STRATEGI PEMBELAJARAN PAKEM
(Bermuatan Karakter)
(Bermuatan Karakter)
BAB I
PENDAHULUAN
Kegiatan
pembelajaran merupkan proses kegiatan belajar dan mengajar, yang terdiri dari
guru dan siswa dengan tujuan pematangan intelektual, kedewasaan, emosional,
moral dan sebagainya. Relasi antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran
ini sangat menentukan keberhasilan pembelajaran yang diselenggarakan lembaga
pendidikan.
Strategi
PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan) yang berorientasi
menggali dan mengembangkan potensi siswa dengan metode pembelajaran lebih aktif
pada anak didik. Strategi ini diharapkan mampu secara efektif dan efisien serta
menyenangkan dalam keberhasilan proses pembelajaran. Dalam makalah ini, pokok
pembahasan makalah akan kami fokuskan tentang strategi pembelajaran PAKEM yang
bermuatan karakter, dengan destinasi agar dapat memberikan pemahaman mahasiswa
calon pendidik dan membantu para pendidik untuk memahami PAKEM secara
kompeherensif dan aplikatif.
Di
samping itu, agar dapat menelurkan para peserta didik yang tidak hanya cerdas
secara kognitif saja namun cerdas secara afektif dan psikomotorik sehingga
mempunyai karakter yang unggul dan berwibawa. Dengan menggunakan metode pembelajaran
PAKEM guru lebih variatif dan mengerti cara menyampaikan materinya pada basis
murid aktif sehingga peserta didik diharapkan mampu mengaplikasikannya dengan
lebih inovatif serta tidak membosankan.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN DAN KONSEP DASAR PAKEM
1.
Pengertian PAKEM
PAKEM
adalah sebuah strategi pendekatan introduksional yang memungkinkan peserta didik
mengerjakan kegiatan beragam untuk mengembangkan ketrampilan, sikap dan
pemahaman kegiatan dengan penekanan belajar sambail bekerja secara mandiri. PAKEM
merupakan akronim dari pembelajaran aktif, kreatif dan menyenangkan.
Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses
pembelajaran, guru harus menciptakan suasana menyenangkan yang mendukung siswa
untuk lebih aktif bertanya, mempertanyakan pelajaran, dan mengemukakan gagasan,
serta berkreasi sesuai dengan hasil belajarnya. Kreatif juga dimaksudkan agar
guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam, sehingga memenuhi berbagai
tingkat kemampuan siswa. Efektif berarti proses pembelajaran tersebut bermakna
bagi siswa. Menyenangkan maksudnya adalah membuat suasana belajar mengajar yang
menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar
dan waktu perhatian anak pada pelajaran menjadi tinggi.
2.
Konsep dasar PAKEM
Menurut
Sriudin, awal mula istilah PAKEM dikembangkan dari AJEL (Active Joyfull and Efective Learning). Untuk pertama kali di
Indonesia, pada tahun 1999 disebut PEAM (Pembelajaran Efektif, Aktif dan
Menyenangkan). Seiring dengan perkembangan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS),
pada tahun 2002 istilah PEAM diganti menjadi PAKEM, yaitu kependekan dari
Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan. Namun demikian, jika
dicermati dalam modul-modul PAKEM, landasan teori yang digunakan di dalamnya
pada hakikatnya adalah mengambil teori-teori tentang active learning atau pembelajaran aktif.
PAKEM belum layak disebut pendekatan pembelajaran,
karena belum ada teori atau literatur yang mendasarinya, tetapi sebuah istilah
yang mengintegrasikan dan mengkompilasikan sejumlah pendekatan pembelajaran
yang bertujuan menstimulasi guru untuk dapat merancang pembelajaran yang
kreatif inovatif. Ketiadaan dasar teori inilah, membuat istilah PAKEM
kemudian dapat diubah-ubah dan dimodifikasi menjadi PAIKEM (Pembelajaran Aktif,
Inovatif, Kreatif, Efektif, Menyenangkan). Khusus untuk Nanggore Aceh Darusslam
dimodifikasi lagi dengan nama PAIKEMIS (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif,
Efektif, Menyenangkan, dan Islami).
Suasana belajar mengajar yang menyenangkan dapat
memusatkan perhatian siswa secara penuh pada belajar sehingga waktu curah
perhatiannya (time on task) tinggi. Menurut hasil penelitian, tingginya waktu
curah terbukti meningkatkan hasil belajar, seperti disimpulkan oleh Dimas
(dalam Qomaruddin, 2005) bahwa memetik senar kegembiraan pada anak akan
memunculkan keriangan dan vitalitas dalam jiwanya. Hal itu juga akan menjadikan
si anak selalu siap untuk menerima perintah, peringatan, atau bimbingan apapun.
Menabur kegembiraan dan keceriaan pada anak akan membuatnya mampu
mengaktualisasikan kemampuannya dalam bentuk yang sempurna.
Untuk itu, pembelajaran bernuansa PAKEM diarahkan pada
pembelajaran yang berpola permainan (game) yang kemudian dikenal dengan
model-model pembelajaran. Para ahli pembelajaran telah merancang sejumlah model
pembelajaran sepeti model Jigsaw, Problem
Based Instruction (PBI), Think, Pair,
and Share (TPS), dan sebagainya.
Di bawah ini beberapa prinsip yang
dimiliki pendidikan aktif dan kreatif dan menyenangkan. Di antaranya adalah
sebagai berikut:
1)
Mengalami
Mengalami
berarti siswa belajar banyak hal yang digerakkan oleh naluri berbuat dan
pengalaman langsung dengan mengaktifkan banyak indra. Beberapa contoh dari
prinsip mengalami ini adalah melakukan pengamatan, perubahan, penyelidikan,
wawancara dan penggunaan alat peraga. Prinsip “mengalami” ini membuat siswa
dapat merasakan teori dan ide-ide progresif ketika merasa wawancara dalam rangka
membuat bulletin/majalah, misalnya mereka akan berkembang dengan sendirinya
dari satu tahap ke tahap berikutnya. Dapri prinsip ini, mereka menjadi lebih
matang, dinamis, dan professional. Mengamati wawnacara, menyelidiki,
ekperimental dan menggunakan alat peraga membuat mental menjadi kritis,
kreatif, inovatif dan kompetitif.
2)
Interaksi
Interaksi
antar siswa dengan siswa maupun siswa dengan guru perlu untuk selalu dijaga
agar mempermudah dalam membangun makna. Dengan interaksi pembelajaran menjadi
lebih hidup dan menarik, kesalahan makna berpeluang terkoreksi, makna yang
terbangun semakin mantap, dan kualitas hasil belajar meningkat. Prinsip
interaksi memberikan peluang pada siswa untuk berekspresi dan berartikulasi
sesuai kemampuan masing-masing. Potensi mereka akan berkembang karena
aktulisasi dinamis yang terus dikembangkan
3)
Komunikasi
Komunikasi
dapat diartikan sebagai cara menyampaikan apa yang kita ketahui. Interaksi saja
belum cukup jika tidak dilengkapi dengan komunikasi yang baik karena interaksi
akan lebih bermakna jika interaksi itu komunikatif. Makna yang terkomunikasikan
kepada orang lain secara terbuka memungkinkan untuk mendapat tanggapan.
Beberapa cara komunikasi yang dapat dilakukan misalnya dengan pajangan,
presentasi maupun laporan..Prinsip komunikasi ini dapat dijadikan sebagai ajang
untuk mengetahui sejauh mana pendalaman dan pengayaan materi seorang siswa. Adu
gagasan, silang pemikiran dan bedah ide membuat pemikiran menjadi segar, kaya,
mendalam dan penuh variasi.
4)
Refleksi
Refleksi
berarti memikirkan kembali apa yang diperbuat/dipikirkan. Melalui refleksi kita
dapat mengetahui efektifitas pembelajaran yang sudah berlangsung. Refleksi
dapat memberikan peluang untuk memunculkan gagasan baru yang bermanfaat dalam
perbaikan makna hasil pembelajaran. Dengan refleksi kesalahan dapat dihindari
sehingga tidak terulang lagi.
Prinsip
refleksi ini juga dapat dijadikan sebagai wahana evaluasi dari strategi yang
telah diterapkan dan hasil yang didapatkan. Dan refleksi ini akan diketahui
kelemahan dan kelebihan/efektif dan tidaknya suatu jenis pembelajaran. Akan ada
ide-ide baru, pemikiran baru dan gagasan baru yang lebih segar, kaya dan penuh
makna dari proses refleksi ini.
Keempat prinsip ini membuat PAKEM
berjalan pada kerangka dasar yang telah dirumuskan sebelumnya, yaitu membentuk
pembelajaran yang berkualitas dan mampu menghasilkan kader-kader muda yang
berkreasi demi bangkitnya potensi bangsa.
B.
NILAI-NILAI KARAKTER DALAM STRATEGI
PAKEM
Strategi
PAKEM ini masuk dalam pengembangan strategi active learning, banyak persamaan
yang mendasari antara kedua strategi tersebut. Menurut T. Taslimuharom, proses strategi
PAKEM dapat dikatakan active learning
jika mengandung komitmen, tanggung jawab dan motivasi dalam proses
pembelajarannya. Ketiga eleman ini merupakan alat untuk pembentukan karakter
peserta didik.
1.
