadang jawaban atas pertanyaan si penanya tidak
sesuai dengan pertanyaan tersebut. Akan tetapi, bisa jadi hal itu akan lebih
bermanfaat bagi si penanya. Contohnya untuk menjawab pertanyaan mengenai
pakaian ihram.
Dari Abdullah bin Umar r.a. seorang pria berkata,
“Wahai Rasulullah, apa pakaian yang dipakai oleh orang yang sedang ihram?”
Rasulullah SAW berkata ia tidak memakai baju, serban, celana, topi, dan juga
sepatu.”
Contoh kedua, para sahabat bertanya mengenai
karakter bulan penciptaannya. Lalu Rasulullah menjawab pertanyaan mereka dengan
memberikan jawaban yang lebih bermanfaat bagi mereka, yaitu mengenai hikmah
yang baik penciptanya. Hal seperti ini juga menjadi gaya bahasa AI-Qur’an
sebagaimana firman Allah SWT,
“Mereka bertanya kepadamu
tentang bulan sabit. Katakanlah: “Bulan sabit adalah tanda-tanda waktu bagi
manusia dan (bagi ibadah haji); Dan kebajikannya memasuki rumah-rumah dari belakangnya,
akan tetapi itu ialah kebajikan orang yang bertakwa. Dan masuklah ke
rumah-rumah pintu-pintunya; dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung. “
Sikap seperti itu tidak selamanya dapat diterapkan
pada setiap kondisi penanya Akan tetapi, sikap seperti itu dapat diterapkan
tergantung pada situasi. Pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan murid dapat
dimanfaatkan untuk melekatkan makna-makna tertentu atau menjelaskan hukum-hukum
yang baru bagi mereka.
19. Commenting
on Students Question
Dari Abu Hurairah r.a., bahwasanya seorang pria
mendatangi Rasulullah SAW dan berkata, “Aku bermimpi.” Ia lálu rnenceritakan
mimpinya itu. Abu Bakar mencoba menafsirkannya. Nabi SAW bersabda, “Sebagian
engkau katakan benar, dan sebagian yang lain engkau katakan salah.” Abu Bakar
kemudian berkata, “Aku bersumpah kepadamu wahai Rasulullah dan ayahku memberitahukan
kepadaku, kesalahan apa yang telah aku katakan?” Rasulullah berkata, “Janganlah
engkau bersumpah!”
Memberikan komentar terhadap jawaban seorang murid
dapat bemanfaat bagi si penjawab untuk memperbaiki jawabannya. Selain itu, juga
bermanfaat bagi murid-murid yang lain untuk mengetahui apakah jawaban rekannya
itu diterima atau ditolak.
Terkadang jawaban yang diberikan benar, terkadang
salah. Setiap jawaban memiliki cara masing-masing dalam mengomentarinya,
Apabila audiens memberikan jawaban yang salah, hendaklah tetap menjaga
perasaannya.
Seorang guru tidak mesti menggunakan ungkapan
seperti “benar” atau “salah”. Akan tetapi, boleh menggunakan ungkapan yang juga
memiliki pengertian dan maksud yang sama, seperti bagus, baik, luar biasa atau
hebat. Ketika menginginkan agar murid lebih berusaha memperbaiki kesalahannya,
maka ungkapan yang dapat digunakan adalah “jawaban yang disampaikan belum
sempurna” atau ungkapan-ungkapan santun lainnya.
20. Honesty
Ketika Allah bertanya kepada para Rasul-Nya di Hari
Kiamat pada firman Nya:
(Ingatlah), hari di saat Allah mengumpulkan para
Rasul, lalu Allah bertanya (kepada mereka), “Apa jawaban kaummu terhadap
(seruan) mu?” Para rasul menjawab, “Tidak ada pengetahuan kami (tentang itu).
Sesungguhnya Engkaulah yang mengetahui perkara yang gaib. “
Jawaban “Sesungguhnya Engkaulah yang mengetahui
perkara yang gaib” (adalah suatu ungkapan dan contoh kejüjuran yang harus
dilakukan jika kita memang telah mengetahui suatu permasalahan dengan baik.
