puisi-puisi fuad hasan succen
Kadang Suka Kadang Biasa
Kadang-kadang
Dalam renungan apa saja terlihat tak jelas
Ingin ini ingin itu
Keinginan sulit untuk dibatasi
Apa yang membuat suka
Aku mencari keyamanan yang ternyaman
Detik
Setelah bergeser nyaman pergi tiada lagi
Bila sedang tidak peduli akan kadang
Lalu mulai mencoba sebuah kepastian
Kadang datang mengolok-olok dan caci
Kenapa suka, lihatlah betapa ia jelek sekali
Aku runtuh
Kepercayaan menjadi puing-puing
Tak mungkin menyusunnya kembali
Sebab hati juga retak sana sini
Lalu apalah daya
Bila memang kadang-kadang adalah niscaya
Biar cermin renungan ini kuhancurkan saja
Lalu buta segala rencana
Tanpa bayang keinginan
Ini itu adalah aku
Yang tanpa mata
Meluncur ke jurang hampa
---***---
Katakan Cinta
Apa ada cinta?
Ada!
Sudah disampikan dengan kata?
Kau bilang kau ini pemberani
Lihat di luar hujan masih deras
Orang-orang berpuisi tentang langit dan hujan
Kau tahukah dimana petir?
Ia tak pernah ada
Kalau tak mengagetkan
Atau menakutkan!
Apa kau ini masih pemberani?
Jika itu tidak benar lagi
Kau tak perlu jadi seperti petir
Jadilah saja seperti hujan
Setelah jatuhnya hanya sebuah kesepian
Kemana lagi selain menghampiri comberan
Bila ada cinta
Sampaikanlah rasa dengan kata
Sambarkan gelegar suara
Biar ia yang mendobrak gerbang telinga
Biar getar hati dalam istana
Kepada …
Yang membuatmu terpesona
---***---
Kupu-Kupu Merindu
Danau dan gunung dihiasi candi
Danau tempat mandi para bidadari
Dari gunung garuda mengintai sendiri
Saat melihat kain kampuh digelar jadi tirai
Seekor kupu-kupu di kembang membatu
Diam saja melihat air bergelombang membiru
Sedang gadis-gadis dari langit tinggal satu
Tak jadi mandi sebab lupa membawa air susu
Kepada awan si gadis menyeru
Wahai hujan turunlah disisiku
Balutkan air segar dari payudara sucimu
Agar wajah yang bingung menjadi lugu
Bila sudah cantik kuingin menemui manusia
Aku mau bertanya kepadanya tentang cinta
Aku ingin tahu rasanya jatuh cinta
Wahai manusia berilah aku asmara
Kupu-kupu yang diam lalu tergerak diri
Setelah dewi bidadari merindu belai
Kepak sayap lembut memantulkan derai
Di puncak gunung garuda merasa hati
Garuda perkasa menjelma seorang pria
Tampan paras dan senyum memesona
Dewi jelita terpukau memandangnya
Pria gagah menaruh cinta di dadanya
Bahagia berdua mereka di dunia
Membangun candi antara gunung dan telaga
Kupu-kupu masih tetap sebatang kara
Merindu pada khayalan yang tak pernah nyata
---***---
Langkah Pertama
Dari rasa terdalam di hati
Aku mendengar panggilan kecil
Hatiku melangkah senyap mengendap
Belati di tangan menikam jantung sendiri
Engkau gadis jelita yang baru melihat dunia
Merah biru cerita teramat tipis di mata
Jumpa singkat terbalut putih makna
Terpaut senyum termimpi pesona
Engkau yang riang hidup dalam mimpi
Malas dan fantasi teman sepanjang hari
Sedetik waktu berlalu senyum menyemangati
Cinta memang pada anak muda abadi
Katamu rindu mantra suci
Jauh sejengkal tak kuasa ingin selalu bersama
Katamu kangen kehendak setia
Betapa pandai bayang wajah mengelabuhi mata
Rasa mulai tumbuh semai cinta
Gusar dan riskan hampir sama
Bila tenggelam dalam kefanaan
Waspada selamanya tidaklah apa-apa
Anak muda yang mulai ditawan cinta
Bila segalanya telah serasa milik berdua
Ambillah belati dari jantung kefanaan
Biar dengan tangan kita tikam keabadian
Yogyakarta 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar