PENAMPILAN
byalkan
Ahir-ahir ini, lelaki bernama Dlakirman itu seperti dilanda
kebiasaan berbeda. Sebuah pekerjaan keahlian membawanya untuk banyak
bergaul dengan bermacam-macam manusia rapi, sedikit demi sedikit dia
telah mulai merubah penampilan kearah kerapian. Tampilan rapi itu
nampaknya dipengaruhi oleh lokus dan teman-teman baru yang peduli
banget pada penampilan fisik, pakaian, keelokan wajah, dan tentu saja
sepatu yang bersih.
Dlakirman sebelumnya
sedikit banyak pernah akrab dengan mandi, minyak wangi, juga loundry.
Tetapi keakraban rupanya tidak tahan lama, dan mudah mengelupas dari
kesehariannya. Seperti banyak dikatakan orang: Apa yang dilakukan
bukan dari dalam diri, tentu saja takan bertahan lama. Karena
kebiasaan berbenah tampilan itu dari tuntuan pacarnya, untuk ini itu,
supaya keren, supaya ganteng, supaya ngga malu-maluin, lama-kelamaan
penampilan malah menjadi momok yang terasa membosankan.
Meskipun Dlakirman tahu itu juga untuk kebaikan dirinya, bilamana
kerap diserbu usulan mengenai penampilan diri, tetap saja dia tidak
terlalu mendengarkan. Bahkan sesekali tak menghiraukan.
Berbeda 180 derajat, walau dalam pekerjaan kali ini sebagai figuran,
Dlakirman merasa diri terbawa arus lingkungan kerja yang formalistik.
Tempat yang bersih sudut dari sudut, sirkulasi udara lancar,
pencahayaan terang dan orang-orang ramah yang bibirnya mudah
tersenyum. Semua orang terlihat menawan tampilannya, tampan dan
cantik sesuai gender masing-masing. Bergaul dengan orang-orang di
lingkungan itu, dia mulai menemukan kenyamanan baru dalam dirinya.
Dlakirman mengerti lingkungan telah memberikan pengalaman.
Pengalaman membawa pada penilaian yang kemudian mendasari pada
pilihan. Baik-buruk, bersih-kotor, nyaman-sesak, tertib-amburadul,
senang-sedih dan lain-lain. Dia memahami apa sebenarnya penampilan,
bagaimana penampilan bisa terbentuk dan mengapa penampilan
diperhitungkan dalam pergaulan. Selangkah lebih maju dia berpikir
menata penampilan membuat daya hidup lebih kuat, lebih terpancar
kharismatik serta nagih bila sekali dilirik.
“Jadi karena saking betapa penting penampilan, ada orang yang
sampai operasi plastik?”
Kata-kata di atas sekilas menyambar di benak Dlakirman. Namun karena
dirasa kurang sinkron dengan apa yang sedari tadi dipikirkannya, maka
ia skip dulu.
“Apakah penampilan termasuk pada bentuk fisik?” Dari benak itu
ternyata muncul pertanyaan susulan.
Baiklah memang sepertinya problem di atas perlu dijawab. Pada
dasarnya, penampilan itu hanya luaran saja. Ibarat kacang kulit,
penampilan merupakan kulitnya. Seberapa bersih, seberapa asin dan
seberapa memikat pewarnaanya. Bersih, asin dan pemberian pewarna itu
adalah hasil olahan yang tidak alami dari kacang itu sendiri.
Walaupun kulitnya itu penyok, jika dibersihkan, diberi rasa, diwarnai
sedemikian rupa, maka orang-orang bisa menyebut kacang itu
“berpenampilan”.
Setali tiga uang, manusia juga demikian. Yang disentuh oleh
penampilan hanya apa yang dapat diamati oleh penglihatan. Mandi,
seger. minyak wangi, kemeja, bedak, spidol alis dan benda-benda lain
yang sifatnya kosmetika atau hiasan-hiasan...
Dan, singkat kata, Dlakirman terlihat memutar ke dua ibu jarinya.
Update status: “Tidak ada faedah menyuruh orang untuk merubah
penampilan. Akan lebih patguna jika Anda mengajaknya gabung dan
bergaul dengan perkumpulan yang berpenampilan bagus. Untuk jangka
panjang, bagi Anda yang ingin pasangan selalu elok dan enak
dipandang, gabung kegiatan bersama banyak orang adalah jawabannya.”
50 menit kemudian, postingan mendapat like 12K, 780 komentar dan 229
dibagikan.
Jadi fix sudah. Bahwa orang bisa berpenampilan modis, tampan, indah
sempurna secara istiqomah, itu lebih besar dipengaruhi oleh pergaulan
daripada bakat individu. Tetapi perubahan empiris pada penampilan
Dlakirman (secara pribadi) yang menjadi rapi, tampan, dan elok itu
menurutnya sama sekali bukanlah prestasi. Prestasi sesugguhnya adalah
ia mencapai titik ambang batas penghormatan untuk orang lain dengan
ketulusan dirinya dalam membenahi penampilan. Dan, yang lebih
esensial dari perubahan yaitu; Dlakirman telah menggapai kehormatan
spesial dari lingkungan yang itu tidak dirasakan siapapun.
Jogja, 22 november 2017.
POSTED BY STUDENT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar