Sumber JATENG POS, 30-12-2012
Resensi Buku oleh Fuad Hasan, aktifis pada FTK UIN Sunan Kalijaga. 
-------------------------------------------------------------------------------------

Judul buku: Mukjizat Sabar
Penulis: Muhammad Thobroni
Penerbit: Pustaka Albana
Cetakan: 1, 2012
Tebal: 160 halaman
Bukan sebuah kebetulan jika setiap orang telah bersepakat, kalau sabar merupakan hal baik dan positif. Kita semua memiliki sebuah keyakinan yang mendasar di hati. Bahwa sabar merupakan salah satu kunci untuk membuka pintu keberhasilan. Banyak orang telah membuktikannya. Siapapun orangnya, jika dia mengimple-mentasikan sifat sabar dalam berproses, maka dia akan memperoleh sebuah ”keajaiban” pada ahirnya.
Buku berjudul “Mukjizat Sabar” ini, menguraikan pengertian dan makna sabar secara komprehensif. Pada dasarnya, sifat sabar dapat melahirkan banyak implementasi positif. Sifat ini akan termanifestasi menjadi sikap ulet, tekun, aktif, progresif, optimis, dan kreatif. Sabar memiliki kekuatan untuk mengubah kondisi yang buruk, menuju kondisi yang baik dan semakin baik.
M. Thobroni (Penulis) menegaskan, bahwa sabar bukanlah pasrah. Sabar ialah bentuk keteguhan iman, bahwa Tuhan selalu berkehandak baik bagi manusia. Sabar merupakan refleksi atau cerminan keteguhan jiwa dalam merealisasikan tujuan dan cita-cita mulia. Sifat sabar semacam ini, akan membuat seorang tumbuh sehat secara mental dan psikologis. Sebaliknya, sabar dapat menghindarkan kita dari sifat cemas, gelisah, dan tergesa-gesa, yang pada ahirnya sering berbuntut kecewa.
Terkait batas kesabaran, penulis berpandangan bahwa sabar tidak ada batasnya. Jika kita berpandangan bahwa sabar mempunyai batas, secara intrinsik kita telah mengakui diri, bahwa kita sedang berada dalam sikap keputusasaan. (hlm 15).
Saat seorang kehilangan sifat sabar, dia akan terjebak pada perilaku yang terus ingin merusak. Perilaku ini diakibatkan dari rasa kecewa sebab putus asa. Kemungkinan yang paling sering terjadi, seorang akan membiarkan dirinya terlantar, tidak terurus, bahkan lebih tragis menganiaya diri sendiri. Tidak menutup kemungkinan pula, orang lain pun menjadi korban atas tindak negatif ini.
Ciri-ciri seorang tidak sabar, ditunjukkan dengan sering berkeluh kesah. Lebih banyak mengharapkan bantuan orang lain, padahal dia sendiri tidak ada minat untuk bergerak mengatasi  masalahnya sendiri. Tentu kita tidak senang berdekatan dengan orang yang berkeluh kesah. Begitupun orang lain. Hal ini dengan sengaja akan membuat terputusnya relasi kemanusiaan, yang lebih jauh akan memutus jalannya rizki dari Tuhan.
Sikap sabar sebenarnya adalah watak khas yang terdapat dalam diri manusia. Sabar tidak terdapat dalam diri binatang. Karena itu, binatang tidak mempunyai kekuatan untuk melawan nafsu kebinatangannya. Melatih kesabaran dalam diri, sama halnya melatih diri untuk menjadi dewasa. Orang yang sabar menghadapi masalah, tekun, aktif, dan kreatif inilah yang akan keluar sebagai pemenang.  
Kesabaran tidak sama dengan nerimo (Jawa: menerima apa adanya), pasrah, dan menyerah yang identik dengan memelihara ketidakmampuan. Sifat sabar akan cenderung hilang, karena keadaan yang tidak menentu dalam hidup seorang. Sikap nerimo dan pasrah ini, sebenarnya dapat meruntuhkan kesempatan untuk terus mengejar kesuksesan yang pernah dibangunnya. Keadaan seperti ini banyak dialami orang yang lupa, bahwa orang yang sukses dan bahagia, mereka telah memahami, menseminasi, dan menjadikan sifat sabar sebagai tradisi hidupnya.
Kesuksesan yang lahir dari kesabaran dicontohkan oleh tokoh besar Thomas Alva Edison. Dia berhasil mengkombinasikan kekuatan mimpi dan sabar. Dalam proses mewujudkan mimpi itu, konon Thomas Alva Edison menuai keberhasilan dalam eksperimen keseribu kalinya. Bisa dibayangkan, proses kegagalan yang lebih dari sembilan ratus kali, tidak membuatnya frustasi atau patah arang. Kegagalan justu dia manfaatkan sebagai tantangan untuk menguji kekuatan dan ketekunan diri. Berkat kesabaran selama proses, melawan letih, berusaha terus menerus, ahirnya dia dapat menciptakan lampu pijar yang dapat menerangi daratan Benua Eropa.
Buku setebal 160 halaman ini, di dalamnya membeberkan sebuah rahasia penting tentang kesuksesan. Jika orang pintar kalah dengan orang bejo (beruntung), maka kunci untuk menjadi bejo adalah dengan bersabar. Sabar mengikuti kehendak baik hati nurani. Serta menahan diri untuk tidak berbuat apa saja, yang menurut hati kecil itu tidak benar. Dari semua kisah sukses tokoh-tokoh besar, penulis menemukan sebuah kesimpulan, yaitu: keajaiban akan datang menghampiri orang-orang yang bersabar. Selamat membaca!