Senin, 18 Januari 2016

Strategi Pembelajaran Muhammad saw.

STRATEGI PEMBELAJARAN MUHAMMAD SAW

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Dalam kajian Islam model pembelajaran sudah diajarkan oleh Rasulullah saw, mulai dari yang klasik hingga saat ini dikembangkan oleh para Ilmuwan Barat. Bagaimanapun secara tidak langsung mereka terinspirasi dari agama Islam yang telah dicantumkan oleh Rasulullah saw, seperti metode ceramah, metode dialog dan tanya jawab, metode qishah (cerita), metode tamtsil (pemisahan), metode targhib (motivasi), metode tarhin (menakut – nakuti), metode qasam (sumpah), metode keteladanan dan yang lain-lain.
Proses penyampaian materi yang dilakukan Rasulullah dapat menjadi menarik dengan menggunakan metode yang tepat sesuai kadar materi yang sedang dibahas. Namun beliau juga tidak jarang dalam menggunakan metode bermain untuk menghilangkan suasana tegang. Sehingga setiap pelajaran yang diberikan oleh Rasulullah dapat diterima dengan baik serta menjadi amalan bagi peserta didiknya.
Menariknya pembelajaran yang dilakukan Rasulullah dengan peserta didiknya dapat bernilai karakter yang baik lagi berakhlak, itu terbukti dengan output yang dihasilkan oleh Rasulullah. Dan dapat memenuhi kompetensi yang diajarkan.
Berbanding terbalik dengan dewasa ini strategi pembelajaran yang sangat banyak serta penuh dengan konsep yang baik pada notabenenya. Akan tetapi peserta didiknya tidak banyak yang dapat mencapai kompetensi yang diajarkan pendidiknya, lebih-lebih dapat menanamkan karakter yang baik dan berakhlak.
Permasalahan yang timbul adalah mengapa metode Rasululllah yang dianggap “jadul” oleh setiap kalangan mampu menciptakan output yang berkarakter dan berakhlak serta dapat mencapai kompetensi dengan baik, tetapi mengapa saat ini begitu banyak metode pembelajaran yang baik serta bernotabene baik tidak mampu menciptakan output yang sesuai dengan tujuannya yakni berkarakter dan dapat menguasai kompetensi.
Hal ini lah yang harus menjadi koreksi bagi konseptor dalam menjadikan metode sebagai acuan dasar yang penuh karakter, berakhlak baik dan dapat memenuhi kompetensi yang diajarkan. Untuk melihat rahasia apa sebenarnya yang dilakukan Rasulullah sehingga dapat menciptakan peserta didik yang brilliant tersebut mari kita tengok metodenya. 

B.     Rumusan Masalah
Bertolak dari uraian latar belakang masalah di atas, maka pokok permasalahan yang akan dikaji sebagai berikut.
1.      Konsep Strategi pembelajaran Rasulallah SAW
2.      Model-model strategi pembelajaran Rasulallah SAW
3.      Nilai-nilai karakter dalam strategi pembelajaran Rasulallah SAW
4.      Variasi pengembangan strategi pembelajaran Rasulallah SAW di era Modern
5.      Keunggulan dan kelemahan strategi pembelajaran Rasulallah SAW
6.      Peran strategi pembelajaran Rasulallah SAW dalam membangun karakter peserta didik.
BAB II
PEMBAHASAN

A.    KONSEP STRATEGI PEMBELAJARAN RASULULLAH SAW
Metode-metode yang telah diajarkan oleh Rasulullah saw itu sangat penting untuk diterapkan pada Pendidikan Islam, disamping metode modern yang telah dikembangkan oleh para Ilmuwan Barat. Karena metode itu adalah karakter Pendidikan Islam untuk bisa menghasilkan output yang handal dan berakhlak. 
Dalam proses pengajaran Rasulullah senantiasa memilih metode yang dinilai paling baik, tepat sasaran, sesuai dengan porsi pemahaman peserta didik mudah di pahami dan di cerna serta mudah di ingat.
Maka siapapun yang mempelajari hadits beliau dan membacanya dengan seksama tentu ia akan menemukan model perkataan atau pengajaran beliau yang sangat variatif. Beliau kadang-kadang memposisikan dirinya seolah-olah sebagai pemberi pertanyaan. Kadang pula berperan sebagai pemberi jawaban. Dalam menjawab pertanyaan terkadang beliau memberi jawaban sesuai kadar petanyaan.
Namun juga sebaliknya, beliau tidak jarang memberikan jawaban panjang lebar melebihi porsi yang ditanyakan. Beliau juga seriang membuat analogi dalam mengajarkan sesuatu. Pada saat-saat tertentu beliau sering mengucapkan kata sumpah dalam penjelasan beliau. Beliau itu juga cerdas dalam mengalihkan pertanyaan seseorang kepada pertanyaan lain yang beliau anggap lebih tepat demi tujuan pengajaran hikmah.
Kadang-kadang beliau juga mengajar dengan cara menulis (menggambar) dan menggunakan isyarat. Selain itu, Raulullah kadang-kadang menyebutkan sesuatu yang samar saat memberi jawaban. Tidak jarang pula beliau memakai metode bermain dan berdebat (berdiskusi) terhadap apa yang beliau ajarkan. Beliau juga sering membentangkan hal-hal yang akan diajarkan dan menjelaskannya secara diskriptif. Kadang-kadang beliau juga menggunakan metode analogi antara sesuatu dengan sesuatu yang lain.
Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai konsep Rasulullah tersebut dapat kita pelajari dari metode beliau dalam menyampaikan materi ajarnya yang penuh karakter.

B.     MODEL-MODEL STRATEGI PEMBELAJARAN RASULALLAH SAW
1.    Learning Conditioning
Learning conditioning merupakan syarat utama untuk terciptanya proses belajar-mengajar yang efektif. Ada tiga cara yang digunakan Rasulullah SAW dalam metode ini, yaitu:
a.       Meminta Diam untuk Mengingatnya
Mempersiapkan murid agar mereka siap menerima pelajaran, ini dapat menggunakan metode langsung ataupun tidak langsung. Metode berupa perrnintaan diam kepada murid-murid adalah salah satu cara yang paling baik untuk menarik perhatian mereka.
Rasulullah SAW pernah bersabda ketika Haji Wada, “Wahai manusia, tenanglah kalian” Kemudian melanjutkan lagi, “Diamlah,. Janganlah kalian kembali kafir setelah (kematian)-ku, yaitu sebagian kamu memukul tengkuk sebagian yang lain“
b.      Menyeru Secara Langsung
Seorang guru hendaknya menggunakan cara berupa seruan langsung, seperti “Murid-murid, tolong perhatikan...!” dan sejenisnya. Metode berupa seruan langsung biasanya dilakukan pada awal pelajaran, tetapi terkadang dilakukan ketika proses mengajar tengah berlangsung.
Hal ini pernah dicontohkan dalam hadits, Dan Ibnu Abbas r.a., ia berkata, “RdsuluIlah SAW naik ke atas mimbar. Majelis tersebut merupakan majelis terakhir beliau hadiri. Beliau menggunakan mantel yang beliau lingkarkan di atas kedua bahu beliau. Kepala beliau terserang penyakit. Beliau lalu bertahmid dan memuji Allah, kemudian bersabda, “Wahai sekalian manusia, berkumpullah!” Lalu beliau melanjutkan, “Amma ba‘du, sesungguhnya sebagian dan kelompok Anshar ini mempersedikit dan memperbanyak manusia. Siapa saja yang menjadi umat Muhammad, lalu ía dapat mendatangkan bahaya bagi seseorang, maka terimalah kebaikannya dan tolaklah kejahatannya.”
c.       Perintah untuk Menyimak dan Diam dengan Cara Tidak Langsung
Metode berupa permintaan perhatian secara tidak langsung membuat kecerdasan guru, karena kalimat yang digunakan bisa berupa ungkapan menarik perhatian dan mendengarkan apa yang disampaikan. Metode ini dilakukan di awal ataupun ketika sedang proses belajar mengajar berlangsung.
Ubadah ibn Al-Shamith r.a. berkata, “Rasulullah SAW pernah bersabda “Ambillah dariku! Ambillah dariku! Allah telah memberikan jalan keluar mereka (perzinaan) yang dilakukan antara seorang perjaka dengan seorang gadis maka cambuklah sebanyak seratus kali cambukan dan diasingkan selama 1 tahun Adapun seorang duda dengan janda, maka dicambuk sebanyak seratus dirajam”
Jika diperhatikan, kalimat Rasulullah SAW “Ambillah dariku! Ambillah dariku!”, terdapat ungkapan yang bernada permintaan memperhatikan dan menarik perhatian untuk dapat mendengarkan apa yang akan beliau sampaikan. Selain itu  juga terdapat keistimewaan lainnya, yaitu berupa pengulangan.