Para malaikat pun tidak pernah merasa malu untuk
mengatakan “tidak tahu” untuk suatu hal yang mereka belum mempelajarinya, “Dan
Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama benda-benda) seluruhnya, kemudian
mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman:“Sebutkanlah kepada-Ku nama
benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!”
Seorang guru harus menanamkan sikap mulia berani
mengakui ketidaktahuan ke dalam jiwa murid-muridnya. Ucapan “aku tidak tahu
adalah bagian dan ilmu”, bahkankan Abu Darda mengatakan bahwa ucapan itu adalah
setengah dari ilmu.
C.
NILAI-NILAI KARAKTER DALAM STRATEGI
PEMBELAJARAN RASULALLAH SAW
1. Memberikan kemudahan dan suasana gembira
Prinsip
ini dapat dijabarkan dari sabda Rosulullah saw. Kepada sahabat beliau yang
diutus untuk melakukan dakwah kepada gubernur Romawi di Damaskus, yaitu Mu’azd
Ibn Jabal dan Abu Musa al-Asy’ary, sebagai berikut :
عن انس بن ما
لِكِ عن ا لنبِيّ صلي ا عليه و سلّم قا ل
يسر وا و لا تعسر وا و بسر وا و لا تنفّر وا (رواه ا لبحاري)
Artinya : permudahlah mereka jangan
mempersulit, gembirakanlah dan jangan membuat mereka menjauhi kamu (H.R
Bukhari)
يُرِيدُ بِكُمُ العُسر ولتُكْمِلُوا ا لعدّ
“Alloh menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak
menghendaki kesukaran (Albaqoroh :125)
Prinsip memberikan kemudahan dan menciptakan suasana
gembira dalam pembelajaran bisa dilakukan dengan beberapa cara yaitu :
Menciptakan suasana akrab
Mempelajari materi keilmuan membutuhkan peran akal
dan hati, demi untuk menajamkan ingatan serta menggali materi pelajaran, yang
terpendam. Guru harus memasukkan kata-kata yang megasyikkan disela-sela belajar
agar dapat mengusir kejenuhan dan kebosanan yang menegangkan suasana kelas.
Manfaat memasukkan kata-kata menyenangkan disela-sela
belajar, antara lain : bisa mengusir kebosanan dan kejenuhan, menyegarkan
(refreshing) hati dan mengasah hati ketegangan dan keseriusan, memberikan waktu
rehat bagi guru, mengasah hati dan memberikan suasana baru untuk melanjutkan
menyerap pelajaran, dan merubah suasana kelas yang kering dan menegangkan
menjadi santai. Humor (bergurau) adalah bergembira bersama ornag lain dengan
tanpa merugikan dan melecehkannya.
Menjadikan sebuah pembelajaran menjadi sesuatu yang
menyenangkan adalah sangat penting, karena belajar yang menyenangkan merupakan
kunci utama bagi individu untuk memaksimalkan hasil yang akan diperoleh dalam
proses belajar.
b.
komunikasi yang ramah
sikap ramah ditunjukkan dalam ucapan yang lembut,
tindakan dan sikap yang memudhakan, lawannya adalah bersikap kasar. Jiwa
manusia pada dasarnya cenderung kepada keramahan, kelemahlembutan, tutur kata
yang halus serta jauh dari kekerasan dan kekasaran. Oleh sebab itu, sebaiknyalah
seorang guru memperhatikan hal ini dan mengaplikasikannya kepada anak didiknya.
Bersikap kasar bagi seorang guru merupakan hal yang fatal dan membahayakan
apalagi terhadapn anak didik, karena hal itu dapat mencetak kepribadian yang
buruk.
c.
alusan dan kelembutan (dalam ucapan dan
perilaku)
perkataan yang kotor, cacian, serta memperolok-olok
oran glain merupakan tindakan yang tidak disukai dan harus dihindari,
lebih-lebih oleh seorang guru yang menjadi teladan bagi anak didiknya. Jika
seorang guru mengucapkan kata-kata kotor dna menyakitkan, meskipun dalam kadar
yang kecil saja, maka hal itu sudah merupakan aib baginya, apalagi jika ia
melakukan dalam skala yang lebih luas.
d.
memperlakukan anak dengan kasih sayang
Dantara anjuran Nabi kepada para ayah untuk
menyayangi anak-anak mereka adalah hadits yang diriwayatkan oleh Anas.
Disebutkan bahwa pernah ada seorang wanita dating kepada ‘Aisyah lalu ‘Aisyah
memberinya tiga butir kurma. Wanita itu pun memberikan kepada dua anaknya masing-masing lsebiji kurma dan sisanya untuk
dirinya sendiri. Buah kurma itu langsung dimakan oleh kedua anaknya, lalu
keduanya memandang kepada ibunya , maka sang ibu memahami anaknya, lalu
membelah sebiji buah kurma itu menjadi dua bagian dan memberikannya kepada masing-masing
dari dua anaknya itu separoh buah kurma.
e.
Bercengkrama dengan anak.
Banyak riwayat yang menunjukkan sikap Nabi SAW yang
amat toleran terhadap anak. Beliau sering menyapa anak-anak dari
sahabat-sahabatnya. Beliau juga sering menggendong Al-Hasan Al-Husain di
pundaknya. Beliau suka mencium bercengkrama dan bermain dengan mereka.
Misalnya, suatu saat Nabi SAW sedang berbaring, tiba-tiba Al-Hasan dan
Al-Husain dating lalu keduanya bermain-main di atas perutnya. Keduanya sering
menaiki punggung beliau saat beliau sedang sujud dalam shalatnya. Bahkan beliau
pernah merangkak, sedang Al-Hasan dan Al-Husain menaiki punggungnya, lalu
bersabda: Sebaik-baik unta adalah unta kalian berdua, dan sebaik-baik
penunggang adalah kalian berdua.(HR Bukhari) Thabarani, Mu’jamul Kabir, Juz 3,
terjemahan. Khadits No.2677.
Jika
dirangkum dalam sebuah kalimat dan secara keseluruhan dari keduapuluh model
pembelajaran Rasulullah tersebut terdapt berbagai nilai-nilai karakter. Yakni
pertama, nilai kejujuran dimana peserta didik dan pendidik harus jujur jika
memang ia tidak mengetahui jawaban dari sebuah pertanyaan dan perkara yang
belum pernah dialaminya shingga tidak timbul sok tau. Kedua, nilai kerja keras
yakni peserta didik diharuskan mencari jawaban ketika ditanya seorang
pendidiknya, bagi guru adalah untuk mmengetes muridnya. Ketiga yakni nilai
tanggung jawab yakni nilai yang terkandung ketika Rasulullah memberikan tugas
rumah pada peserta didiknya sehingga anak harus mengerjakan tugas tersebut dan
bagi guru bentuk tanggung jawabnya adalah mengoreksi tugas tersebut. Keempat
kerjasama yakni nilai yang terkandung ketika peserta didik harus praktikum atau
praktik secara langsung sehingga dibutuhkan keahlian sendiri-sendiri untuk
membangun kebersamaan yakni tugas kelompok, sekaligus disini tercantum nilai
karekter yang kelima yakni percaya diri sehingga peserta didik tidak saling
mengandalkan.
D.
VARIASI PENGEMBANGAN STRATEGI
PEMBELAJARAN RASULALLAH SAW
1.
Humanistik Liberatif
Yakni
variasi pengembengan strategi Rasulullah yang telah memadukan antara metode
klasik di era Rasulullah dan strategi modern pada saat ini, sehingga ditemukan
atau termodifikasi menjadi humanistik liberatif. Pendidikan yang berwawasan
kemanusiaan mengandung pengertian bahwa pendidikan harus memandang manusia
sebagai subjek pendidikan. Oleh karena itu,starting point dari
proses pendidikan berawal dari pemahaman teologis-filosofis tentang
manusia, yang pada akhirnya manusia diperkenalkan akan keberadaan dirinya
sebagai khalifah Allah dimuka bumi. Pendidikan yang berwawasan kemanusiaan
tidak berpretensi menjadikan manusia sebagai sumber ikatan-ikatan nilai secara
mutlak (antroposentris), karena di Eropa pada abad pertengahan
menjadikan ilmu murni dan teknologi teistik justru membawa malapetaka di abad
modern ini, dimana kepribadian manusia menjadi terpisah-pisah di dalam jeratan
dogma materialisme yang mengaburkan nilai kemanusiaan. Padahal pendidikan itu
sarat akan nilai dan harus berarsitektur atau landasan moral-transendens.
Contoh dalam penerapan pengajaran ibadah solat di
sekolah adalah cara yang dilakukan seorang pendidik
untuk membawakan materi pelajaran yang tidak hanya dilhat hanya satu sisi saja,
contohnya materi sholat, pada materi ini pendidik tidak hanya menerangkan bahwa
shalat merupakan kewajiban dan bentuk ritual semata, akan tetapi dilihat dari
bidang sainsnya yakni tentang kesehatan bagi orang yang melakukan shalat,
sehingga orang yang akan melakukan shalat tidak hanya mendapatkan ganjaran dari
satu sisi saja namun dari berbagai manfaat.
E.
KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN STRATEGI PEMBELAJARAN
RASULALLAH SAW
1. Keunggulan
Metode Rasulullah
Secara global metode
yang dipakai Rasulullah adalah sebagai berikut :
a.
Dapat menampung kelas besar, tiap siswa
mempunyai kesempatan yang sama untuk mendengarkan, dan karenanya biaya yang
diperlukan menjadi relatif lebih murah.
b.
Konsep yang disajikan secara hirarki
akan memberikan fasilitas belajar kepada siswa.
c.
Guru dapat memberi tekanan terhadap
hal-hal yang penting hingga waktu dan energi dapat digunakan sebaik mungkin.
d.
Kekurangan atau tidak adanya buku
pelajaran dan alat bantu pelajaran, tidak menghambat terlaksananya pelajaran
dengan pengetahaun Rasulullah yang luas dan terpercaya.
e.
Karena metode beliau yang banyak
sehingga dalam menyampaikan materi ajar dapat tepat sasaran serta sesuai kadar
materinya, sehingga kompetensi yang dicapaipun dapat sesuai.
2. Kelemahan
Metode Rasulullah
Setidaknya ada beberapa
metode Rasulullah yang mempunyai kekurangan yakni sbb:
a.
Pelajaran berjalan membosankan dan
siswa-siswa, karena tidak berkesempatan untuk menemukan sendiri konsep yang diajarkan. Siswa hanya aktif
membuat catatan saja.
b.
Kepadatan konsep-konsep yang diberikan
dapat berakibat siswa tidak mampu menguasai bahan yang diajarkan secara
keseluruhan.
c.
Pengetahuan yang diperoleh melalui metode
ceramah khususnya lebih cepat terlupakan.
d.
Ceramah menyebabkan belajar siswa
menjadi “Belajar Menghafal” yang tidak mengakibatkan timbulnya pengertian.
F.
PERAN STRATEGI PEMBELAJARAN RASULALLAH
SAW DALAM MEMBANGUN KARAKTER PESERTA DIDIK
Peran
strategi pembelajaran Rasulullah dalam membangun karakter peserta didik yakni
dilihat dari cara beliau dalam menanamkan sikap kejujuran dan mampu untuk
bertanggung jawab dari setiap apa yang dikerjakan peserta didiknya. Hal lain
yang dapt mengutkan hal tersebut adalah Rasulullah sendiri sebgai pelaku dalam
membentuk dan menularkan karekter dan akhlak yang baik tersebut, yakni sifat
beliau yang shiddiq, amanah, tabligh, fathonah. Dengan demikian karakter yang
terhujam didalam peserta didiknya tidak hanya secara konsep semata melainkan
dengan praktik secara langsung.
Selain hal itu
beliau juga merupakan guru pertama yang mengajrakan kebaikan kepada peserta
didik dengan gaya pengajran yang sangat baik, ucapan yang fasih, perkataan yang
bersih, metode yang menyenangkan, isyarat yang lembut, selalu berjiwa cerah,
berlapang dada, halus perangainya, melimpah kasih sayangnya, bijaksana,
memiliki perhatian yang cukup besar, tinggi kecerdasannya, matang perhatiannya
dan senantiasa ramah kepada siapapun.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebenarya masih banyak
sifat-sifat dan teknik pengajaran yang diteladankan oleh Rasulullah SAW.
Sifat-sifat dan teknik tersebut saling berkelindan dengan metode dakwah karena
dakwah pada intinya juga adalah pendidikan. Metode dakwah dan pengajaran boleh
dikata hampir sama karena tujuannya juga relatif sama yaitu ,menyampaikan sesuatu
kepada peserta didik atau orang yang didakwahi. Dengan kata lain, prosesnya
adalah bagaimana pesan-pesan kebenaran dapat disampaikan pada pihak lain.
Muhammad SAW merupakan
salah satu tokoh pendidikan dunia. Meskipun beliau adalah seorang yang ummi
tetapi beliau menganjurkan umatnya untuk belajar. semangat belajar ini
merupakan salah satu ajaran Al-Qur’an yang secara harfiah berarti “bacaan”.
Bahkan wahyu pertama yang diterima beliau adalah “Iqra’ (bacalah).
Beliau merupakan guru
pertama yang mengajrakan kebaikan kepada peserta didik dengan gaya pengajran
yang sangat baik, ucapan yang fasih, perkataan yang bersih, metode yang
menyenangkan, isyarat yang lembut, selalu berjiwa cerah, berlapang dada, halus
perangainya, melimpah kasih sayangnya, bijaksana, memiliki perhatian yang cukup
besar, tinggi kecerdasannya, matang perhatiannya dan senantiasa ramah kepada
siapapun.
Nilai karakter yang
terkandung yakni pertama, nilai kejujuran dimana peserta didik dan pendidik
harus jujur jika memang ia tidak mengetahui jawaban dari sebuah pertanyaan dan
perkara yang belum pernah dialaminya shingga tidak timbul sok tau. Kedua, nilai
kerja keras yakni peserta didik diharuskan mencari jawaban ketika ditanya
seorang pendidiknya, bagi guru adalah untuk mmengetes muridnya. Ketiga yakni
nilai tanggung jawab yakni nilai yang terkandung ketika Rasulullah memberikan
tugas rumah pada peserta didiknya sehingga anak harus mengerjakan tugas
tersebut dan bagi guru bentuk tanggung jawabnya adalah mengoreksi tugas
tersebut. Keempat kerjasama yakni nilai yang terkandung ketika peserta didik
harus praktikum atau praktik secara langsung sehingga dibutuhkan keahlian
sendiri-sendiri untuk membangun kebersamaan yakni tugas kelompok, sekaligus
disini tercantum nilai karekter yang kelima yakni percaya diri sehingga peserta
didik tidak saling mengandalkan.
DAFTAR PUSTAKA
Abu
Ghuddah, AL-Fattah Abd. 40 Strategi
Pembelajaran Rasulullah. Alih bahasa (Sumedi dan R. Umi Baroroh). 2005 Cet
1. Yogyakarta: Tiara Wacana
Abudinnata.
Prospektif Islam Tentang Strategi
Pembelajaran.2009.Jakarta:Kencana
Antonio,
Syafi’I Muhammad. Muhammad SAW The Super
Leader Super Manajer. 2007. Jakarta: Tazkia Multimedia dan Prolm Center
Hamruni. Edutainment Dalam Pendidikan Islam dan Teori-Teori
Pembelajaran Quantum. 2009.
Yogyakarta : Fakultas
Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar