Senin, 01 Oktober 2012

“Hustt...ada-ada saja kau ini!”…



 
Mau bilang apa lagi. Semua akan terbuang percuma. Bahkan aku hampir lupa, akan kata-kata yang hanya semenit kau bisikkan. Memang sengaja ingin aku lupakan. “Maaf jika semua sudah kuhapuskan”. Kawan, Aku sudah memilih. Apa perlu aku sendiri yang meneriakkannya di hatimu. Bukankah itu akan membuat senyummu semakin beku, menjadi terpaksa dan resah dalam kebohongan. Awas, jika nanti kau akan terjatuh lebih sakit lagi karena senyummu. Bagiku, senyummu masih rapuh, senyum egois karena dibutakan oleh khayalan.
“Tak usahlah kau bertanya ada apa padanya?”
Tanpa kau tanya, aku yang akan menjawab. Ya, karena aku yang memilihnya. Bahkan jika kau pun juga membongkar keburukannnya, bukankah sudah kubilang, aku yang sudah memilih dia.
“Dengan begini, aku harap kau mengerti?” Ah sayang sekali pikirku.
Sudahlah. Jangan terlalu gila dengan hayalanmu. Bisa jadi itulah akibat dari senyumanmu yang berlebihan. Apa kau pikir senyummu itu, bisa membawamu terbang? Kalau itu yang kau pikirkan, terbanglah setinggi mungkin. Tapi aku tidak akan terbang bersamamu. Kau telah berhasil terbang dan melayang pada dunia yang aku sendiri tak menganalnya.
Lebih baik senyumlah dengan baik, kembalikan senyummu yang indah seperti dulu, kawan.

"katanya, ini sebuah paragraf terahir dari persahabatan"....

Alam Pikir Orang Kita

Aktivitas paling tidak di hargai di sini, salah satunya adalah berpikir. Maka jangan sekali-kali mempertontonkan hal itu di depan umum! Me...