Komitmen (keterlekatan pada tugas)
Artinya
materi, metode dan strategi pembelajaran bermanfaat untuk siswa (meaningful) sesuai dengan kebutuhan
siswa (relevant) dan bersifat pribadi
(personal)
2.
Tanggung jawab (responsibility)
Tanggung
jawab merupakan suatu proses belajar yang memberi wewenang pada siswa untuk
kritis. Guru lebih banyak mendengar daripada bicara, menghormati ide-ide siswa,
member pilihan dan memberi kesempatan pada siswa untuk memutuskan sendiri
3.
Motivasi
Motivasi
belajar ada dua macam yaitu motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Dalam pembelajaran
ini, motivasi intrinsik siswa harus lebih dikembangkan agar proses belajar yang
ditekuninya muncul berdasarkan minat dan inisiatif sendiri, bukan karena
dorongan lingkungan atau orang lain. Motivasi belajar siswa akan meningkat
karena pendekatan belajar yang dilakukan guru lebih dipusatkan pada siswa (student centered approach). Guru tidak
hanya menyuapi atau menuangkan dalam ember, tetapi menghidupkan api yang
menerangi sekelilingnya serta bersikap positif kepada siswa.
PAKEM dalam Active learning bisa dibangun oleh seorang guru yang gembira,
tekun, dan setia pada tugasnya, bertanggung jawab, motivator yang bijak,
berpikir positif, terbuka pada ide baru dan saran dari siswa atau orang
tuanya/masyarakat, tiap hari energinya untuk siswa supaya belajar kreatif,
selalu membimbing, seorang pendengar yang baik, memahami kebutuhan siswa secara
individual dan mengikuti perkembangan pengetahuan.
Selain active learning, PAKEM harus ditunjang oleh pembelajaran kreatif. Pembelajaran
kreatif adalah kemampuan untuk menciptakan, mengimajinasikan, melakukan inovasi
dan melakukan hal-hal yang artistik lainnya. Selain itu, guru juga harus mampu
menciptakan suatu proses yang baru, memiliki kemampuan untuk menciptakan dan
merancang untuk mensimulasikan imajinasi. Kreativitas adalah kemampuan
(berdasarkan data dan informasi yang tersedia) untuk memberikan gagasan-gagasan
baru dengan menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah yang
menekankan segi kuantitas, ketergantungan, keragaman jawaban dan menerapkannya
dalam pemecahan masalah.
C.
ASAS-ASAS PEMBELAJARAN PAKEM
1.
Mendorong siswa untuk menghafalkan
Hafalan
mempunyai pengaruh besar terhadap kualitas keilmuan seseorang. Orang yang hafal
mempunyai kekuatan untuk memperdalam pemahaman dan menembangkan pemikiran
secara lebih luas. Dengan menghafal pelajaran, seseorang bisa menarik kembali
ilmu setiap saat, dimanapun dan kapanpun. Siswa yang hafal dapat menangkap
dengan cepat pelajaran yang diajarkan. Apalagi kalau hubungannya dengan teori Matematika,
IPA, Bahasa Inggris, dan sebagainya. Aspek hafalan memegang peranan penting untuk
mengedepankan ilmu dan mengkristalkannya dalam pikiran dan hati, kemudian meningkatkannya
secara eksekratif dan massif. Dalam konteks PAKEM, hafalan menjadi fondasi
utama dalam mengadakan komunikasi interaktis dalam bentuk diskusi, debat, dan
sebagainya.
Menghafal dan recheck (mengecek ulang) sangat membantu penguasaan, pemeliharaan
dan pengembangan ilmu. Seringkali kegagalan yang dialami para pelajar yang
cerdas disebabkan oleh sikap menggantungkan pada pemahaman, tanpa adanya
hafalan.
2.
Mengarahkan siswa untuk bertanya
Setelah
aspek hafalan sudah kuat, pekerjaan selanjutnya adalah melatih siswa untuk
berfikir kritis, yaitu dengan banyak bertanya kepada guru. Berpikir kritis
berarti mempertanyakan sesuatu yang belum jelas, sesuatu yang belum diterangkan
dan sesuatu yang masih menjadi bahan perdebatan Anak-anak sekarang ini terlalu
banyak disuguhi ilmu pengetahuan, tanpa ada celah untuk mengolah dan
menyempurnakannya. Bertanya bisa menjadi sarana efektif untuk mengetes daya
kritis siswa. Pada awalnya dorongan untuk bertanya ini terasa aneh. Mereka akan
berpikir bagaimana caranya bertanya dan materi apa yang perlu dipertanyakan.
Selain itu, mereka juga akan berlatih berbicara didepan orang lain, melatih
mental, percaya diri dan keyakinan kuat.