2.        Active Interaction
a.     Interaksi Pendengaran
Dilakukan dengan cara:
1)      Teknik Berbicara (Presentasi dan Penjelasan)
Teknik ini digunakan dengan memperhatikan tujuan pembicaraan menyampaikan dan menjelaskan sesuatu. Hal ini dilakukan dengan sedang saja, tidak terlalu cepat hingga berlebihan dan juga tidak tertlalu lamban hingga membosankan.
“Aisyah r.a. berkata, “Rasulullah SAW tidak berbicara seperti cara kalian berbicara. Beliau berbicara dengan ucapan yang terdapat jeda di dalamnya. orang yang duduk bersamanya akan dapat mengingat ucapan beliau.”
2)      Tidak Bertele-tele pada Ucapan dan Tidak Terlalu Bernada Puitis
Ucapan yang sedang-sedang saja dan tidak terlalu cepat bertujuan untuk menjaga agar informasi yang hendak disampaikan dapat ditangkap murid, juga agar terhindar dari kesamaran dan gangguan.
Jabir r.a. berkata, “Rasulullah SAW pernah bersabda, “Sesungguhnya orang yang paling aku cintai di antara kalian dan yang paling dekat kedudukannya padaku pada hari kiamat adalah orang yang paling baik akhlaknya di antara kalian. Dan sesungguhnya orang yang paling aku benci di antara kalian dan paling jauh dariku pada hari kiamat nanti adalah orang yang banyak bicara, orang yang berlebih-lebihan dalam berbicara, dan Mutafaihiqun.” Orang-orang lalu bertanya, “Wahai Rasululah, kami telah mengetahui apa itu orang yang banyak bicara dan berlebih-lebihan dalam ucapan. Lantas apa yang dimaksud dengan mutafaihiqun itu?” Beliau menjawab, “Orang yang sombong.”
Abdullah bin Umar r.a. berkata, Rasulullah SAW pernah bersabda, Janganlah terlalu banyak bicara kecuali dalam bentuk dzikir kepada Allah, karena sesungguhnya terlalu banyak bicara selain dzikir kepada Allah menyebabkan keras hati, dan sesungguhnya orang yang paling jauh dari Allah adalah orang yang keras hatinya.”
3)      Memperhatikan Intonasi
Merupakan hal penting dalam mengajar namun memberat-beratkan (memfasih-fasihkan) ucapan adalah sikap yang tidak terpuji, baik secara syariat, indrawi, maupun logika. Memberat-beratkan ucapan dan menggunakan kata-kata aneh, justru akan menciptakan jarak antara seorang guru dengan muridnya.
Mengeraskan suara ketika mengajar adalah cara yang baik untuk menarik perhatian pendengar dan untuk menunjukkan ketidak setujuan terhadap sesuatu, bagaimana hadits Rasulullah SAW, “Nabi SAW ketika berkhutbah dan memberikan peringatan tentang Hari Akhir, maka beliau akan terlihat sangat murka dan suaranya terdengar keras.”
Dari Abdullah bin Amr, ia berkata, “Rasulullah pernah terlambat berada di belakang kami dalam suatu perjalanan yang kami lakukan, Beliau kemudian dapat menyusul kami. Kami merasa sangat lelah untuk melakukan shalat, terlebih kami harus berwudhu. Kami pun lalu hanya mengusap kaki kami. Beliau lalu berseru dengan suara keras, “Hati-hati, jaga tumit kalian dari api neraka! (sebanyak dua atau 1 kali).
Seorang guru hendaknya menjelaskan pelajaran dengan tidak memotong penyampaiannya. Karena memotong penjelasan akan membingungkan murid, juga merusak konsentrasi guru dalam mengaitkan antara satu penjelasannya dengan penjelasan lainnya yang seharusnya saling berhubungan.
Hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Bukharii dalam kitab Sahih Abu Hurajrah r.a. berkata, “Ketika Nabi SAW sedang berbicara dengan suatu kaum dalam suatu majelis, datang seorang Arab Badui dan bertanya kepada Nabi “Kapan hari kiamat itu akan datang?”Rasulullah SAW terus melanjutkan, sedang beliau bicarakan. Sebagian orang berkata, “Beliau mendengar apa yang dikatakan oleh orang itu, Beliau sedang memikirkan apa yang dikatakan Sebagian yang lain berkata, “Beliau tidak mendengarnya.” Setelah selesai Rasulullah berkata,“Mana orang yang bertanya tentang hari kiamat tadi?”Arab Badui itu menjawab,“saya di sini wahai Rasulullah! ”Beliau bersabda engkau menyia-nyiakan amanah, maka tunggulah kedatangan hari kiainat.’
4)      Diam Sebentar di Tengah-tengah Penjelasan
Diam sejenak di tengah-tengah penjelasan memiliki beberapa manfaat lain menarik perhatian para murid, membawa, kejiwaaan seorang guru kembali dan memberikan waktu kepada guru untuk mengatur pemikirannya.
Dan Abu Bakar r.a., bahwa Nabi SAW bersabda, “Bulan apa sekarang ini ? Kami menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.” Beliau kemudian diam hingga kami mengira beliau akan menjawab dengan jawaban yang salah. berkata, “Bukankah sekarang ini bulan Dzulhijjah?” Kami menjawab, “3 Beliau kembali bertanya, “Negara apa ini ?’ Kami inenjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.” Beliau kembali terdiam hingga kami mengira beliau menjawab dengan jawaban yang salah. Lalu beliau bertanya, “Hari apakah sekarang ini?” Kami menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.” Beliau lalu terdiam hingga kámi mengira beliau akan menjawab dengan jawaban yang salah Beliau berkata, “Bukankah sekarang ini Hari Idul Kurban?” Kami menjawab “Benar.” Beliau kemudian bersabda, “Sesungguhnya darah kalian, harta kalian (lalu terdiam...)” Abu Bakrah, “Aku mengira beliau akan berkata, “Dan kehormatan kalian.” Akan tetapi, beliau melanjutkan. “Adalah haram bagi kalian, seperti diharamkannya (berlaku keji) pada hari inii, di tanah ini, dan di bulan ini.”’
Dampak “diam” sahabat dari hadits tersebut menunjukkan bahwa “dapat menarik perhatian para sahabat.
b.      lnteraksi Pandangan
Digunakan dengan metode:
1)      Eye Contact dalam Mengajar
Adanya interaksi (tukar) pandangan antara seorang guru dengan muridnya merupakan hal yang penting agar seorang guru dapat menguasai murid-muridnya. Hal itu Juga dapat membantu murid dalam memahami apa yang disampaikan gurunya berupa berbagai permasalahan dan ilmu pengetahuan.
Jabir bin Abdullah r.a. berkata, “Seorang pria datang menemui Rasulullah SAW ketika beliau sedang menyampaikan khutbah Jurnat. Beliau bertanya, “Apakah engkau telah melaksanakan shalat, wahai Fulan? Ia menjawab, “Belum.” Beliau kembali berkata, “Berdiri dan ruku’ lah!”
Hadits lain, Abu Said al-K.hudri r.a. berkata, “Suatu hari Rasulullah SA,W duduk-duduk di atas mimbar dan kami pun duduk di sekitar beliau.”
Dalam dua kejadian di atas, jelas sekali Rasulullah berinteraksi secara aktif dengan lawan bicaranya. Tidak mungkin Rasulullah SAW mengetahui orang secara langsung yang duduk ketika khutbah Jumat berlangsung, kalau tidak melihatnya. Dan  tidak mungkin Rasulullah SAW mendengar jawaban jamaah tersebut kalau tidak rnelihat wajahnya dan memperhatikan ekspresinya. Secara psikologis, pendengar akan jauh lebih merasa dihargai jika dilihat dan ditatap wajahnya karena merekalah audiens kita dan dimana informasi disampaikan kepadanya.
2)      Memanfaatkan Ekspresi Wajah
Memanfaatkan ekspresi wajah dalam mengajar akan membantu seorang guru untuk dapat mewujudkan tujuannya dalam mengajar.
“Anas r.a. meriwayatkan sebuah hadits, bahwasañya Nabi SAW pernah melihat ludah pada arah kiblat. Hal itu membuat beliau marah hingga kemarahannya terlihat pada wajah beliau. Beliau pun berdiri dan menglapnya dengan tangan beliau. Ialu beliau bersabda, “Salah seorang dan kalian apabila berdiri melakukan shalat, ia sedang bermunajat kepada Rabbnya atau Rabbnya berada di antara dirinya dan arah kiblat. Maka dari itu janganlah salah seorang dari kalian, membuang ludah ke arah kiblatnya. Akan tetapi menghadaplah ke arah kiri atau ke bawah telapak hakinya.”
3)      Tersenyum
Jarir bin Abdullah al-Bajli r.a. berkata, “Tidaklah Rasulullah SAW melarangku untuk masuk ke rumahnya setelah aku minta iziñ) sejak aku masuk Islam dan tidaklah beliau melihatku kecuali beliau selalu menampakkan senyuman di depan arahku,” Senyuman itu pun memberikan pengaruh yang berarti bagi Jarir bin abdullah.
Wajah yang ceria akan memancarkan energi positif dan merubah suasana menjadi akrab, sebaliknya wajah yang “judes” dan mahal senyum akan menciptakan kekakuan dan ketegangan. Suasana tegang akan menjadikan proses belajar mengajar kurang menarik, membosankan dan menjadikan jiwa tertekan, maka belajarpun menakutkan dan menjadi beban.

3.        Applied-Learning Method
Metode yang digunakan adalah:
1.      Metode Praktikum yang Diterapkan oleh Guru
Suatu ketika Utsman bin Affan ta. berwudhu. Rasulullah SAW bersabda, “Siapa saja yang berwudhu seperti cara wudhuku, lalu ia melakukan shalat dua rakaat tanpa ada sesuatu hal yang mengganggu kekhusyukanya kedua rakaat itu, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah la1u.”
Menggabungkan metode teoritis dengan praktikum dalam mengajar merupakan salah satu cara yang sangat bermanfaat dalam mendidik dan mengajar. Metode ini memudahkan seorang guru. Metode ini juga dapat memberikan keluangan dan tenaga seorang guru.
2.      Metode Praktikum yang Dilakukan oleh Murid
Membuat murid berperan aktif dalam menerapkan metode praktikum agar manfaat yang ingin dicapai dapat terwujud. Seorang guru hendaknya berusaha agar para murid dapat mengetahui sendiri kesalahan mereka, seperti mengembalikan buku hasil pekerjaan rumah kepada muridnya setelah mengoreksinya. Hal tersbut dilakukan agar murid mau méngkaji ulang sendiri dan dapat mengenal kesalahan yang dibuatnya. Menerapkan dan mempraktikkan sesuatu adalah terbaik agar ilmu yang disampaikan dapat dihafal dan terjaga dari kelupaan.
Dari Abu Hurairah r,a, bahwasanya Nabi SAW masuk ke dalam masjid. Lalu masuk seorang pria dan melakukan shalat. Kemudian ia mendatangi Rasulullah dan mengucapkan salam kepada beliau. Rasulullah SAW lalu menjawab berkata, “Kembalilah, ulangilah shalatmu! Sesungguhnya engkau belum, shalat.” Pria itu pun lalu kembàli mengulangi shalatnya seperti sebelumnya lalu berkata, “Sernoga Allah melimpahkan kesejahteraan bagimu.” Beliau melanjutkan, “Kembalilah dan ulangilah shalatmu! Sesungguhnya engkau melakukan shalat.” Hal tersebut terus berulang hingga pria itu melakukan sebanyak tiga kali”

4.       Scanning and Levelling
Sabda Rasulullah SAW, “Kami, seluruh para nabi, diperintahkan untuk ke rumah-rumah orang-orang dan menjelaskan kepada mereka sesuai dengan akal mereka.”
Terdapat perbedaan tingkat kecerdasan dan pemahaman murid-murid, antara satu dengan individu yang lain, dan antara satu kelompok dengan kelompok lain.
Rasulullah SAW menjawab pertanyaan “simple” sahabat tentang apa yang harus dilakukan setelah sahabat tersebut memeluk Islam. Rasulullah menjawab, “Katakanlah beriman dan istiqomah denganNya.” Jawaban yang sangat “simple” dan praktis tentang Islam ini dipilih Rasulullah karena memang lawan bicaranya masih hijau dalam Islam. Ia belum bisa diberi materi yang berat-berat seperti kewajiban jihad, tuntunan menjauhi riba, jenis jual beli yang terlarang, serta ilmu waris yang kompleks.
Membebani akal seorang murid dengan sesuatu yang tidak dapat ditanggungnya dan memberikan beban di atas kadar kemampuannya, tidak akan memberikan apapun kepada sang murid, kecuali rasa bingung dan kebodohan.

5.      Discussion and Feed-Back
Menggunakan metode yang logis dalam memberikan jawaban merupakan cara yang baik. Karena cara itu dapat membuat ilmu yang disampaikan bisa masuk ke dalam hati dan pikiran pendengarnya, sebagaimana yang diharapkan. Memperhatikan penggunaan kata yang sederhana dalam berdiskusi akan mernbuat Indra murid berperan aktif dalam berdiskusi sehingga terjadi interaksi yang dinamis.
Membuat contoh sederhana yang mudah dipahami oleh akal seorang murid, seperti dalam kisah seorang pria Arab. Badui yang mempertanyakan perihal anaknya yang terlahir dengan warna kulit hitam. Rasulullah SAW kemudian memberikan contoh yang mudah dipahami oleh pria tersebut, yaitu berupa unta, sebagaimana yang diriwayatkan Bukhori dalam kitab Shahih-nya, dari Abu Hurairah RA bahwasanya seorang pria datang menemui Nabi SAW dan berkata, “Wahai Rasulullah, anakku telah lahir dengan kulit berwarna hitam.” Beliau balik bertanya, “Apakah engkau memiliki unta?” Ia menjawab, “Ya.” Beliau bertanya, “Apa warnanya?” Ia menjawab, ‘Merah.” Beliau kembali bertanya, “Apakah ada warna abu-abu pada tubuhnya?” Ia rnenjawab, “Ya.” Beliau bertanya, “Mengapa bisa begitu?” Ia menjawab, “Warna Ia dapati dari ras lain.” Beliau berkata, “Sepertinya anakmu ini mengambil ras lain (seperti unta itu).”

6.       Story-Telling
Bercerita adalah metode yang sangat baik dalam pendidikan. Cerita pada umumnya disukai oleh jiwa manusia. Ia juga memiliki pengaruh yang menakjubkan untuk dapat menarik perhatian pendengar dan membuat seseorang bisa mengingat kejadian-kejadian dalam sebuah kisah dengan cepat. Cerita tidak hanya ditujukan unruk hiburan semata, akan tetapi harus diambil pelajaran, nasihat, dan hikmah yang da di dalamnya. Cerita dapat memberikan pengaruh yang besar bagi pikiran dan emosional murid. Terlebih lagi jika cerita tersebut benar-benar riil terjadi dan berisi tentang persoalan hidup  yang penuh tantangan.
Banyak cerita dan kisah-kisah penuh hikmah umat terdahulu di dalam Alquran seperti kisah tentang Al-KAhfi, Nabi Nuh AS, Nabi Musa AS. Dan lain-lain.

7.      Analogy and Case Study
Memberikan perumpamaan merupakan sarana yang baik untuk memudahkan memahami kandungan makna-makna dan pemikiran-pemikiran. Seorang hendaknya menggunakan perumpamaan ketika ada pelajaran yang sulit dipahami oleh pemikiran murid. Ia dapat memberikan perumpamaan sehingga pelajaran menjadi lebih sederhana dan mudah dipahami.
Banyak perumpamaan di dalam Al-Qur’an, antara lain Allah SWT berfirman “ Tidakkah kamu memperhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya kokoh dan cabang (menjulang) ke langit, yang memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya? Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperli pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan Bumi. tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun. “
Dan Abdullah ibn Umar bahwa kami bersama Rasulullah SAW kemudian beliau bersabda: “Beritahulah aku, pohon apa yang menyerupai seorang muslim dimana daunnya tidak berjatuhan dan selalu berbuah setiap waktu”. Ibn Umar berkata, “Hatiku berpikir bahwa pohon yang dimaksud adalah pohon kurma tetapi aku melihat Abu Bakar dan Umar RA tidak menjawab, maka aku pun enggan untuk menjawabnya. Ketika semua diam dan tak ada yang menjawab, Rasulullah bersabda “Pohon tersebut adalah kurma”. Setelah kami bubar, aku bertanya kepada Umar “Wahai bapakku, sebenarnya aku sudah menebak bahwa pohon tersebut adalah kurma.” Umar berkata, “Kenapa kamu tidak menjawab?” lbn Umar menjawab, “ tidak melihat kalian menjawab, maka aku pun enggan untuk menjawabnya”. Umar berkata, “Kamu menjawabnya lebih aku sukai daripada kamu diam saja.”
Kemudian Ibn Abbas mengomentari firman Allah SWT yang berbunyi “tidakkah kamu memperhatikan bagairnana Allah telah membuat perumpaman kalimat yang baik seperti pohon yang baik”, bahwa yang dimaksud dengan pohon yang baik adalah seorang Mukmin. Sedangkan yang dimaksud dengan “Akar kokoh dan cabangnya (menjulang) ke langit”, adalah seorang mukmin ya berusaha dan berdakwah di muka Bumi, hingga usaha dan dakwahnya sampai ke langit, meskipun ia berada di muka Bumi.
Firman Allah yang berbunyi, “Allah menembus perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat “, menurut Ibnu Hajar penyebutan perumpamaan tersebut adalah untuk menambah pemahaman, deskripsi makna dalam pikiran dan membentuk pola pikir dalam menyikapi sebuah kejadian.

8.      Teaching and Motivating
Tasywiq adalah suatu metode yang mampu meningkatkan gairah belajar dan rasa keingintahuan yang tinggi, serta penasaran untuk mengetahui apa jawaban dan rahasianya. Tasywiq juga baik untuk memancing semangat belajar, meneliti, dan menelaah satu hal atau pelajaran tertentu. Semakin kuat menggunakan ungkapan yang bernada Tasywiq, semakin kuat pula motivasi untuk belajar.
Rasulullah SAW pernah bersabda, “Aku akan ajarkan engkau satu surah yang paling agung di dalam Al Qur’an sebelum engkau keluar dari dalam masjid.”
Dari Abu Hurairah, ia mengatakan bahwa Rasulullah pernah bersabda, “Berkumpullah, sesungguhnya aku akan membacakan kepada kalian sepertiga AlQur’an.” Juga ucapan Beliau, “Sebentar lagi akan datang kepada kalian seorang pria yang merupakan ahli surga (sebanyak tiga kali).”

9.      Body Language
Body Language dalam meyampaikan pesan atau presentasi berrnanfaat Untuk
a.      Membuat penyampaiannya bertambah terang lebih pasti, dan jelas
Karena bahasa lisan dibantu dengan bahasa tubuh dan emosi, maka dengan kombinasi ini indra yang dirangsang bukan saja telinga tetapi juga mata dan indra terkait lainnya. Apalagi jika si pembicara mengajak audiens untuk menirukan gerakannya. Rasulullah SAW bersabda, “Aku dan pengasuh anak yatim adalah bagaikan ibu dan telunjuk di surga.” Rasul menyampaikan pesan ini sambil mengangkat tangan dan menggerak-gerakkan telunjuk dan ibu jarinya di hadapan sahabat.
b.      Menarik perhatian pendengar dan membuat makna yang dimaksud melekat pada pikiran pendengar
Hal ini sesuai dengan hadits yang diriwayatkan oleh Jabir bin Abdullah yaitu ketika Nabi SAW berkhutbah di hadapan orang-orang pada hari Arafah khutbah tersebut beliau menjelaskan berbagai hal yang fundamental. Setelah menyampaikan khutbah kepada mereka, beliau berkata, “Jika kalian ditanyakan mengenai diriku, apa yang akan kalian katakan?” Mereka menjawab, “Kami bersaksi bahwa engkau telah menyampaikan risalah, menjalankan tugas, dan menasehati (kami).” Seraya memberikan isyarat dengan jari telunjuk yang beliau angkat langit dan menunjuk ke arah orang-orang, beliau berkata, “Ya Allah, saksikanlah Allah, saksikanlah! (sebanyak tiga kali).” Sikap beliau yang mengangkat tangan arah langit kemudian menunjuk ke arah orang-orang adalah untuk menarik perhatian mereka terhadap hal penting, yaitu kedudukan kesaksian atas penyampaian yang menjadi tugas beliau.
c.       Untuk Mempersingkat Waktu
Isyarat bermanfaat bagi seorang guru untuk mempersingkat ucapan atau selain bermanfaat untuk mempertegas ucapan, mempertegas berbagai hal penting menarik perhatian pendengar, membantu seorang guru untuk mengungkapkan beberapa maksud ucapan yang tidak dapat diungkapkan dengan bahasa lisan dan lain sebagainya.
Ada banyak isyarat yang biasa kita lakukan, seperti isyarat untuk larangan, atau permintaan untuk datang menghampiri dan beranjak pergi. Dalam hadits muttafaq alaih yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, Rasulullah bersabda, “Aku diperintahkan untuk bersujud dengan bertumpu pada pada tujuh tulang yaitu: dahi (beliau lalu menunjuk dengan tangan beliau ke arah (atas) hidung). kedua tangan dan dua siku kaki, serta dua ujung telapak kaki.”
Dan hadits ini dapat dilihat bahwa Rasulullah SAW memberikan isyarat menunjukkan beliau ingin menjelaskan bahwasanya hidung itu masih bagian dahi (kening). Artinya, seolah-olah keduanya merupakan bagian tubuhnya. ini juga bertujuan untuk mempersingkat ucapan ketika beliau tidak menyebkan kata hidung secara langsung.

10.  Picture and Graph Technology
Penjelasan yang diperkuat dengan gambar atau tulisan akan membuat penyampaian tersebut semakin jelas. Gambaran dan tulisan yang menjadi visualisasi akan membantu penyampaian ilmu pengetahuan secara lebih cepat. Di era teknologi saat ini, penggunaan multimedia semakin menjadi kebutuhan karena multimedia dapat menjadikan proses belajar mengajar menjadi lebih fun and entertaining. Di samping itu, efek-efek audio visual juga dapat menanamkan pesan yang akan disampaikan jauh lebih dalam menghujam di hati, apalagi dibarengi dengan grafik, sound effect, dan cuplikan film. Secara sederhana Rasulullah SAW telah memberikan suri tauladan bagi kita bahwa teknologi adalah instrumen yang dalam pengajaran tauhid, ilmu syariah dan transformasi akhlak menjadi lebih baik.
Abdullah bin Mas’ud r.a. berkata, “Rasulullah pernah membuat garis dengan tangannya.” Kemudian beliau berkata, “ini adalah jalan Allah yang lurus.” Beliau kemudian membuat garis di sebelah kanan dan kiri garis tersebut. Lalu berkata, jalan ini jalan setan dan setan selalu menyeru untuk mengikuti jalannya.”
Beliau kemudian membacakan ayat:
Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan Janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu ,mencerai-beraikan kamu dan jalan-Nya. “‘

11. Reasoning and Argumentation
Metode mengungkapkan alasan akan memperjelas sesuatu yang sulit dan berat dipahami oleh murid. Metode mengungkapkan alasan akan membuat ilmu pengetahuan semakin tertanam pada pikiran audiens dan penerima materi.
Dari Abu Hurairah r.a., bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, seekor lalat masuk ke dalam tempat air milik salah seorang dan kalian, tenggelamkanlah seluruh tubuh lalat tersebut, kemudian keluarkanlah Ia dari tempat air tersebut. Karena sesungguhnya pada salah satu sayap lalat tersebut ada penyakit dan pada sayap yang satunya lagi terdapat penawarnya.
Pada hadits ini, Nabi Muhammad SAW menjelaskan hikmah di balik perintah menenggelamkan seluruh tubuh lalat ke dalam air ketika ia jatuh ke dalam tempat air atau minuman. Beliau menjelaskan bahwa pada salah satu sayap lalat tersebut terdapat penyakit dan pada bagian sayap yang lain terdapat penawarnya. Jika hadist, ini tidak disertakan alasan perintah tersebut, maka akan rnembingungkan orang. Akan tetapi karena alasannya diperjelas, sehingga menjadikan hal tersebut terpercaya.

12. Self Reflection
Memberikan kesempatan kepada murid untuk menjawab sendiri pertanyaan merupakan metode yang sangat bermanfaat dalam mengoptimalkan otak dan mengasah akal pikiran.
Perrnasalahan yang diajukan oleh guru bisa berupa pertanyaan yang tidak membutuhkan jawaban, atau bisa berupa pertanyaan yang memang harus dijawab. Metode seperti ini tentunya membutuhkan kecerdasan dan kepandaian seorang guru dalam memilih contoh yang tepat.
Dari Abu Dzar r.a. bahwa ada beberapa sahabat bertanya kepada SAW, “Wahai Rasulullah, orang-orang kaya bisa mendapatkan pahala lebih banyak mereka bisa shalat sebagaimana kami shalat, Mereka bisa berpuasa sebagaimana kami berpuasa dan mereka bisa bersedekah dengan harta lebih yang dimiliki, Rasulullah SAW menjawab, “Bukankah Allah telah menjadikan setiap yang kamu lakukan sebagai sedekah: pada setiap tasbih ada sedekah, pada setiap takbir sedekah, pada setiap tahmid ada sedekah, pada setiap tahlil (membaca kalimat laailaha illallah) ada sedekah, pada amar ma’ruf ada sedekah, pada nahi mungkar ada sedekah dan pada setiap sendi tubuh kalian ada sedekah”, Kemudian mereka bertanya lagi, “Wahai Rasulullah apakah apabila kami menyalurkan syahwat ada pahala?’ Rasulullah menjawab, “Apabila kalian menyalurkannya pada hal yang haram apakah berdosa?” Begitu pula apabila kalian menyalurkannya pada yang halal, bukankah kalian mendapatkan pahala?” Pertanyaan yang diajukan oleh Rasulullah SAW ini memancing sahabat untuk berpikir dan melakukan self reflection.

13. Affirmation and Repetition
Hal ini dilakukan dengan cara:
a.       Pengulangan Kalimat
Dari Anas bin Malik r.a., “Terkadang Nabi SAW jika mengucapkan sebuah kalimat, beliau akan mengulang sebanyak tiga kali hingga kalimat tersebut dapat dipahami. Jika beliau mendatangi suatu kaum, maka beliau akan menyampaikan salam sebanyak tiga kali”
Untuk hal-hal tertentu dan “baru sekali”, penjelasan terkadang tidak cukup, sehingga informasi harus diulang beberapa kali. Contoh dari Rasulullah SAW sebanyak “tiga kali” adalah satu kiasan yang bisa saja lebih atau kurang, tergantung situasi dan kondisi.
Mengulang ucapan sebanyak tiga kali bisa membuat tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Terkadang pengulangan tersebut bisa lebih dari tiga kali, tergantung pada kebutuhan. Mengulang-ulang ucapan adalah sarana yang baik agar informasi Ilmu pengetahuan yang disainpaikan dapat dihafal dengan baik. Ia juga dapat membuat murid tenfokus pada poin tertentu yang dianggap penting.
b. Pengulangan Ucapan Nama
Mengulang-ulang panggilan nama bisa membuat orang yang dipanggil lebih siap untuk dapat menerima berita yang akan disampaikan.
Dari Anas bin Malik, bahwasanya Nabi SAW dan Muadz pernah bertemu dalam sebuah perjalanan. Beliau berkata, “Wahái Muadz bin Jabal!” Muadz menyahut, “Aku menyambut seruanmu wahai Rasulullah dan memohon kebahagiaan atasmu.” Beliau kembali berkata, “Wahai Muadz!” Muadz kembali menyahut, “Aku menyambut seruanmu wahai Rasulullah dan memohon kebahagiaan atasmu.” demikian sampai tiga kali. Beliau lalu bersabda, “Tidaklah seseorang bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad utusan Allah, diucapkan dengan tulus dari hatinya, melainkan Allah akan mengharamkan dirinya darinya api neraka.” Muadz berkata, “Wahai Rasulullah, bolehkah aku memberitahukan berita ini kepada orang-orang, agar mereka juga memperoleh kabar gembira ini?” Lalu Muadz pun memberitahukan kabar gembira itu sebelum ia wafat.
14. Focus and Point Basis
Menggunakan teknik berdasarkan rumusan-rumusan besar atau poin akan membantu audiens dalam menyerap ilmu dan menjaganya dari lupa. Metode ini akan sangat efektif jika dilakukan dengan cara from global to detail, yaitu menyampaikan gambaran besarnya dahulu kemudian menjelaskan rinciannya.
Dari Abu Hurairah r.a., bahwa Nabi SAW bersabda, “Tujuh golongan manusia yang akan mendapatkan naungan dari-Nya, yaitu seorang imam yang adil pemuda dewasa yang selalu beribadah kepada Rabbnya, seorang pria yang hatinya selalu terpaut pada masjid, dua orang yang saling mencintai karena Allah berkumpul dan berpisah karena Allah, seorang pria yang dibujuk oleh wanita yang memiliki kedudukan dan cantik, akan tetapi ia berani mengatakan, “aku takut kepada Allah”, seseorang yang bersedekah dengan sembunyi-sembunyi hingga tangan kirinya sendiri tidak mengetahui apa yang disedekahi oleh tangan dan terakhir seseorang yang berzikir kepada Allah ditempat yang sunyi hingga mengeluarkan air mata.”

15. Question & Answer Method
Teknik bertanya adalah metode yang baik untuk menarik perhatian dan membuat pendengar siap terhadap apa yang akan disampaikan Pertanyaan terkadang bisa dilontarkan di awal pembicaraan dan di pertengahan tergantung kondisi ketika itu. Seorang guru dapat saja melontarkan pertanyaan kepada murid-muridnya di awal, lalu memberikan waktu sebentar bagi mereka mendapatkan jawaban pertanyan tersebut.
Rasululllah SAW bersabda, “Tidakkah kalian ingin aku beritahukan dosa yang paling besar?” Kami bertanya, “Ya, wahai Rasulullah.” Beliau bersabda “Menyekutukan Allah dan durhaka kepada orang tua.”
Kata “tidaklah” pada hadits tersebut adalah pertanyaan untuk mengingatkan dan menarik perhatian pendengar untuk menyimak apa yang dikatakan dan. memahaminya dengan baik.

16. Guessing with Question
Metode mi penting untuk memperkuat pemahaman dan memperbesar keingintahuan. Dari Abdullah bin Dinar, dan Ibnu Umar ra., bahwa Nabi SAW bersabda, “Sesungguhnya di antara pepohonan ada satu pohon yang daunnya jatuh ke tanah (secara berguguran). Pohon itu bagaikan seorang muslim. Jelaskanlah kepadaku pohon apakah itu?” Orang-orang mengatakan pohon itu terdapat di pedalaman. Abdullah berkata, “Dalam benakku terbetik pikiran bahwa pohon yang dimaksud adalah pohon kurma. Akan tetapi, aku malu menjawabnya.” Orang. berkata, “Beritahukanlah kepada kami, pohon apakah itu wahai Rasulullah?” menjawab, “Pohon Kurma.”
Al-”Ainy mengatakan, “Hadits tersebut adalah bukti bahwa seseorang mengajukan pertanyaan kepada para sahabatnya untuk mengukur tingkat keilmuan mereka” Sedangkan Ibnu Hajar r.a. mengatakan, “Hadits ini memiliki beberapa manfaat, yaitu dengan diperbolehkannya seorang guru menguji kecerdasan murid yang dilanjutkan dengan penjelasan jawaban pertanyaan tersebut, jika mereka memang belum memahaminya. Cara seperti itu juga dapat membantu pemahaman sebuah ilmu pengetahuan.”
Pada suatu hari beliau keluar dan naik ke atas mimbar. Kemudian beliau bersabda, “Bertanyalah kepadaku! Tidaklah kalian bertanya kepadaku, melainkan akan aku jelaskan jawabannya kepada kalian”
bertanya dapat menghapuskan kebodohan serta memperbaiki pemahaman dan pemikiran. Guru yang memberikan kesempatan dan motivasi kepada murid-muridnya untuk berani mengajukan pertanyaan memiliki manfaat untuk: mengukur tingkat pemahaman murid-muridnya, memberikan motivasi kepada murid yang pemalu agar berani mengajukan pertanyaan, dan agar murid-murid yang lain dapat mengambil manfaat ketika mendengar jawaban dari pertanyaan yang diajukan. Juga sebagai introspeksi seorang guru untuk kembali mengevaluasi cara menyampaikan pelajarannya, yaitu ketika ia mengetahui dan pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan murid-muridnya bahwa muridnya belum memahami pelajaran dengan baik

18. Wisdom in Answering Question
Hal ini dilakukan dengan cara:
a. Menyikapi Orang yang Mengajukan Pertanyaan Sesuai dengan Tingkat    Pengetahuannya
Berusaha mengetahui keadaan penanya dan apa yang dibutuhkannya. Seperti contoh seseorang bertanya tentang suatu hukum. Pertanyaan yang ia ajukan memang tidak diketahui oleh yang bersangkutan. Akan tetapi, sebagian orang yang lain yang ada di dalam majelis atau ruang belajar telah mengetahui hukum apa yang ia tanyakan itu. Oleh karena itu, Rasulullah SAW menjawab pertanyaannya dengan rnenambah hukum lain atau hal lain yang terkait dengan pertanyaan si penanya. Dengan harapan, semua mendapat manfaat dari jawaban Rasulullah SAW
Hal tersebut tertuang dalam hadits berikut: Abu Hurairah r.a. berkata, “Seseorang pemah bertanya kepada Rasulullah SAW, “Wahai Rasulullah, kami sedang berjalan di atas lautan. Kami hanya membawa sedikit air. Jika kami berwudhu dengan air itu, maka kami akan kehausan. Apakah kami boleh berwudhu dengan air laut?” Rasulullah kemudian bersabda, “Air laut itu suci. Sedangkan bangkai binatang laut halal dimakan.”
Ada lagi contoh seorang sahabat melakukan kesalahan dalam mengucapkan salam (assalamu‘alaikum warahmatullahi wa barakatuh). Padahal, ucapan salam adalah hal yang hampir tidak pernah salah diucapkan oleh umat Islam. itu, Rasulullah menyikapi kesalahan itu sesuai dengan kondisi orang tersebut, plus memberikan penjelasan tentang Allah SWT sebagai Tuhan Yang Maha damai.
b.      Menyikapi  Si penanya dengan Sikap yang Bermanfaat Baginya
Terkadang jawaban atas pertanyaan si penanya tidak sesuai dengan pertanyaan tersebut. Akan tetapi, bisa jadi hal itu akan lebih bermanfaat bagi si penanya. Contohnya untuk menjawab pertanyaan mengenai pakaian ihram.
Dari Abdullah bin Umar r.a. seorang pria berkata, “Wahai Rasulullah, apa pakaian yang dipakai oleh orang yang sedang ihram?” Rasulullah SAW berkata ia tidak memakai baju, serban, celana, topi, dan juga sepatu.”
Contoh kedua, para sahabat bertanya mengenai karakter bulan penciptaannya. Lalu Rasulullah menjawab pertanyaan mereka dengan memberikan jawaban yang lebih bermanfaat bagi mereka, yaitu mengenai hikmah yang baik penciptanya. Hal seperti ini juga menjadi gaya bahasa AI-Qur’an sebagaimana firman Allah SWT,
“Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: “Bulan sabit adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadah haji); Dan kebajikannya memasuki rumah-rumah dari belakangnya, akan tetapi itu ialah kebajikan orang yang bertakwa. Dan masuklah ke rumah-rumah pintu-pintunya; dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung. “
Sikap seperti itu tidak selamanya dapat diterapkan pada setiap kondisi penanya Akan tetapi, sikap seperti itu dapat diterapkan tergantung pada situasi. Pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan murid dapat dimanfaatkan untuk melekatkan makna-makna tertentu atau menjelaskan hukum-hukum yang baru bagi mereka.

19. Commenting on Students Question
Dari Abu Hurairah r.a., bahwasanya seorang pria mendatangi Rasulullah SAW dan berkata, “Aku bermimpi.” Ia lálu rnenceritakan mimpinya itu. Abu Bakar mencoba menafsirkannya. Nabi SAW bersabda, “Sebagian engkau katakan benar, dan sebagian yang lain engkau katakan salah.” Abu Bakar kemudian berkata, “Aku bersumpah kepadamu wahai Rasulullah dan ayahku memberitahukan kepadaku, kesalahan apa yang telah aku katakan?” Rasulullah berkata, “Janganlah engkau bersumpah!”
Memberikan komentar terhadap jawaban seorang murid dapat bemanfaat bagi si penjawab untuk memperbaiki jawabannya. Selain itu, juga bermanfaat bagi murid-murid yang lain untuk mengetahui apakah jawaban rekannya itu diterima atau ditolak.
Terkadang jawaban yang diberikan benar, terkadang salah. Setiap jawaban memiliki cara masing-masing dalam mengomentarinya, Apabila audiens memberikan jawaban yang salah, hendaklah tetap menjaga perasaannya.
Seorang guru tidak mesti menggunakan ungkapan seperti “benar” atau “salah”. Akan tetapi, boleh menggunakan ungkapan yang juga memiliki pengertian dan maksud yang sama, seperti bagus, baik, luar biasa atau hebat. Ketika menginginkan agar murid lebih berusaha memperbaiki kesalahannya, maka ungkapan yang dapat digunakan adalah “jawaban yang disampaikan belum sempurna” atau ungkapan-ungkapan santun lainnya.

20. Honesty
Ketika Allah bertanya kepada para Rasul-Nya di Hari Kiamat pada firman Nya:
(Ingatlah), hari di saat Allah mengumpulkan para Rasul, lalu Allah bertanya (kepada mereka), “Apa jawaban kaummu terhadap (seruan) mu?” Para rasul menjawab, “Tidak ada pengetahuan kami (tentang itu). Sesungguhnya Engkaulah yang mengetahui perkara yang gaib. “
Jawaban “Sesungguhnya Engkaulah yang mengetahui perkara yang gaib” (adalah suatu ungkapan dan contoh kejüjuran yang harus dilakukan jika kita memang telah mengetahui suatu permasalahan dengan baik.
Para malaikat pun tidak pernah merasa malu untuk mengatakan “tidak tahu” untuk suatu hal yang mereka belum mempelajarinya, “Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman:“Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!”
Seorang guru harus menanamkan sikap mulia berani mengakui ketidaktahuan ke dalam jiwa murid-muridnya. Ucapan “aku tidak tahu adalah bagian dan ilmu”, bahkankan Abu Darda mengatakan bahwa ucapan itu adalah setengah dari ilmu.
C.     NILAI-NILAI KARAKTER DALAM STRATEGI PEMBELAJARAN RASULALLAH SAW
1. Memberikan kemudahan dan suasana gembira
      Prinsip ini dapat dijabarkan dari sabda Rosulullah saw. Kepada sahabat beliau yang diutus untuk melakukan dakwah kepada gubernur Romawi di Damaskus, yaitu Mu’azd Ibn Jabal dan Abu Musa al-Asy’ary, sebagai berikut :
           عن انس بن ما لِكِ عن ا لنبِيّ صلي ا  عليه و سلّم قا ل يسر وا و لا تعسر وا و بسر وا و لا تنفّر وا (رواه ا لبحاري)
Artinya : permudahlah mereka jangan mempersulit, gembirakanlah dan jangan membuat mereka menjauhi kamu (H.R Bukhari)
                                                                                          يُرِيدُ بِكُمُ العُسر ولتُكْمِلُوا ا لعدّ
“Alloh menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran (Albaqoroh :125)
Prinsip memberikan kemudahan dan menciptakan suasana gembira dalam pembelajaran bisa dilakukan dengan beberapa cara yaitu : Menciptakan suasana akrab
Mempelajari materi keilmuan membutuhkan peran akal dan hati, demi untuk menajamkan ingatan serta menggali materi pelajaran, yang terpendam. Guru harus memasukkan kata-kata yang megasyikkan disela-sela belajar agar dapat mengusir kejenuhan dan kebosanan yang menegangkan suasana kelas.
Manfaat memasukkan kata-kata menyenangkan disela-sela belajar, antara lain : bisa mengusir kebosanan dan kejenuhan, menyegarkan (refreshing) hati dan mengasah hati ketegangan dan keseriusan, memberikan waktu rehat bagi guru, mengasah hati dan memberikan suasana baru untuk melanjutkan menyerap pelajaran, dan merubah suasana kelas yang kering dan menegangkan menjadi santai. Humor (bergurau) adalah bergembira bersama ornag lain dengan tanpa merugikan dan melecehkannya.
Menjadikan sebuah pembelajaran menjadi sesuatu yang menyenangkan adalah sangat penting, karena belajar yang menyenangkan merupakan kunci utama bagi individu untuk memaksimalkan hasil yang akan diperoleh dalam proses belajar.
b. komunikasi yang ramah
sikap ramah ditunjukkan dalam ucapan yang lembut, tindakan dan sikap yang memudhakan, lawannya adalah bersikap kasar. Jiwa manusia pada dasarnya cenderung kepada keramahan, kelemahlembutan, tutur kata yang halus serta jauh dari kekerasan dan kekasaran. Oleh sebab itu, sebaiknyalah seorang guru memperhatikan hal ini dan mengaplikasikannya kepada anak didiknya. Bersikap kasar bagi seorang guru merupakan hal yang fatal dan membahayakan apalagi terhadapn anak didik, karena hal itu dapat mencetak kepribadian yang buruk.
c.    alusan dan kelembutan (dalam ucapan dan perilaku)
perkataan yang kotor, cacian, serta memperolok-olok oran glain merupakan tindakan yang tidak disukai dan harus dihindari, lebih-lebih oleh seorang guru yang menjadi teladan bagi anak didiknya. Jika seorang guru mengucapkan kata-kata kotor dna menyakitkan, meskipun dalam kadar yang kecil saja, maka hal itu sudah merupakan aib baginya, apalagi jika ia melakukan dalam skala yang lebih luas.
d.      memperlakukan anak dengan kasih sayang
Dantara anjuran Nabi kepada para ayah untuk menyayangi anak-anak mereka adalah hadits yang diriwayatkan oleh Anas. Disebutkan bahwa pernah ada seorang wanita dating kepada ‘Aisyah lalu ‘Aisyah memberinya tiga butir kurma. Wanita itu pun memberikan kepada dua anaknya  masing-masing lsebiji kurma dan sisanya untuk dirinya sendiri. Buah kurma itu langsung dimakan oleh kedua anaknya, lalu keduanya memandang kepada ibunya , maka sang ibu memahami anaknya, lalu membelah sebiji buah kurma itu menjadi dua bagian dan memberikannya kepada masing-masing dari dua anaknya itu separoh buah kurma.
e.    Bercengkrama dengan anak.
Banyak riwayat yang menunjukkan sikap Nabi SAW yang amat toleran terhadap anak. Beliau sering menyapa anak-anak dari sahabat-sahabatnya. Beliau juga sering menggendong Al-Hasan Al-Husain di pundaknya. Beliau suka mencium bercengkrama dan bermain dengan mereka. Misalnya, suatu saat Nabi SAW sedang berbaring, tiba-tiba Al-Hasan dan Al-Husain dating lalu keduanya bermain-main di atas perutnya. Keduanya sering menaiki punggung beliau saat beliau sedang sujud dalam shalatnya. Bahkan beliau pernah merangkak, sedang Al-Hasan dan Al-Husain menaiki punggungnya, lalu bersabda: Sebaik-baik unta adalah unta kalian berdua, dan sebaik-baik penunggang adalah kalian berdua.(HR Bukhari) Thabarani, Mu’jamul Kabir, Juz 3, terjemahan. Khadits No.2677.
            Jika dirangkum dalam sebuah kalimat dan secara keseluruhan dari keduapuluh model pembelajaran Rasulullah tersebut terdapt berbagai nilai-nilai karakter. Yakni pertama, nilai kejujuran dimana peserta didik dan pendidik harus jujur jika memang ia tidak mengetahui jawaban dari sebuah pertanyaan dan perkara yang belum pernah dialaminya shingga tidak timbul sok tau. Kedua, nilai kerja keras yakni peserta didik diharuskan mencari jawaban ketika ditanya seorang pendidiknya, bagi guru adalah untuk mmengetes muridnya. Ketiga yakni nilai tanggung jawab yakni nilai yang terkandung ketika Rasulullah memberikan tugas rumah pada peserta didiknya sehingga anak harus mengerjakan tugas tersebut dan bagi guru bentuk tanggung jawabnya adalah mengoreksi tugas tersebut. Keempat kerjasama yakni nilai yang terkandung ketika peserta didik harus praktikum atau praktik secara langsung sehingga dibutuhkan keahlian sendiri-sendiri untuk membangun kebersamaan yakni tugas kelompok, sekaligus disini tercantum nilai karekter yang kelima yakni percaya diri sehingga peserta didik tidak saling mengandalkan.

D.    VARIASI PENGEMBANGAN STRATEGI PEMBELAJARAN RASULALLAH SAW
1.      Humanistik Liberatif
Yakni variasi pengembengan strategi Rasulullah yang telah memadukan antara metode klasik di era Rasulullah dan strategi modern pada saat ini, sehingga ditemukan atau termodifikasi menjadi humanistik liberatif. Pendidikan yang berwawasan kemanusiaan mengandung pengertian bahwa pendidikan harus memandang manusia sebagai subjek pendidikan. Oleh karena itu,starting point dari proses pendidikan berawal dari pemahaman teologis-filosofis tentang manusia, yang pada akhirnya manusia diperkenalkan akan keberadaan dirinya sebagai khalifah Allah dimuka bumi. Pendidikan yang berwawasan kemanusiaan tidak berpretensi menjadikan manusia sebagai sumber ikatan-ikatan nilai secara mutlak (antroposentris), karena di Eropa pada abad pertengahan menjadikan ilmu murni dan teknologi teistik justru membawa malapetaka di abad modern ini, dimana kepribadian manusia menjadi terpisah-pisah di dalam jeratan dogma materialisme yang mengaburkan nilai kemanusiaan. Padahal pendidikan itu sarat akan nilai dan harus berarsitektur atau landasan moral-transendens.
Contoh dalam penerapan pengajaran ibadah solat di sekolah adalah cara yang dilakukan seorang pendidik untuk membawakan materi pelajaran yang tidak hanya dilhat hanya satu sisi saja, contohnya materi sholat, pada materi ini pendidik tidak hanya menerangkan bahwa shalat merupakan kewajiban dan bentuk ritual semata, akan tetapi dilihat dari bidang sainsnya yakni tentang kesehatan bagi orang yang melakukan shalat, sehingga orang yang akan melakukan shalat tidak hanya mendapatkan ganjaran dari satu sisi saja namun dari berbagai manfaat.

E.     KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN STRATEGI PEMBELAJARAN RASULALLAH SAW
1.      Keunggulan Metode Rasulullah
Secara global metode yang dipakai Rasulullah adalah sebagai berikut :
a.       Dapat menampung kelas besar, tiap siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk mendengarkan, dan karenanya biaya yang diperlukan menjadi relatif lebih murah.
b.      Konsep yang disajikan secara hirarki akan memberikan fasilitas belajar kepada siswa.
c.       Guru dapat memberi tekanan terhadap hal-hal yang penting hingga waktu dan energi dapat digunakan sebaik mungkin.
d.      Kekurangan atau tidak adanya buku pelajaran dan alat bantu pelajaran, tidak menghambat terlaksananya pelajaran dengan pengetahaun Rasulullah yang luas dan terpercaya.
e.       Karena metode beliau yang banyak sehingga dalam menyampaikan materi ajar dapat tepat sasaran serta sesuai kadar materinya, sehingga kompetensi yang dicapaipun dapat sesuai.
2.      Kelemahan Metode Rasulullah
Setidaknya ada beberapa metode Rasulullah yang mempunyai kekurangan yakni sbb:
a.       Pelajaran berjalan membosankan dan siswa-siswa, karena tidak berkesempatan untuk menemukan sendiri  konsep yang diajarkan. Siswa hanya aktif membuat catatan saja.
b.      Kepadatan konsep-konsep yang diberikan dapat berakibat siswa tidak mampu menguasai bahan yang diajarkan secara keseluruhan.
c.       Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ceramah khususnya lebih cepat terlupakan.
d.      Ceramah menyebabkan belajar siswa menjadi “Belajar Menghafal” yang tidak mengakibatkan timbulnya pengertian.

F.      PERAN STRATEGI PEMBELAJARAN RASULALLAH SAW DALAM MEMBANGUN KARAKTER PESERTA DIDIK
Peran strategi pembelajaran Rasulullah dalam membangun karakter peserta didik yakni dilihat dari cara beliau dalam menanamkan sikap kejujuran dan mampu untuk bertanggung jawab dari setiap apa yang dikerjakan peserta didiknya. Hal lain yang dapt mengutkan hal tersebut adalah Rasulullah sendiri sebgai pelaku dalam membentuk dan menularkan karekter dan akhlak yang baik tersebut, yakni sifat beliau yang shiddiq, amanah, tabligh, fathonah. Dengan demikian karakter yang terhujam didalam peserta didiknya tidak hanya secara konsep semata melainkan dengan praktik secara langsung.
Selain hal itu beliau juga merupakan guru pertama yang mengajrakan kebaikan kepada peserta didik dengan gaya pengajran yang sangat baik, ucapan yang fasih, perkataan yang bersih, metode yang menyenangkan, isyarat yang lembut, selalu berjiwa cerah, berlapang dada, halus perangainya, melimpah kasih sayangnya, bijaksana, memiliki perhatian yang cukup besar, tinggi kecerdasannya, matang perhatiannya dan senantiasa ramah kepada siapapun.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sebenarya masih banyak sifat-sifat dan teknik pengajaran yang diteladankan oleh Rasulullah SAW. Sifat-sifat dan teknik tersebut saling berkelindan dengan metode dakwah karena dakwah pada intinya juga adalah pendidikan. Metode dakwah dan pengajaran boleh dikata hampir sama karena tujuannya juga relatif sama yaitu ,menyampaikan sesuatu kepada peserta didik atau orang yang didakwahi. Dengan kata lain, prosesnya adalah bagaimana pesan-pesan kebenaran dapat disampaikan pada pihak lain.
Muhammad SAW merupakan salah satu tokoh pendidikan dunia. Meskipun beliau adalah seorang yang ummi tetapi beliau menganjurkan umatnya untuk belajar. semangat belajar ini merupakan salah satu ajaran Al-Qur’an yang secara harfiah berarti “bacaan”. Bahkan wahyu pertama yang diterima beliau adalah “Iqra’ (bacalah).
Beliau merupakan guru pertama yang mengajrakan kebaikan kepada peserta didik dengan gaya pengajran yang sangat baik, ucapan yang fasih, perkataan yang bersih, metode yang menyenangkan, isyarat yang lembut, selalu berjiwa cerah, berlapang dada, halus perangainya, melimpah kasih sayangnya, bijaksana, memiliki perhatian yang cukup besar, tinggi kecerdasannya, matang perhatiannya dan senantiasa ramah kepada siapapun.
Nilai karakter yang terkandung yakni pertama, nilai kejujuran dimana peserta didik dan pendidik harus jujur jika memang ia tidak mengetahui jawaban dari sebuah pertanyaan dan perkara yang belum pernah dialaminya shingga tidak timbul sok tau. Kedua, nilai kerja keras yakni peserta didik diharuskan mencari jawaban ketika ditanya seorang pendidiknya, bagi guru adalah untuk mmengetes muridnya. Ketiga yakni nilai tanggung jawab yakni nilai yang terkandung ketika Rasulullah memberikan tugas rumah pada peserta didiknya sehingga anak harus mengerjakan tugas tersebut dan bagi guru bentuk tanggung jawabnya adalah mengoreksi tugas tersebut. Keempat kerjasama yakni nilai yang terkandung ketika peserta didik harus praktikum atau praktik secara langsung sehingga dibutuhkan keahlian sendiri-sendiri untuk membangun kebersamaan yakni tugas kelompok, sekaligus disini tercantum nilai karekter yang kelima yakni percaya diri sehingga peserta didik tidak saling mengandalkan.
DAFTAR PUSTAKA

Abu Ghuddah, AL-Fattah Abd. 40 Strategi Pembelajaran Rasulullah. Alih bahasa (Sumedi dan R. Umi Baroroh). 2005 Cet 1. Yogyakarta: Tiara Wacana

Abudinnata.  Prospektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran.2009.Jakarta:Kencana

Antonio, Syafi’I Muhammad. Muhammad SAW The Super Leader Super Manajer. 2007. Jakarta: Tazkia Multimedia dan Prolm Center

Hamruni. Edutainment Dalam Pendidikan Islam dan Teori-Teori Pembelajaran Quantum. 2009. Yogyakarta : Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga.


Tidak ada komentar:

Alam Pikir Orang Kita

Aktivitas paling tidak di hargai di sini, salah satunya adalah berpikir. Maka jangan sekali-kali mempertontonkan hal itu di depan umum! Me...