Selasa, 11 April 2017

MENIMBANG RASA MALAM MINGGU YOGYA



MENIMBANG RASA MALAM MINGGU YOGYA
By alkanjawi

Misalkan di malam minggu saya bikin teraju, sisi kanan saya isi substansi kebahagiaan dan sebelah kiri dengan kesedihan, kiranya manakah sisi yang lebih bobot?
Anda perlu tahu, saya lagi berada di Yogya dengan spot lingkungan ramai. Cukup banyak anak muda kongkow. Dunia muda telah terwakili di sini. Sebagaian saya lihat setiap laki-laki punya teman duduk perempuan. Sebagian lelaki bergerombol. Beberapa perempuan membuat tempat duduk ekslusif. Tidak tampak sama sekali ada makhluk duduk seorang diri. Jam di pergelangan tangan saya menepuk 23.30 wib.
Yeah. I am thinking.
Di antara yang saya lihat, siapa saja yang sedang merasa bahagia?
Semua nampak bahagia. Berkumpul dengan teman. Bercerita tanpa plot. Ngobrol dari yang santai sampai yang serius. Suara nyaring hingga sesekali pecah gelak tawa. Mereka asyik melewati malam. Entah sadar kosmik atau tidak, namun kegembiraan di wajah mereka telah berhasil mengelabuhi waktu. Pun demikian waktu, ia lewat begitu saja di antara ruas kebahagiaan mereka.
Bagi anak muda, semestinya tiada yang lebih penting di Yogya kecuali punya banyak teman. Yogya adalah kesempatan yang terus berulang. Segala sesuatu bisa diatur, asal mulut mau terbuka. Segala hal bisa dicapai asal kaki mau melangkah. Segala hal bisa dikuasai asal gerak tangan kreatif. Segala sesuatu bisa didapatkan asal mau beraksi. Yogya di setiap sudutnya adalah tawaran-tawaran yang tidak bakal habis.
Selain mereka yang bahagia, di Yogya ini adakah sesuatu yang sedih?
Sedih adalah pilihan ke terahir setelah putus asa.  Anak muda di Yogya bisa memelihara malasnya. Bisa tidur 27 jam sehari. Bisa selamanya berdiam diri dalam kegelapan kamar. Bisa diam melampaui patung. Seterusnya, bisa sendiri dalam kesunyian tanpa ujung tepi. Bila hal demikian sudah menjadi ketetapan, maka kebahagiaan tidak penting lagi.
Hari-hari anak muda memiliki karakteristik sama. Jika perasaan seluruh anak muda dikumpulkan kemudian di pilah dalam dua kategori bahagia dan sedih, manakah yang lebih besar bagiannya?
Saya rasa pertanyaan ini tidak lagi jadi penting terjawab.
Setiap diri kita punya hak untuk sedih. Kita punya kans bahagia. Perasaan orang yang bahagia berkata setiap orang lain adalah teman. Perasaan orang sedih pastilah bergumam; setiap orang lain adalah musuh. Siapa yang bisa menentukan ini semua?
Tak perlu jawaban eksplisit.
Menimbang perasaan malam minggu di Yogya, membutuhkan kerja keras batin. Orang luar berkata: Yogya adalah rindu. Yogya adalah kenagan. Yogya adalah blablabla...
Demi malam minggu, maka bersedihlah anak muda yang tinggal di Yogya, kecuali mereka yang memperbanyak teman dan meninggalkan kesendirian.
Sorowajan, 12 April, 2017





 post by #stuednt

Alam Pikir Orang Kita

Aktivitas paling tidak di hargai di sini, salah satunya adalah berpikir. Maka jangan sekali-kali mempertontonkan hal itu di depan umum! Me...