Secara bertahap, mereka akan terbiasa
untuk bertanya dengan baik. Mereka akan berpikir keras bagaimana caranya
menemukan sesuatu yang pantas untuk ditanyakan. Dan kebiasaan bertanya ini
mereka akan bisa menyeleksi, mana pertanyaan yang berbobot dan tidak, mana yang
pantas dan tidak, dan sebagainya. Guru harus merespon semua pertanyaan siswa
dengan penuh keceriaan dan kebahagiaan. Kalau perlu, guru harus memberikan hadiah
kepada siswanya yang aktif bertanya, sehingga siswa lain terdorong untuk
mengikutinya. Mereka akan senang membaca buku, Koran, majalah, dan sumber
pengetahuan serta informasi lainnya sebagai bahan untuk bertanya kepada guru.
Dengan bertanya, kepercayaan diri siswa
akan tumbuh dan semangat utuk terus belajar berkembang dengan baik. Selain itu,
aspek mental juga meningkat. Oleh sebab itu, guru jangan jemu-jemu memberikan
waktu bagi siswa untuk bertanya disela-sela mengejar target pembelajaran sesuai
kebutuhan yang ada.
3.
Memulai diskusi interaktif
Diskusi
menjadi tahapan lanjut setelah siswa mampu bertanya. Pada tahapan ini anak
berlatih untuk berpikir analisis dan solutif. Ia akan mengamati faktor yang
tidak kelihatan dari suatu masalah dan mengidentifikasi faktor-faktor
penyebabnya kemudian mencarikan solusi persoalan dengan ide-ide cerdas,
visioner dan aplikatif.
Dalam diskusi seseorang dapat menyerap
pikiran, ide, gagasan dan silang pendapat dari peserta lain yang hadir. Ia
tidak hanya mendapatkan ilmu yang dipelajarinya, tetapi juga dari
teman-temannya. Maka wajar, kalau diskusi satu jam lebih utama dalam pengertian
lebih efektif daripada belajar satu bulan.
Selain
itu, forum diskusi juga akan memberika banyak manfaat. Menurut M. Firdaus
Zakarsi manfaat diskusi sebagai berikut:
a)
Siswa dapat kepastian apakah ia telah
mengerti/menganggap hal yang dipelajarinya secara betul
b)
Menumbulkan dan membina sikap serta
perbuatan siswa dengan demoratis
c)
Dengan mendengarkan keterangan
teman-teman belajarnya, seorang siswa akan lebih merespon apa yang sudah
dipelajarinya. Kalau awalnya belajar hanya dengan penglihatan (membaca) maka
dengan diskusi belajar dengan mendengarkan pembicaraan.
d)
Dengan bertanya dan menerangkan apa yang
dipelajari, masing-masing peserta belajar akan menguasai bahan yang dipelajari
dengan lebih baik.
e)
Dengan berpartisipasi secara aktif dalam
kegiatan belajar bersama/diskusi, siswa-siswa akan mengembangkan kebiasaan
belajar yang baik
4.
Mengajak siswa belajar di luar ruang
kelas
Untuk
penyegaran (refresing), siswa diajak
jalan-jalan ke luar kelas, misalnya ke halaman dengan mengamati fenomena sosial
dan mendiskusikannya bersama. Lebih efektif lagi, siswa diajak ke perpustakaan
yang lebih lengkap koleksi buku, majalah, koran, misalnya perpustakaan
pemerintah daerah, perpustakaan kampus, dan lain-lain. Dengan pembelajaran
seperti ini, siswa menjadi sadar bahwa ilmu yang selama ini mereka miliki masih
sangat sedikit. Di luar sana ada jutaan pengetahuan yang belum dipelajari. Hal
ini membuat mereka semakin tertantang untuk belajar lebih serius, semangat dan penuh
gairah.
Mereka akan memasuki lorong-lorong ilmu
pengetahuan baru yang belum pernah dijamahnya sama sekali. Mereka akan menemukan
mutiara pengetahuan yang dahsyat, yang tak terbayangkan sebelumnya. Dengan belajar
di luar kelas ini, siswa bisa menyatu dengan lingkungan dan budaya yang
berkembang, tidak teralinasi, sehingga mereka mudah beradaptasi dan melakukan
transformasi kultural secara bertahap dan fungsional dalam kehidupan
bermasyarakat di kemudian hari.
5.
Mengembangkan kreativitas siswa
Hidup
di era kompetisi ketat sekarang ini membutuhkan ide-ide kreatif untuk tampil sebagai
pemenang. Salah satu ciri PAKEM adalah kreativitas. Oleh karena itu guru harus
mendorong kreativitas anak didik agar dapat berkembang dengan cepat. Tanpa
kreativitas yang terlatih dan mewarnai kehidupan seseorang setiap saat, ia akan
terpental dari ketatnya persaingan dan tajamnya perbedaan yang muncul.
