Rabu, 06 November 2019

Diam Untuk Belajar

Diam Untuk Belajar

Judul ini memang terkesan remeh, Tetapi ada yang hendak saya sampaikan kepada Anda mengenai tema ini, bahwa ada hikmah terkabut amat tebal, sehingga jika pemahaman Anda terbuka, maka Anda akan siap menerima banyak sekali rahmat dari Allah.

Anda boleh berpendapat sebebas-bebasnya atau seradikal mungkin tentang makna diam. Namun pengertian dasar diam bisa kita sepakati di sini: Tidak berbicara. Tidak berkata, atau tutup mulut.

Orang-orang yang mengakui diri merasa pandai, pastilah ia akan terus terdorong oleh hasrat batin untuk menyampaikan ide-ide, ingin memahamkan orang dengan dalil-dalil logis hasil pemikirannya, maunya berada di atas podium paling depan dan orang-orang memperhatikannya.

Wajarlah.

Karakter pendiam adalah hak laki-laki dengan kualitas kelas pejantan. Ia hanya akan berkata jika ada ikatan kausal yang sangat urgen. kata-kata menjadi puncak bahasa yang mengatasi semua bahasa simbolik. Artinya, jika pemahaman bisa dilakukan dengan bahasa simbol, maka kata-kata telah gugur fungsinya.

Lelaki yang banyak banyak pembicaraannya adalah representasi banyaknya keinginannya yang tidak tergapai. Semakin banyak hal dibicarakan, tentang apapun bahkan hanya sedikit pengetahuan yang dia kuasai. Jika dipantik dengan pertanyaan emosional, maka kata-katanya akan tumpah, seperti sampah yang tidak lagi bernilai.

Bagi lelaki, kata-kata hendaknya hanya diucapkan karena ada nilainya. sehingga satu kata yang dia ucapkan berharga, ibarat diam adalah emas, maka kata semenstinya memiliki nilai setingkat mutiara.

Banyak bicara adalah masalah tersendiri bagi orang pandai. Apalagi bagi lelaki. Sudah pasti, ia akan sulit mengalah, Jika dihadapkan pada masalah, kata-kata bisa menjadi alat paling ampuh untuk tameng pembelaan diri. Kata-kata juga senjata untuk menjatuhkan lawan dalam sumber kesalahan yang bisa jadi tidak pada dirinya

Anda bisa berkaca untuk menemukan contohnya.

Dalam kaitan belajar ilmu langsung dari Allah, diam adalah pintu pengetahuan. Jika Anda berniat ingin memperoleh ilmu dari Allah, dalam proses belajar Anda harus banyak diam. Kalau anda berkata, sama halnya anda menutup pintu pengetahuan, dan ilmu Allah tidak akan masuk dalam hati Anda.

Dalam Alquran, ada beberapa ibroh terkait pentingnya laki-laki untuk diam. hal itu bisa ditemukan dalam kisah-kisah postif pada kasus nabi Musa dan Zakariya.

Kisah Nabi Musa yang populer kita dengar yaitu, bahwa ketika dia ditanya oleh kaum Israel, kaumnya sendiri, "Siapa yang paling pandai wahai Musa?", Musa menjawab, Aku lah yang paling pandai. Akulah yang paling tahu tentang segala hal, daripada kalian.

Wajar, mungkin jawaban itu untuk membuktikan ekstensi kedekatannya dengan Allah. Namun, ada yang luput dari pandangan Musa dari peristiwa itu sehingga Allah berkomentar balik.

Ada yang lebih pandai dari pada kamu wahai Musa. Dialah Hambaku. dia adalah Balya bin Malkan atau kita sering kenal dengan Nabi Khidir AS.

Khidir As adalah seorang hamba yang termasuk dari sebagian orang yang menerima ilmu langsung dari Allah.

Dalam surah al-Kahfi, kisah ini termaktub cukup jelas. Bahwa dalam proses Musa ingin belajar ilmu kepada Khidir, ada banyak sekali tahapan, pos-pos dan peristiwa yang amat simbolik. Di antara simbol itu ada: ikan mati yang bisa hidup, pertemuan 2 air laut, membunuh bocah, melobangi dek kapal, dan menegakkan bangunan reot.

Ini adalah sebagian dari pasword yang berkaitan untuk syarat-syarat menerima ilmu. Khidir as sudah memperingatkan Musa untuk tidak bertanya. Jangan banyak bicara, jangan berkomentar pada proses.

Tetapi, Memang tabiat orang yang merasa pintar adalah banyak bicara. Orang yang banyak bicara pastinya kurang sabar. Orang yang kurang sabar tidak bisa belajar pada proses. Artinya, ia akan kembali mengulangi kesalahan yang sama.

Khidir berulangkali menegur Musa, karena cerewet dan memprotes peristiwa yang belum final. Dia kurang sabar menghadapi suatu rangkaian takdir yang bisa jadi komentarnya tersebut menjadi musabab tertutupnya pintu hati sehingga ilmu Allah tiak bisa masuk.

Musa gagal menangkap tanda dan pemahamasn simbolik dalam proses belajar tersebut.

Dari kisah ini Allah telah menunjukkan tentang pentingnya faktor diam. Boleh jadi kisah ini menjadi pelajaran tentang syarat yang harus dipenuhi agar kita bisa mendapatkan ilmu seperti ilmunya nabi Khidir As.

Kisah lainnya yaitu ada pada keinginan Zakariya untuk mendapatkan keturunan dari Allah. Setelah berdoa di Baitul Maqdis, ia mendapat kabar dari Allah bahwa dia akan dikaruniai anak seperti yang ia idam-idamkan puluhan tahun lamanya. Namun, Zakariya sempat sangsi, mana mungkin dirinya yang sudah tua akan mendapatkan keturunan, di tambah istinya adalah orang yang mandul. Sulit logika menerimanya.

Tapi jika kabar ia akan mendapatkan keturunan itu benar, Zakariya kemudian meminta tanda-tanda kebenaran kabar tersebut. 

Allah memberi tanda sesuatu yang unik. Yaitu, Zakariya tidak dapat bicara dengan manusia kecuali dengan bahasa isyarat. Artinya ia tidak boleh berkata- tidak berpendapat, tidak berkomentar terhadap peristiwa di sekelilingnya mengenai apapun selama tiga hari. Zakariya harus diam.

Kabar dari Allah terwujud, Zakariya memiliki putera yang lucu dan kelak menjadi nambi yang periang, namanya Yahya.

Bisa kita bayangkan, bagaimana ekspresi wajah Zakariya ketika bercanda dengan buah hari yang masih imut dan lucu itu. pastinya ia kegirangan saat menimang anaknya. Yakiaa-yakiaaa... 

Dua peristiwa di atas adalah bagian penting tentang mengapa lelaki musti harus tidak banyak bicara untuk mendapatkan rakmat dari Allah. Khidir dengan Musa mendapat ilmu laduni, Zakariya mendapat keturunan dari Allah. Ilmu laduni adalah ilmu dari Allah, tetapi yang berasal dari Allah bukan hanya ilmu, bisa keturunan, kekuasaan yang menolong dan lainnya.

Kekuasaan Laduni diberikan Allah kepada Muhammad pada peristiwa agung Fathul makkah.

Demikianlah rahmat Allah diberikan langsung kepada manusia. Semoga kita menjadi bagian orang yang mampu untuk diam, memperhatikan tanpa komentar atau protes terhadap sesuatu yang kita lihat sebagai keburukan atau kejahatan yang pada hakikatnya itu adalah takdir Allah. 



.







Alam Pikir Orang Kita

Aktivitas paling tidak di hargai di sini, salah satunya adalah berpikir. Maka jangan sekali-kali mempertontonkan hal itu di depan umum! Me...