MENIMBANG RASA MALAM MINGGU YOGYA
By alkanjawi
Misalkan di malam minggu saya bikin teraju, sisi kanan
saya isi substansi kebahagiaan dan sebelah kiri dengan kesedihan, kiranya
manakah sisi yang lebih bobot?
Anda perlu tahu, saya lagi berada
di Yogya dengan spot lingkungan ramai. Cukup banyak anak muda kongkow. Dunia muda telah terwakili
di sini. Sebagaian saya lihat setiap laki-laki punya teman duduk perempuan. Sebagian
lelaki bergerombol. Beberapa perempuan membuat tempat duduk ekslusif. Tidak tampak
sama sekali ada makhluk duduk seorang diri. Jam di pergelangan tangan saya
menepuk 23.30 wib.
Yeah. I am
thinking.
Di antara yang saya lihat, siapa saja yang sedang
merasa bahagia?
Semua nampak bahagia. Berkumpul dengan teman. Bercerita
tanpa plot. Ngobrol dari yang santai sampai yang serius. Suara nyaring hingga sesekali
pecah gelak tawa. Mereka asyik melewati malam. Entah sadar kosmik atau tidak,
namun kegembiraan di wajah mereka telah berhasil mengelabuhi waktu. Pun demikian
waktu, ia lewat begitu saja di antara ruas kebahagiaan mereka.
Bagi anak muda, semestinya tiada yang lebih penting
di Yogya kecuali punya banyak teman. Yogya adalah kesempatan yang terus
berulang. Segala sesuatu bisa diatur, asal mulut mau terbuka. Segala hal bisa
dicapai asal kaki mau melangkah. Segala hal bisa dikuasai asal gerak tangan
kreatif. Segala sesuatu bisa didapatkan asal mau beraksi. Yogya di setiap
sudutnya adalah tawaran-tawaran yang tidak bakal habis.
Selain mereka yang bahagia, di Yogya ini adakah sesuatu
yang sedih?
Sedih adalah pilihan ke terahir setelah putus asa. Anak muda di Yogya bisa memelihara malasnya. Bisa
tidur 27 jam sehari. Bisa selamanya berdiam diri dalam kegelapan kamar. Bisa diam
melampaui patung. Seterusnya, bisa sendiri dalam kesunyian tanpa ujung tepi. Bila
hal demikian sudah menjadi ketetapan, maka kebahagiaan tidak penting lagi.
Hari-hari anak muda memiliki karakteristik sama. Jika
perasaan seluruh anak muda dikumpulkan kemudian di pilah dalam dua kategori
bahagia dan sedih, manakah yang lebih besar bagiannya?
Saya rasa pertanyaan ini tidak lagi jadi penting terjawab.
Setiap diri kita punya hak untuk sedih. Kita punya
kans bahagia. Perasaan orang yang bahagia berkata setiap orang lain adalah
teman. Perasaan orang sedih pastilah bergumam; setiap orang lain
adalah musuh. Siapa yang bisa menentukan ini semua?
Tak perlu jawaban eksplisit.
Menimbang perasaan malam minggu di Yogya, membutuhkan
kerja keras batin. Orang luar berkata: Yogya adalah rindu. Yogya adalah
kenagan. Yogya adalah blablabla...
Demi malam minggu, maka bersedihlah anak muda yang
tinggal di Yogya, kecuali mereka yang memperbanyak teman dan meninggalkan
kesendirian.
Sorowajan, 12 April, 2017
post by #stuednt
Tidak ada komentar:
Posting Komentar