Sayangnya aspek kreativitas ini tidak mendapatkan perhatian serius dari sekolah.
Mengutip Anita Lee, proses pendidikan
kita saat ini terlalu mementingkan aspek kognitif dan mengabaikan kreativitas.
Proses di sekolah lebih mementingkan target pencapaian kurikulum dibanding
penghayatan di kurikulum secara imajinatif dan kreatif. Gejala ini terlalu
tampak mulai proses pendidikan di sekolah dasar sampai perguruan tinggi,
sehingga tidak membuka peluang bagi anak-anak untuk berpkir divergen dan non
konvensional.
Kreativitas adalah sebuah proses yang
sama normal dan sama menakjubkan seperti bunga yang mekar diujung tangkai
berwarna hijau. Kreativitas ibarat darah pasti ada di dalam tubuh harus dicari.
Jadi, kreativitas adalah sebuah kenyataan spiritual dan diri setiap manusia
tanpa harus dicari.
6.
Melatih penelitian
Penelitian
melatih anak didik agar termotivasi untuk mengetahui hal-hal yang belum
terpikirkan. Pada pelajaran IPA, guru bisa mendorong anak-anak untuk meneliti
objek yang menjadi mata pelajarannya. Terjun langsung sebagai peneliti dengan
bekal metodologi yang sistematis, membuat anak didik masuk dalam ruang
laboratorium dengan kepercayaan diri dan keyakinan yang tinggi bahwa mereka
mampu memecahkan masalah yang sedang mereka hadapi.
Dalam penelitian, guru seyogyanya
menerapkan pendekatan objektif, sehingga hasilnya memuaskan dan maksimal.
Menukil Dr. Deddy Mulyana, pendekatan objektif/ pendekatan ilmiah (scientific) diterapkan dalam penelitian
yang sistematik, terkontrol, empiris dan kritis, atas dasar hipotesis yang
dimunculkan tentang hubungan antara fenomena satu dengan yang lainnya. Pendekatan
ini memandang bahwa kebenaran dapat ditemukan bila kita dapat menyingkirkan
campur tangan manusia ketika melakukan penelitian. Bukti-bukti dipilih bukan
karena hal itu mendukung keinginan ilmuan atau penguasa melainkan karena kawan
itu dapat diuji dan diverifikasi oleh peneliti lain.
Guru harus melatih siswa untuk mengadakan penelitian secara bertahap
dan berkelanjutan segingga secara teori dan praktis, siswa menjadi matang dalam
melakukan penelitian.
7.
Mengadakan studi banding
Studi
banding ke lembaga-lembaga bergengsi akan meningkatkan kepercayaan yang tinggi
dalam diri siswa. Selain berekreasi dan wisata ke tempat-tempat yang menarik,
studi banding membuat pemahaman terhadap sesuatu menjadi kompeherensif dan kaya
makna. Dengan mengajak siswa studi banding ke sebuah lembaga yang berkualitas,
akan membuat semangat belajar mereka menjadi meningkat. Mereka akan melihat
sejauh mana kemampuannya selama ini dan bagaimana mengembangkan secara
maksimal.
Dengan studi banding mereka sadarbahwa
masih banyak kelemahan dan kekurangan yang harus ditutupi dan masih banyak
tantangan kedepan yang harus segera dijawab. Dalam hal iniguru bertindak
sebagai dinamisatordan fasilitator sehingga potensi tersebut bisa tergali dan
dikembangkan secara efektif dan produktif, demi meraih prestasi besar yang
menjadi cita-cita dan idaman bersama.
8.
Melatih jurnalistik
Jurnalistik/segala
sesuatu yang berhubungan dengan dunia tulis menulis bisa menjadi ajang efektif
bagi guru untuk menggali dan mengembangkan potensi anak didik dan PAKEM dapat
dikembangkan dengan metodologi ini.
D.
PROSEDUR PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PAKEM
1.
Memahami sifat yang dimiliki anak
Pada
dasarnya anak memiliki sifat ingin tahu dan berimajinasi. Anak desa, anak kota,
anak orang kaya, anak orang miskin,semua terlahir dengan kedua sifat tersebut.
Sifattersebut merupakan modal dasar bagi berkembangnya sikap/ berpikir kritis
dan kreatif. Kegiatan pembelajaran merupakan salah satu lahan yang harus kita
olah, sehingga kedua sifat tersebut dapat berkembang dengan subur. Suasana
pembelajaran simana guru memuji anak karena hasil karyanya, guru mengajukan
pertanyaan yang menantang dan guru yang mendorong anak untuk melakukan
percobaan, merupakan pembelajaran yang diharapkan mampu mengembangkan kedua
sifat di atas.
2.
Mengenal anak secara personal
Para
siswa berasal dari lingkungan keluarga yang bervariasi dan memiliki kemampuan
yang berbeda. Dalam PAKEM, perbedaan individual tersebut perlu diperhatikan dan
harus tercermin dalam kegiatan pembelajaran. Semua anak dalam kelas tak selalu
mengerjakan kegiatan yang sama, melainkan berbeda sesuai dengan kecepatan
belajarnya. Anak-anak yang memiliki kemampuan lebih dapat dimanfaatkan untuk
membantu temannya yang lemah (tutor sebaya). Dengan mengenal kemampuan anak,
kita dapat membantnya sehingga belajar anak tersebut menjadi optimal.
3.
Memanfaatkan perilaku anak dalam
pengorganisasian belajar
Sebagai
makhluk sosial, secara alami anak akan bermain secara berpasangan atau
berkelompok. Perilaku ini dapat dimanfaatkan dalam pengorganisasian belajar.
Dalam melakukan tugas/membahas sesuatu, anak dapat melakukannya secara
berpasangan/dalam kelompok. Berdasarkan pengalaman, anak akan menyelesaikan
tugas dengan baik bila mereka dudukberkelompok. Duduk seperti ini memudahkan
mereka untuk berinteraksi dan bertukar pikiran. Namun demikian, anak perlu juga
menyelesaikan tugas secara perorangan agar bakat individunya juga berkembang.
Gambaran
PAKEM diperlihatkan dengan berbagai kegiatan yang terjadi selama PEMBELAJARAN.
Pada saat yang sama, gambaran tersebut menunjukkan kemampuan yang perlu
dikuasai guru untuk menciptakan keadaan tersebut. Berikut tabel beberapa contoh
kegiatan pembelajaran dan kemampuan guru.
Kemampuan Guru
|
Pembelajaran
|
Guru
menggunakan alat bantu dan sumber belajar yang beragam.
|
Sesuai
mata pelajaran, guru menggunakan, misal:
Alat
yang tersedia atau yang dibuat sendiri
Gambar
Studi
kasus
Nara
sumber
Lingkungan
|
Guru
memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan.
|
Siswa:
Melakukan
percobaan, pengamatan, atau wawancara
Mengumpulkan
data/jawaban dan mengolahnya sendiri
Menarik
kesimpulan
Memecahkan
masalah, mencari rumus sendiri
Menulis
laporan/hasil karya lain dengan kata-kata sendiri
|
Guru
memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasannya sendiri secara
lisan atau tulisan.
|
Melalui:
Diskusi
Lebih
banyak pertanyaan terbuka
Hasil
karya yang merupakan pemikiran anak sendiri
|
Guru
menyesuaikan bahan dan kegiatan belajar dengan kemampuan siswa.
|
Siswa
dikelompokkan sesuai dengan kemampuan (untuk kegiatan tertentu)
Bahan
pelajaran disesuaikan dengan kemampuan kelompok tersebut.
Tugas
perbaikan atau pengayaan diberikan
|
Guru
mengaitkan PEMBELAJARAN dengan pengalaman siswa sehari-hari.
|
Siswa
menceritakan atau memanfaatkan pengalamannya sendiri.
Siswa
menerapkan hal yang dipelajari dalam kegiatan sehari-hari
|
Menilai
PEMBELAJARAN dan kemajuan belajar siswa secara terus menerus.
|
Guru
memantau kerja siswa
Guru
memberikan umpan balik
|
Syarat
berkembangnya aktif mental adlah tumbuhnya perasaan tidak takut, baik takut
ditertawakan, takut disepelekan/takut dimarahi jika salah, dan lain-lain. Oleh
karena itu, guru hendaknya menghilangkan penyebab rasa takut tersebut, baik
yang datang dari guru itu sendiri maupun dari temannya. Berkembangnya rasa
takut sangat bertentangan dengan PAKEM yang menyenangkan.
E.
VARIASI PENGEMBANGAN PAKEM
1.
Memprioritaskan pelatihan guru
Ujung
tombak PAKEM adalah guru. Di tangan gurulah terletak efektif tidaknya PAKEM.
Oleh sebab itu, langkah yang pertama dan utama untuk menyukseskan program ini
adalah mengadakan pelatihan guru secara intensif dan ektensif. Disamping itu,
guru juga harus membekali dirinya dengan banyak membaca buku-buku untuk
memperkaya pengalaman, wawsan, dan cakrawala pemikirannya, sehingga anak didik
merasa mantap mendapat ilmu darinya.
2. Optimalisasi microteaching
Microteaching
menjadi terobosan progresif dalam pengajaran. Microteaching ini bisa dijadikan
alternatif eksperimentasi PAKEM. Microteaching sering dijadikan sarana untuk
mengetahui kemampuan mengajar calon guru, sehingga sangat bermanfaat untuk
mematangkan kemampuan guru. Microteaching ini bisa menjadi laboratorium
pengajaran efektif untuk mengasah profesionalitas guru dalam menerapkan PAKEM.
3.
Mencoba Teamteaching
Teamteaching
adalah system mengajar oleh beberapa guru yang mempunyai keahlian mendalam (tim).
Misalnya pelajaran IPA diasuh oleh 2 guru, yang satu menerangkan dan yang
lainnya mengamati dalam kelas untuk melihat respon siswa dan berusaha menggugah
semangat belajar siswa. Ada kelebihan dan kekurangan dalam melakukan
teamteaching ini. Di satu sisi siswa akan mendapatkan pengalaman, ilmu dan
wawasan yang berbeda sehingga kaya wacana. Namun disisi lain apabila salah satu
guru tidak masuk, maka penyampaian makna tidak akan maksimal.
4.
Menerapkan moving class
Siswa
perlu suasana, tempat dan kondisi baru sehingga tidak jenuh. Disinilah pentingnya
menerapkan teori moving class.
Moving
class adalah sistem pembelajaran dimana siswa harus berpindah-pindah kelas,
sesuai pelajaran yang diajarkannya. Misalnya ketika pelajaran agama siswa
dipindahkan ke ruang yang didesain khusus untuk peribadatan. Ketika pelajaran
bahasa siswa dipindah ke ruangan yang didesain khusus untuk bahasa, begitu
seterusnya.
5.
Membuat diktat praktis
Masing-masing
guru bidang studi, seyogyanya mempunyai buku diktat sendiri untuk materi yang
diampu sebagai indikator profesionalitas dan kompetensi keilmuannya. Ketika
menyusun diktat ini, guru harus menulisnya dengan gaya PAKEM yaitu diktat yang
bisa menjadi panduan pembelajaran yang interaktif, menyenangkan dan mempunyai
kualitas tinggi.
F.
KEUNGGUAN DAN KELEMAHAN STRATEGI PAKEM
1.
Keunggulan
Dengan
strategi pembelajaran PAKEM, guru tidak hanya monoton saja dalam menyampaikan
materinya, namun dapat bervariatif dan lebih kreatif dalam menampilkan berbagai
hal materi kepada siswanya. Begitu pula dengan keadaan peserta didik akan lebih
enjoy dalam menangkap materi,
mengikuti pelajarannya tidak mudah bosan dan suntuk. Siswa selalu termotivasi
akan lebih giat untuk meraih prestasi yang cerah, gemilang, penuh antusias.
Guru lebih dekat dengan siswa karena
dengan prinsip PAKEM, maka guru selalu menjadi inspirator dan motivator bagi
merea tentunya lebih mengenal masing-masing individu.
2.
Kelemahan
Sebagaimana
keterangan diatas, PAKEM menuntut seorang guru untuk aktif dan kreatif dalam
mengembangkan ilmu dan wawasannya, sehingga mampu memberikan inspirasi dan
motivasi siswa untuk belajar dan mengembangkan kreativitasnya. Apabila guru
pasif, maka tujuan PAKEM tidak akan tercapai.
Kelemahan lainnya adalah program ini
mengharuskan seorang guru untuk berperan aktif, proaktif dan kreatif dalam
mencari dan merancang media/bahan ajar alternatif yang mudah,murah dan
sederhana, namun tetap relevan dengan tema pelajaran yang sedang dipelajari. Penggunaan
perangkat multimedia seperti ICT sungguh sangat ideal, tetapi tidak semua
sekolah mampu mengaksesnya. Hal ini jelas akan menjadi sebuah bumerang bagi
guru, ketika ia tidak memiliki kemampuan untuk memanajemen dan menguasai
hal-hal yang harus ada untuk melakukan metode pembelajaran PAKEM. Guru yang
tidak memiliki daya kreasi yang tinggi tidak akan mampu melakukan metode
pembelajaran ini dengan baik di dalam kelas.
Dalam menghadapi situasi ini, hal paling
mendasar yang hasrus dilakukan oleh guru adalah mengubah cara pikirnya, yaitu
pembelajaran ini tidak hanya membutuhkan penguasaan terhadap materi secara
verbal, namun juga membutuhkan daya kreatavitas yang tinggi untuk mempermudah
belajar siswa. Selain itu, guru juga harus mengubah pandangan bahwa belajar
hanyalah ritual yang membosankan. Sebab, PAKEM juga memperhatikan bakat, minat
dan modalitas belajar siswa, bukan semata potensi akademiknya saja.
Proses pembelajaran akan berlangsung
seperti yang diharapkan jika peran guru
dalam berinteraksi dengan siswanya selalu memberikan motivasi, memfasilitasi
tanpa mendominasi, memberikan kesempatan untuk berpartisipasi aktif, serta
membantu dan mengarahkan siswa untuk mengembangkan bakat dan minat mereka
melalui proses pembelajaran yang terencana. Perlu dicatat bahwa tugas dan
tanggung jawab utama bagi guru dalam paradigma baru pendidikan bukan “membuat
siswa belajar” tetapi “membuat siswa mau belajar” dan bukan “mengajarkan mata
pelajaran” tetapi “mengajarkan cara bagaimana mempelajari mata pelajaran”.
Tidak ada sesuatu yang sempurna di dunia
ini. Semua pasti ada kelemahan dan kelebihannya. Dalam konteks pembelajaran
ini, pendapat yang mengatakan bahwa PAKEM menyebabkan guru pasif, karena siswa
lebih aktif adalah kurang benar. Justru dengan memahami PAKEM, secara esensial
guru akan menjadi sosok ideal yang mampu memberikan inspirasi dan motivasi
kepada siswa untuk berpikir kritis, dinamis, kompetitif dan produktif. Seorang
guru tentu tidak mungkin mampu mengemban tugas besar ini kalau pasif, stagnan
dan statis.
G.
PERAN PAKEM DALAM MEMBANGUN KARAKTER
PESERTA DIDIK
1.
Adanya interaksi yang harmonis antara
guru dengan peserta didik (pembelajaran aktif guru dan siswa), sehingga
karakter siswa menjadi rajin, tanggung jawab, dan lain-lain.
2.
Pembelajaran kreatif (mampu
mengembangkan kegiatan yang menarik dan beragam)
3.
Pembelajaran menyenangkan (merasa dekat
dengan murid)
Mengantarkan
peserta didik yang berwawasan intelektual secara mendalam, bermoral
PAKEM sebagaii strategi sangat efektif menggali
potensi terbesar siswa dengan metodologi pembelajaran yang mengedepankan
keaktifan anak, mendorong kreatifitas, efektivitas dalam prosesnya, sehingga
anak bisa memahami materi dengan nyaman, senang dan lain-lain. Dalam topik
keadilan, siswa diajak untuk menghitung berapa persen penduduk Indonesia yang
miskin, yang diperlakukan tidak adil dan diminta membuat tabel tentang data
tersebut.
BAB III
PENUTUP
PAKEM
yang merupakan akronim dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan
Menyenangkan ini masih miskin sosialisasi. Banyak guru yang belum mengenal
PAKEM, sehingga pembelajaran yang diterapkan masih tradisional, satu arah dan
menjadikan guru sebagai pusat dan subjek, sementara siswa menjadi objek statis.
Disinilah
tanggung jawab semua pihak, khususnya pemerintah dan kepala sekolah untuk
segera mensosialisasikan PAKEM secara intensif dan ekstrasif. Pelatihan demi
pelatihan harus segera diadakan untuk mengubah mind dan frame thinking dan ajar
guru terbuka terhadap PAKEM, sehingga mampu mengimplikasikannya dalam
pembelajaran yang diampunya.
Sebagai
calon guru atau guru, jangan pernah menyerah terhadap sulitnya proses yang
dilalui dalam pembeajaran, karena kesuksesan gemilang identik dengan rumitnya
proses dan berliku-likunya kendala yang dilalui. Justru, dari proses panjang
itulah, kematangan, kedewasaan dan kecemerlangan lahir dengan kekuatan untuk
perubahan pada yang lebih baik.
Bab IV
DAFTAR PUSTAKA
Hamruni,
Dr H. Edutainment Dalam Pendidikan Islam dan Teori-Teori Pembelajaran Quantum,
fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga, 2008
http//:www.padepokan
ilmu.co.cc
Komunikasi
dan Ilmu social lainnya. Bandung: Rosdakarya, 2004
M
Firdaus Zarkasi, Belajar Cepat dengan
Diskusi, Surabaya: Indah Surabaya,
Ma’mur,
Asmani, Jamal. 7 Tips Aplikasi PAKEM. Yogyakarta: Diva Press, 2011
Mulyana,
Deddy. Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu
Siberman,
Melvin L. Active Learning; Yogyakarta: Yapendis, 2009
Suparno,
Paul. Teori Intelegensi ganda. Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2004
Zarkasi,
firdaus M. Belajar Cepat dengan Diskusi. Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2004
2 komentar:
Terima kasih ...Semoga dapat menjadikan generasi bangsa yang mandiri dan berkarakter budaya bangsa serta menjadikan setiap kita dan anak bangsa sebagai teladan
kelapa wulung
bibit kelapa wulung
kelapa wulung
kelapa hijau wulung
Posting Komentar