Senin, 28 November 2011

Membaca Jejak “Paus” Teknologi Indonesia


Era globalisasi telah menciptakan gelombang persaingan yang ketat dan berdampak luar biasa. Dampak paling hebat bisa dirasakan pada aspek ekonomi dan teknologi. Bagi negara berkembang yang ingin mengikuti pentas persaingan, penguasaan terhadap teknologi merupakan prasyarat agar mampu tampil ke depan, berdiri sejajar dengan bangsa lain.
Manusia dan teknologi tidak dapat dipisahkan. Teknologi terkandung dalam diri dan cara-cara hidup manusia dalam masyarakat. Sebaliknya teknologi tidak dapat terlepas dari manusia karena teknologi itu ada karena ciptaan manusia. Kemampuan berpikir manusia yang sistematis, analitis, dan mendalam mampu menghasilkan ilmu pengetahuan. Dari ilmu pengetahuan lahir teknologi, yang mendorong nilai tambah terhadap hasil budi daya manusia.
Sejak BJ Habibie dilantik sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi (1978), banyak terjadi perubahan fundamental pada kegiatan-kegiatan penelitian di Indonesia. Dia mengarahkan penelitian agar lebih terfokus untuk menghasilkan teknologi yang diterapkan bagi pembangunan. Awal tahun 1983, lahir gagasan Habibie tentang konsep transformasi industri nasional. Gagasan ini muncul pertama pada ceramah umum di Bandung, yang kemudian resmi dipublikasikan pada 14 juni 1983 di Bonn, Jerman, dengan judul “Beberapa Pemikiran Tentang Strategi Transformasi Industri Suatu Negara Sedang Berkembang”.
Habibie mambangun konsep transformasi industri dengan “mulai dari akhir dan berakhir di awal”. Artinya, bahwa akhir berarti tahap akhir dari suatu proses penahapan secara evolutif pengembangan produk teknologi yang secara klasik telah ditempuh oleh industri negara-negara maju. Proses mulai dari tahap awal berupa penelitian dasar sampai dengan tahap akhir berupa perakitan dan pemasaran produk. Jadi, konsep Habibie berupa proses transformasi teknologi nasional dimulai dari perakitan dan pemasaran produk untuk dan kembali untuk pengembangan dan inovasi produk industri.
Dalam transformasi ini, Habibie membuat tahapan yang disebut satuan mikro-evolutif yang dipercepat atau micro-accelerated evolution unit (MAEU). Ia sering menggelorakan pembaharuan terhadap teknologi dengan slogannya, “kita tidak bisa membuat sebuah penemuan ulang suatu teknologi yang sudah lama ditemukan bangsa lain sebab kita akan tertinggal”.
Pemikiran dasar Habibie untuk membangun teknologi Indonesia terwujud dalam empat tahap penting. Pertama, pemasaran produk dengan pemasaran jaringan produk pendukung atau “purnajual” sampai jumlah tertentu yang memungkinkan memproduksi produk tersebut. Kedua, produksi dengan lisensi, dimulai dengan mengembangkan jaringan “pengendalian dan pengamanan mutu” atau quality control and quality assurance dengan penekanan biaya dan peningkatan kualitas produk.
Ketiga, pengembangan teknologi dengan memanfaatkan disiplin Ilmu Pengetahuan Terapanyang tepat dan berguna untuk menciptakan produk baru. Keempat, melaksanakan riset dalam Ilmu Dasar dan Ilmu Terapan yang biasanya dilaksanakan di universitas atau lembaga penelitian atas beban pemerintah.
Karya nyata dari proses yang digambarkan Habibie tepat dan dapat dibuktikan dengan “Proyek Pembangunan Industri Dirgantara IPTN dan Prasarananya di Puspiptek, ITB, dan IPTN. Proses tahap pertama dan kedua termanifestasi dalam CASA 212, CN-235. Tahap kedua, untuk N-250 dan N-2130. Tahap ketiga dilaksanakan di IPTN untuk N-250 dan N-2130. Terakhir, dilaksanakan di IPTN, Puspiptek, BPPT, LIPI, ITB, dan sebagainya. Meski memakan waktu seperempat abad, karya nyata dapat diberikan bangsa Indonesia dengan terbang perdananya N-250 pada 10 Agustus 1995.
Di antara pemikiran Habibie, yang menonjol adalah gagasan link & match. Sebuah usaha menciptakan sinergi antara kurikulum pendidikan dan kebutuhan praktis dunia industri. Dari ide itu, ia berhasil menciptakan sinergi IPTN dengan ITB Bandung dalam teknologi dirgantara, PT PAL Surabaya bersinergi dengan ITS Surabaya dalam bidang perkapalan dan kelautan. Institut Teknologi Indonesia (ITI) Serpong bersinergi dengan Pusat Penelitian dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek). Semua ini adalah upaya agar lembaga penelitian dan perguruan tinggi sebagai mitra usaha dapat mempercepat difusi kemajuan teknologi dan kemampuan inovasi.
Salah satu pasal dalam hidup Habibie bahwa iptek pada gilirannya dapat selalu berada pada posisi strategis dalam pelaksanaan pembangunan nasional. Habibie juga merealisasikan gagasan “kota berbasis ilmu pengetahuan atau science based city (SBC)” yang bertujuan untuk meningkatkan kemitraan antara Puspiptek dan lembaga iptek di luar Puspiptek. Begitu pula science based industrian park (SBIP), dirancang untuk meningkatkan kemitraan Puspiptek dengan sektor swasta (industri) guna mengatasi masalah industri dalam pengembangan inovasi.
Buku yang ditulis oleh seorang negarawan dan “paus” teknologi ini merupakan hasil refleksi, kajian dan gambaran mengenai potensi teknologi yang dapat digunakan bagi kemajuan, serta upaya kemandirian bangsa. Pembaca dapat lebih paham mengenai pemikiran dan kontribusi BJ Habibie terhadap peradaban teknologi di Indonesia. Sesungguhnya teknologi mempunyai posisi dan peran yang strategis bagi suatu bangsa apabila teknologi tersebut dimanfaatkan secara efektif dan efisien.
Poin penting yang ditekankan Habibie, ia ingin mengembangkan kekayaan Indonesia yang paling berharga, yaitu sumber daya manusia (SDM) yang terbarukan. Untuk mengembangkan keterampilan SDM, mereka tidak cukup hanya disosialisasikan ke dalam proses-proses padat karya, tetapi juga harus diperkenalkan dengan proses-proses produksi yang berteknologi tinggi.
*Peresensi adalah Fuad Hasan; pecinta buku, tinggal di Semarang.
Sumber: kompas.com

Selasa, 08 November 2011

Positive Parenting, Cara-cara Islami Mengembangkan Karakter Positif pada Anak Anda


Judul : Positive Parenting, Cara-cara Islami Mengembangkan Karakter Positif pada Anak Anda
Pengarang : Mohammad Fauzil Adhim
Halaman : 280 hlm
Penerbit : Mizania
Kota Terbit : Bandung
Terbit : Juni 2007
Peresensi: Sismanto
19 April 2008 saya menyempatkan diri berjalan-jalan melihat peradaban Kalimantan timur, yang biasanya hanya terjebak pada rutinitas Kota Sangatta. Kota yang saya tuju adalah Samarinda, Ibu Kota Propinsi Kalimantan Timur.
Memang saya akui tidak mudah menemukan buku bagaimana mengasuh dan mendidik anak berdasarkan Islam. Buku-buku yang berkaitan dengan akhlak mereka batasi pada tataran aksi yang pada akhirnya adalah hanya keuntungan duniawi yang dicapai, dan sama sekali tidak menyinggung pahala atau dosa atas perbuatan yang meraka lakukan selama menjalani kehidupan di dunia. Problematika pendidikan di dunia Barat hanya mementingkan pada ketergantungan mereka atas solusi yang didasarkan pada pengalaman masa lalu dan data statistik. Tidak ada kesan “iman dan keyakinan” yang ditanamkan pada anak-anak pada proses ini.
Sementara buku praktis tentang parenting yang dating dari Barat kebanyakan menekankan pada kecerdasan dan sukses secara materiil, sementara buku dari Timur (termasuk Islam) sudah mengarah ke pembangunan karakter dan akhlak yang baik, namun kadang kurang membumi. Buku parenting ini mencoba menggabungkan sumber-sumber mutakhir Barat dan khazanah Islam yang sangat kaya bagaimana mendidik anak.
Pandangan saya terbelalak seketika melihat salah satu buku yang berjejal di rak-rak buku yang Gramedia Samarinda. Sebuah buku yang memang ditulis oleh orang yang tidak asing. Seorang penulis tetap kolom parenting majalah Suara Hidayatullah dan Pembina SDIT Hidayatullah Yogyakarta. Seorang yang punya cita-cita melahirkan generasi ulul albab, generasi pilihan yang cemerlang hidupnya, tajam pikirannya, jernih hatinya, kuuh jiwanya, dan kuat imannya. Sebuah obsesi yang tajam yang Beliau rangkum dalam buku Positive Parenting. Luar biasa.
Sekedar cerdas saja tidak cukup jika kita ingin mempersiapkan anak-anak yang mampu mengemban amanah pada jamannya, menggenggam dunia di tangannya, dan memenuhi hatinya dengan iman kepada Allah. Maka, menjadi orang tua harus berbekal ilmu yang memadai. Tidak cukup memberi member uang dan memasukkan mereka ke sekolah unggulan. Sebab sangat banyak hal tidak bisa di beli dengan uang (h.15).
Untuk itu, harus ada yang kita ubah. Jika kita mengingat nasehat Ali Ibnu Abi Thalib tentang anak-anak kita, tentang betapa mereka lahir untuk jaman yang akan dating dan bukan jaman saat kita menepuk dada hari ini, terasa betul harus kita siapkan bagaimana membangun visi hidup mereka. Harus kita siapkan pendidikan mereka dengan pendidikan yang menghiudpkan jiwa, menguatkan tekad, membangkitkan hasrat untuk berbuat baik, dan menempa sikap mental yang tangguh dan unggul untuk menentukan wajah masa depan.
Kita perlu berpikir bagaimana menjalankan tugas keayahbundaan yansg baik, yakni mengasuh, membesarkan, dan mendidik anak-anak secara positif. Kita harus bisa merangsang inisiatif-inisiatif mereka, menunjukkan penerimaan yang tulus, dan member perhatian yang hangat atas setiap kebaikan yang mereka lakukan. Kita perlu mengembangkan inisiatif positif dan melakukan pendekatan yang positif. Itulah positif parenting (h.141).
Secara sederhana positif parenting meliputi beberapa bagian. Pertama, konsep dasar yang melandasi. Kedua, sikap dasar yang perlu kita miliki dalam menerapkan psotif parenting (mendidik anak secara positif). Ketiga, prinsip-prinsip penting menjadi orang tua yang positif. Dan yang keempat, strategi mengasuh anak msecara positif agar membangkitkan potensi-potensi positif mereka, kecerdasan intelektual mereka, emosi mereka, dan juga dorongan moralistic-idealistik mereka yang bersumber pada kekuatan ruhiyah mereka (h.142).
Buku yang ditulis dengan bahasa yang cair, mengalir bagaikan air yang mengalir. Sesekali air itu tersangkut batu tapi tetap saja air itu mengalir kea rah yang ia tuju. Pun demikian dengan penulisnya, ia memberikan tambahan-tambahan contoh praktis yang kemudian mudah diaplikasikan.
Buku ini sangat membantu keluarga Islam yang ingin mendapatkan pendoman komplet tentang parenting. Salah satu cirri positive parenting yang digagas dalam buku ini adalah memandang anak dalam bentuk yang positif. Tingkah polah mereka menunjukkan potensi yang luar biasa yang ada dalam diri mereka. Sebuah buku panduan pengasuhan mendidik anak Islam modern yang akan mengubah diri dan keluarga anda. 
reff: http://mkpd.wordpress.com

Pendidikan Islam Multikultural Di Pesantren

Wajah  Multikulturalisme Pesantren
Judul Buku: Pendidikan Islam Multikultural Di Pesantren
Penulis: Dr. Abdullah Aly, M. Ag
Penerbit: Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Cetakan: Pertama, 2011
Tebal: xvi + 368halaman
Peresensi: Supriyadi *)


Dalam praktik pendidikan dan kegiatan belajar-mengajar yang bernaung pada lembaga pendidikan, kerap kali terjadi diskriminasi yang diakibatkan oleh berbagai perbedaan. Di antara perbedaan tersebut adalah perbedaan kultur, agama, etnis, ras, dan lain sebagainya bahkan hingga perbedaan umur dan gender. Tidak jarang pula berbagai perbedaan tersebut berpengaruh pada proses pendidikan. Akhirnya, dalam hal itu terjadilah kesenjangan.
Sebagai sebuah solusi, pendidikan multikultural menawarkan pendidikan yang tidak melihat berbagai perbedaan tersebut, melainkan penghargaan segala perbedaan. Pendidikan multikultural adalah strategi pendidikan yang diaplikasikan pada semua jenis mata pelajaran dengan cara menggunakan perbedaan-perbedaan kultural yang ada pada siswa seperti perbedaan etnis, agama, bahasa, gender, kelas sosial, ras, kemampuan, dan umur agar proses belajarmenjadi efektif danmudah.Ruh atau esensi dari pendidikan multikultural itu sendiri adalah demokrasi, humanisme, dan pluralisme. Dengan demikian, fungsi dan tujuan dari pada pendidikan multikultural itu adalah melatih dan membangun karakter para peserta didik agar mampu bersikap demokratis, humanis, dan pluralis dalam lingkungan mereka.
Dalam sejarahnya, pendidikan multikultural dilatarbelakangi oleh realitas kehidupan yang diskriminatif di Amerika Serikat. Oleh karena itu, muncullah gerakan hak-hak sipil yang memperjuangkan anti diskriminasi. Gerakan tersebut dikarenakan adanya praktik-praktik kehidupan yang diskriminatif, baik di tempat-tempat publik, di rumah-rumah, di tempat-tempat kerja, hingga di berbagai lembaga pendidikan.
Praktik kehidupan yang diskriminatif ini terjadi karena selama tahun 1950-an, Amerika hanya mengenal kebudayaan yang dominan dan mayoritas, yaitu kebudayaan kulit putih. Sementara golongan-golongan lainnya yang ada dalam masyarakat-masyarakat tersebut dikelompokkan sebagai minoritas dengan pembatasan hak-hak mereka. Padahal secara faktual, Amerika ketika itu dihuni oleh penduduk yang beragam asal-usulnya (hlm. 88).
Menguatnya gerakan-gerakan anti diskriminasi tersebut menjadi tonggak sejarah konsep multikulturalisme dalam pendidikan. Namun demikian, jauh sebelum zaman tersebut, telah terjadi pendidikan multikultural di dunia Islam pada masa Dinasti Abbasiyah. Hal itu tercermin dari berbagai lembaga pendidikan yang peserta didiknya berasal dari berbagai etnis, agama, umur, ras, dan lain sebagainya. Bahkan orang-orang Eropa pun menekuni ilmu pengetahuan di Timur (Islam) ketika Dinasti Abbasiyah berada pada puncak kejayaannya dalam bidang sains (ilmu pengetahuan).
Dalam konteks Indonesia era kini, pendidikan multikultural juga perlu diaplikasikan. Pesantren merupakan sebuah lembaga pendidikan yang bernuansakan agama (Islam). Dalam implementasi pendidikan di pesantren, suasana multikultural sangat lekat. Di dalam sebuah pesantren, terdapat berbagai para peserta didik yang beragam. Dalam pesantren, terdapat para peserta didik yang berbeda-beda, baik dari segi etnis, bahasa, gender, kelas sosial, ras, kemampuan, dan umur.
Berbagai perbedaan tersebut sangat mampu dihargai oleh pesantren. Meski demikian, dalam pesantren tersebut hanya ada satu keragaman dalam beragama, yakni Islam. Multikulturalisme di pesantren hanya tidak menjangkau dalam ranah agama karena terkait dengan tujuan pesantren itu sendiri yang mengajarkan agama Islam. Meski demikian, justru agama bisa dijadikan media sebagai pembelajaran pendidikan multikultural secara teoretis dan pembekalan terhadap para peserta didik terhadap sikap yang demokratis, humanis, dan pluralis.
Walaupun mono-agama, pesantren sangat terbuka dengan berbagai perbedaan. Di dalam pesantren, terdapat berbagai peserta didik dari berbagai daerah yang membawa adat-istiadat mereka masing-masing ke pesantren. Berbagai umur peserta didik pun tidak dipermasalahkan dalam pesantren. Apalagi pesantren tradisional yang benar-benar menekankan kebersamaan dalam berbagai perbedaan. Sementara ajaran agama (Islam) juga mengajarkan untuk menghargai perbedaan dan anti diskriminasi. Dengan demikian, agama menjadi media dan alat untuk mengajarkan pendidikan multikultural.
Dr Abdullah Aly, MAg telah melakukan penelitian terhadap aplikasi pendidikan multikultural dalam sebuah pesantren, yakni di Pesantren Modern Islam Assalam, Surakarta. Dalam kesimpulannya, dinyatakan bahwa dalam dokumen kurikulum pesantren tersebut memuat nilai-nilai multikultural dan nilai yang kontradiktif terhadap nilai-nilai multikultural sekaligus (hlm. 338).
Penelitian yang dilakukan oleh Dr Abdullah Aly, MAg tersebut termaktub dalam buku yang berjudul “Pendidikan Islam Multikultural Pesantren”. Dengan membaca buku tersebut, para pembaca diajak untuk menjelajahi dunia pendidikan di pesantren yang berbasis agama Islam. Meskipun penelitian pada sebuah pesantren, hal itu tidak bisa dijadikan tolok ukur secara mutlak dalam referensi kepesantrenan dan multikulturalisme pesantren secara universal karena masing-masing pesantren yang ada juga memiliki berbagai karakteristik. Paling tidak, wajah multikulturalisme pesantren sedikit tersibak.
Akhirnya, pendidikan multikultural sangat perlu diaplikasikan dalam pendidikan di Indonesia. Telah kita ketahui bahwa di Indonesia ini terdapat berbagai etnis, agama, ras, dan berbagai perbedaan lainnya yang ada dari Sabang sampai Merauke. Untuk menjaga kesatuan dan persatuan bangsa, implementasi pendidikan multikultural sangat solutif.
 
*) Peresensi adalah pengamat sosial pada Yayasan Ali Maksum, Yogyakarta

reff: http://www.nu.or.id/page/id/dinamic_detil/12/27538/Buku/Wajah_Multikulturalisme_Pesantren.html

Rabu, 02 November 2011

Cara Membuat Makalah yang Baik dan Benar



Membuat Makalah yang Baik dan Benar

Bagaimanakah cara membuat makalah yang baik dan benar.  Selama ini teman-teman sekalian pasti banyak yang sering membuat atau menyusun Makalah, akan tetapi anda sendiri tidak tau apakah Makalah yang anda susun sudah mengikuti kaidah. Berikut adalah cara cepat dan benar dalam penyusunan sebuah Makalah
Cara Membuat Makalah.

Secara struktural makalah yg umum biasanya tersusun atas:
1. Kata Pengantar : berisi kata2 harapan penulis, ucapan trimakasih, dll dari penulis
2. Daftar isi (jelas)
3. Pendahuluan : latar belakang pembuatan tugas, tujuan dan manfaat yg diinginkan
4. Landasan teori : kutipan teori2 yg mendasari makalah, biasa lgs dikutip dari buku diktat
5. Pembahasan : inti makalah yg ingin lo bahas masukan di bab ini
6. Kesimpulan : pendek kata dari pembahasan masukin sini
7. Daftar Pustaka : sumber2 yg anda pakai
Dan untuk tahap awal yaitu :

Memilih Topik.
Bila topik telah ditentukan, anda mungkin tidak lagi memiliki kebebasan untuk memilih. Namun demikian, bukan berarti anda siap untuk menuju langkah berikutnya.
Pikirkan terlebih dahulu tipe naskah yang akan anda tulis. Apakah berupa tinjauan umum, atau analisis topik secara khusus? Jika hanya merupakan tinjauan umum, anda dapat langsung menuju ke langkah berikutnya. Tapi bila anda ingin melakukan analisis khusus, topik anda harus benar-benar spesifik. Jika topik masih terlalu umum, anda dapat mempersempit topik anda. Sebagai contoh, bila topik tentang “Indonesia” adalah satu topik yang masih sangat umum. Jika tujuan anda menulis sebuah gambaran umum (overview), maka topik ini sudah tepat. Namun bila anda ingin membuat analisis singkat, anda dapat mempersempit topik ini menjadi “Kekayaan Budaya Indonesia” atau “Situasi Politik di Indonesia. Setelah anda yakin akan apa yang anda tulis, anda bisa melanjutkan ke langkah berikutnya.
Bila topik belum ditentukan, maka tugas anda jauh lebih berat. Di sisi lain, sebenarnya anda memiliki kebebasan memilih topik yang anda sukai, sehingga biasanya membuat esai anda jauh lebih kuat dan berkarakter.
Tentukan Tujuan
Tentukan terlebih dahulu tujuan esai yang akan anda tulis. Apakah untuk meyakinkan orang agar mempercayai apa yang anda percayai? Menjelaskan bagaimana melakukan hal-hal tertentu? Mendidik pembaca tentang seseorang, ide, tempat atau sesuatu? Apapun topik yang anda pilih, harus sesuai dengan tujuannya.
Tuliskan Minat Anda
Jika anda telah menetapkan tujuan esai anda, tuliskan beberapa subyek yang menarik minat anda. Semakin banyak subyek yang anda tulis, akan semakin baik. Jika anda memiliki masalah dalam menemukan subyek yang anda minati, coba lihat di sekeliling anda. Adakah hal-hal yang menarik di sekitar anda? Pikirkan hidup anda? Apa yang anda lakukan? Mungkin ada beberapa yang menarik untuk dijadikan topik. Jangan mengevaluasi subyek-subyek tersebut, tuliskan saja segala sesuatu yang terlintas di kepala.
Evaluasi Potensial Topik
Jika telah ada bebearpa topik yang pantas, pertimbangkan masing-masing topik tersebut. Jika tujuannya mendidik, anda harus mengerti benar tentang topik yang dimaksud. Jika tujuannya meyakinkan, maka topik tersebut harus benar-benar menggairahkan. Yang paling penting, berapa banyak ide-ide yang anda miliki untuk topik yang anda pilih.
Sebelum anda meneruskan ke langkah berikutnya, lihatlah lagi bentuk naskah yang anda tulis. Sama halnya dengan kasus dimana topik anda telah ditentukan, anda juga perlu memikirkan bentuk naskah yang anda tulis.
Membuat Outline
Tujuan dari pembuatan outline adalah meletakkan ide-ide tentang topik anda dalam naskah dalam sebuah format yang terorganisir.
Mulailah dengang menulis topik anda di bagian atas
Tuliskan angka romawi I, II, III di sebelah kiri halaman tersebut, dengan jarak yang cukup lebar diantaranya
Tuliskan garis besar ide anda tentang topik yang anda maksud:
Jika anda mencoba meyakinkan, berikan argumentasi terbaik
Jika anda menjelaskan satu proses, tuliskan langkah-langkahnya sehingga dapat dipahami pembaca,-
Jika anda mencoba menginformasikan sesuatu, jelaskan kategori utama dari informasi tersebut,-
Pada masing-masing romawi, tuliskan A, B, dan C menurun di sis kiri halaman tersebut. Tuliskan fakta atau informasi yang mendukung ide utama.

Menuliskan Tesis
Suatu pernyataan tesis mencerminkan isi esai dan poin penting yang akan disampaikan oleh pengarangnya. Anda telah menentukan topik dari esai anda, sekarang anda harus melihat kembali outline yang telah anda buat, dan memutuskan poin penting apa yang akan anda buat. Pernyataan tesis anda terdiri dari dua bagian:
Bagian pertama menyatakan topik. Contoh: Budaya Indonesia, Korupsi di Indonesia
Bagian kedua menyatakan poin-poin dari esai anda. Contoh: memiliki kekayaan yang luar biasa, memerlukan waktu yang panjang untuk memberantasnya, dst.
Menuliskan Tubuh Esai
Bagian ini merupakan bagian paling menyenangkan dari penulisan sebuah esai. Anda dapat menjelaskan, menggambarkan dan memberikan argumentasi dengan lengkap untuk topik yang telah anda pilih. Masing-masing ide penting yang anda tuliskan pada outline akan menjadi satu paragraf dari tubuh tesis anda.
Masing-masing paragraf memiliki struktur yang serupa:
Mulailah dengan menulis ide besar anda dalam bentuk kalimat. Misalkan ide anda adalah: “Pemberantasan korupsi di Indonesia”, anda dapat menuliskan: “Pemberantasan korupsi di Indonesia memerlukan kesabaran besar dan waktu yang lama”
Kemudian tuliskan masing-masing poin pendukung ide tersebut, namun sisakan empat sampai lima baris.
Pada masing-masing poin, tuliskan perluasan dari poin tersebut. Elaborasi ini dapat berupa deskripsi atau penjelasan atau diskusi. Bila perlu, anda dapat menggunakan kalimat kesimpulan pada masing-masing paragraf.

Curriculum and Instruction - Children's Literature

Teaching Children's Literature Provides Cornerstone for Good Education
Because reading is the foundation on which all other academic skills are built, early mastery of reading is often a good predictor of future academic success. Educators and librarians who focus their professional development on children’s literature, developing their skills and knowledge to encourage young students to read, will continue to be in high demand in both public and private schools.
Penn State World Campus has partnered with Penn State’s College of Education to offer you a Master of Education in Curriculum and Instruction with an emphasis in Children's Literature.
Help Children Discover the Joys of Reading
Penn State’s online Master of Education in Curriculum and Instruction with an emphasis in Children's Literature focuses on developing your skills and knowledge in working with young readers. Our courses can improve your strategies for encouraging reading and transforming the lives of young readers. You can earn professional development credits such as Act 48 in Pennsylvania while you complete all your courses online — with no required campus visits or residencies.
In November 2007, Instructor Magazine, the periodical most-read by elementary school teachers, proclaimed Penn State’s World Campus program as the best online program in children’s literature.
Choose the Online Children’s Literature Graduate Program Right for You
Penn State offers two online children’s literature programs. Choose the one best for you and make your passion for children's literature the focus of your professional development plan.
  1. Master of Education in Curriculum and Instruction — Emphasis Children's Literature
    If you are a teacher or librarian, this program can help you encourage young students to master their reading skills.
  2. Graduate Certificate in Children’s Literature
    This program is designed to expand your knowledge of children's literature through the writings of classic and contemporary authors. You’ll also explore picture books, folklore, and myths. All credits earned in this certificate may be applied toward a master’s degree, upon your admission into that program.
Act 48 Approved
Penn State is an Act 48-approved provider for Pennsylvania educators, so the courses for the master of education in curiculum and instruction will count toward professional development hours.
Who Should Apply
If you are a teacher, school librarian, or other educational practitioner who wants to earn a master of education degree in curriculum and instruction, meet professional development requirements, focus on children’s literature, and improve your opportunities for career advancement, this could be the program for you.
Career Opportunities for Graduates
Past graduates of our children’s literature program have achieved success as:
  • teachers
  • school administrators
  • professors
  • writers
  • publishers
Online Education at Penn State
Penn State has a history of 100+ years of distance education and more than a decade of experience in online learning. We strive to create an online learning environment that brings you as close to the face-to-face experience as possible.
reff: http://www.worldcampus.psu.edu/degrees-and-certificates/childrens-literature-masters/overview

Alam Pikir Orang Kita

Aktivitas paling tidak di hargai di sini, salah satunya adalah berpikir. Maka jangan sekali-kali mempertontonkan hal itu di depan umum! Me...