Masih Percaya Perempuan itu Makhluk Lemah?
By Alkanjawi
Diskusi kelas pagi itu saya awali dengan
pertanyaan singkat: “Mengapa
perempuan seringkali dikatakan sebagai makhluk lemah?”
Saya kira kelas ini akan menjadi paling
hidup karena mulut-mulut akan bawel dan saling adu alasan membantah pertanyaan
saya itu. Perlu anda tahu, bahasa tanya yang saya ucapkan adalah saringan dan
lebih ringan muatan emosinya daripada yang tersangkut di balik pita suara saya.
Saya turunkan tensi kejutan karena energi kelas masih akan banyak terkuras
untuk anak-anak belajar seharian. Tetapi, anak-anak perempuan yang sebagian
banyak masih fresh kosmetik wajahnya saya rasa tak lama lagi menjadi kusut
karena perubahan suasana batin. Tunggu saja. Bukan kelas saya kalau tidak
ramai!
“Karena
perempuan gampang nagis. Mereka itu cengeng pak”
Jawab Sarbimo pada pertanyaan saya..
Mengernyitlah dahi ini menanggapi jawaban
Sarbimo. “Tumben ada
benarnya jawabanmu bro...”
Namun Sri Merlin membantah: “Kalau nangis ya bukan hanya
perempuan saja woe! Laki-laki juga ada yang cengeng. Nggak masuk akal kalau
nangis jadi alasan perempuan itu mahkluk lemah.”
Kelas berjalan sesuai rencana. Tidak ada
tanda-tanda kubu perempuan menentang pertanyaan saya. Itu artinya mereka
menyatakan diri kaum Hawa adalah makhluk lemah. Menggembirakan.
“Begini
pak. Prempuan itu lemah karena tenaganya lebih sedikit daripada laki-laki.
Misalkan para pekerja di lapangan, lihatlah lelaki mampu menangkat beban dua
kali lebih berat daripada yang mampu diangkat perempuan. Kalau istilah orang
Jawa, lelaki itu mikul dan perempuan hanya bisa nggendong. Mikul itu
dimana-mana ya mengangkut dua sekaligus. Kalau nggendong daya tampungnya hanya
satu. Iya ngga...? Salim mencoba berargumen.
“Saya
tidak setuju jawaban Salim pak”
sergah Sri.
“Itu
bukan masalah utama. Menurut saya, membandingan perempuan dengan lelaki atas
dasar kekuatan fisik itu pendapat yang sudah lama sekali usang. Itu pemikiran
prasejarah. Menusia bekerja dengan otot
kan memang sesuai dengan fitrah kemampuan fisik. Laki-laki dengan ukuran
kekuatan otot mampunya segitu. Sama halnya perempuan yang kekuatan ototnya
lebih kecil, kemampuan otonya juga sesuai dengan bentuknya. Saya akan angkat
jempol kalau anda menunjukkan contoh bahwa setiap lelaki lebih pintar daripada
prempuan. Tapi, saya rasa Anda tidak akan bisa menunjukkan contoh itu!”
Jawaban si Srimer menentang dengan nada
keras. Gadis berlensa mata itu lugas mengkritik pendapat kawan yang terlalu
memuji fisik daripada kecerdasan. Hal yang substantif.
Dari bangku sudut kiri Dlasuqi nyeletuk: “Apa jangan-jangan pertanyaan
bapak itu kurang tepat?”
“Hemmm...
Kurang tepatnya dimana yang mulia. Sudilah kiranya paduka menjelaskan pada kami
semua...” Jawab
saya.
“Sebagai
pengingat saja, kita ini tidak hidup di jaman penjajahan bukan? Kita sekarang
berada di era kebebasan berekpresi, kemerdekaan pendapat dan kesetaraan kerja.
Lelaki bisa mengolah kekuatan otot, tidak ada salahnya perempuan mengikutinya.
Lelaki bisa memikul, tidak terlarang bagi perempuan bisa memikul. Lelaki bisa kuliah,
sekarang perguruan tinggi juga banyak mahasiswi. Lelaki menjadi pemimpin,
perempuan banyak yang jadi pejabat dan mampu berprestasi. Saya pikir, adalah
kemunduran jika jaman sekarang mengatakan perempuan sebagai makhluk lemah.”
“bhahaha...”
“Maklum
saja karena bapak Fuad generasi jaman old yang kurang pengetahuan.” Bisik-bisik Arditian ke
sampingnya sambil cengegesan...
“iya-ya...
Ada Superman juga tidak ketinggalan ada Wonder Woman.”
“Betul
Sri itu pak. Perempuan itu sebenarnya bukanlah makhluk yang lemah. Ia bahkan
lebih kuat daripada laki-laki. Buktinya, ia kuat membawa dua buah gunung
kembar.”
“bhahaha...”
“Siapa
yang melahirkan keturunan manusia sehingga tidak punah? Perempuan kan!
Memproses sperma menjadi janin dalam rahim itu bukan perkara mudah. Hanya
perempuan yang bisa melakukan itu. Lelaki tak mungkin bisa. Itu bukti perempuan
makhluk kuat.”
Kelas ini telah dipenuhi kepala-kepala
panas. Umpan “melemahkan” perempuan yang telah dilempar
menyangkut di otak anak-anak sehingga sekali tarikan, straight pendapat.
Kelas belum selesai. Pertanyaan apersepsi berhasil menghidupkan kelas. Ada yang
mendukung ada yang menolak. Pelajaran tetap berlangsung, sebentar lagi saya
akan melakukan pembelaan atas pertanyaan saya sendiri.
“Pendapat
yang luar biasa semua. Di kelas kali ini, saya sebagai fasilitator pembelajaran
cukup merasa senang. Saya tidak menyerah dengan klausul di awal yang saya
persoalkan. Sementara, saya ada di kubu yang setuju perempuan adalah mahkluk
lemah.”
“Alasannya
apa pak” Tanya
Arditian.
“Semua
sudah paham kan apa makna lemah? Antonim kata lemah adalah kuat. Orientasi
ekstrim lemah itu menuju ke arah rusak, tidak tahan, labil, mudah terpengaruh,
bahkan sampai kerusakan yang menular. Perlu kalian ketahuai, sifat-sifat
tersebut tidak mungkin ada kecuali meledaknya titik rentan yang saya sebut
CEMBURU. Di situ, perubahan reaksi perempuan terlihat sangat jelas. Yang
tadinya mampu mengontrol emosi, karena cemburu ia menjadi tak terkendali. Urat
kesadarannya putus. Mekanisme pembelaan diri dikuasai egoisme. Kata-kata
tumpah, tajam-tajam. Kalau sudah ngomong seperti belati yang bisa menembus
jantung lawan bicaranya....”
“...
Menurut saya itu sisi lemah. Jika temen-temen lelaki ingin tahu kelemahan
perempuan gampang saja. Buat ia cemburu. Semua sifat yang ditutup-tutupi, yang
jaim, yang lemah lembut, yang anggun, akan terbongkar dan kelihatanlah
kelemahannya. Yang tadinya tampil indah, karena cemburu hilang itu keindahan.
Yang tadinya penyayang, karena cemburu, berubah wajah itu jadi menyeramkan. Itu
kelemahan yang hakiki dari perempuan. So, Satu-satunya bukti di dunia
ini yang bisa menjadi alasan perempuan adalah makhluk lemah adalah kecemburuan.”
Silahkan renungkan.
“Sebelum
saya sudahi, kelas ini... Eh, Ardit. anak Bantul yang kamu ajak ke rumah
kemarin itu kayaknya cocok sama kamu, senyumnya mirip”
Sengaja saya tuju ke Ariani. Ia mulai
melepas kaca mata, ia melirik dan jari-jarinya tak bisa diam, Setelah kelas,
sebentar lagi penjelasan saya akan menjadi kenyataan...
Jgj, 8 jan 18.
end note: “perempuan
dimenangkan oleh karena perasaan, dikalahkan juga oleh karena perasaan”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar