Tampilkan postingan dengan label ilmu laduni. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ilmu laduni. Tampilkan semua postingan
Minggu, 26 Januari 2020
Air Hanya Ingin Mengalir
Ini tahun 2020,
Banyak langkah telah kutapakkan, banyak ulah yang kulikukan, banyak celah yang kukuakkan. Biar tidak apa, bahasa yang lain tidak mau mewakili untuk menjadi sungai tempat mengalir gumam yang dipenjara oleh bibir hitam ini.
Taulah!
Kurasa-rasa, sepertinya aku pernah tersesat di langit puncak sana. Ada kaligrafi indah yang menggurat takdir perjalananku. Semua tulisan dengan huruf aneh yang tersusun dari rangkaian tawa, tangis, ramai dan sepi itu berwarna merah bara. Anehnya, tulisan-tulisan itu selalu meleleh, menetes dan membentuk berbagai cerita baru di kolam retina mata.
Perjalanan yang tiada ujung. Aku mengira lelehan itu akan buyar ketika kuinjak dengan niat menghancurkan. Namun, aku mendapati hal lain, bahwa lelehan itu ternyata magma yang panas, cair tetapi keras.
Lalu aku ingin menjadi super kecil, masuk ke dalam nano diantara milyaran partikel samudera magma.
Aku melihat manusia air.
yang mengalir di sungai takdir.
Rabu, 06 November 2019
Diam Untuk Belajar
Diam Untuk Belajar
Judul ini memang terkesan remeh, Tetapi ada yang hendak saya sampaikan kepada Anda mengenai tema ini, bahwa ada hikmah terkabut amat tebal, sehingga jika pemahaman Anda terbuka, maka Anda akan siap menerima banyak sekali rahmat dari Allah.
Anda boleh berpendapat sebebas-bebasnya atau seradikal mungkin tentang makna diam. Namun pengertian dasar diam bisa kita sepakati di sini: Tidak berbicara. Tidak berkata, atau tutup mulut.
Orang-orang yang mengakui diri merasa pandai, pastilah ia akan terus terdorong oleh hasrat batin untuk menyampaikan ide-ide, ingin memahamkan orang dengan dalil-dalil logis hasil pemikirannya, maunya berada di atas podium paling depan dan orang-orang memperhatikannya.
Wajarlah.
Karakter pendiam adalah hak laki-laki dengan kualitas kelas pejantan. Ia hanya akan berkata jika ada ikatan kausal yang sangat urgen. kata-kata menjadi puncak bahasa yang mengatasi semua bahasa simbolik. Artinya, jika pemahaman bisa dilakukan dengan bahasa simbol, maka kata-kata telah gugur fungsinya.
Lelaki yang banyak banyak pembicaraannya adalah representasi banyaknya keinginannya yang tidak tergapai. Semakin banyak hal dibicarakan, tentang apapun bahkan hanya sedikit pengetahuan yang dia kuasai. Jika dipantik dengan pertanyaan emosional, maka kata-katanya akan tumpah, seperti sampah yang tidak lagi bernilai.
Bagi lelaki, kata-kata hendaknya hanya diucapkan karena ada nilainya. sehingga satu kata yang dia ucapkan berharga, ibarat diam adalah emas, maka kata semenstinya memiliki nilai setingkat mutiara.
Banyak bicara adalah masalah tersendiri bagi orang pandai. Apalagi bagi lelaki. Sudah pasti, ia akan sulit mengalah, Jika dihadapkan pada masalah, kata-kata bisa menjadi alat paling ampuh untuk tameng pembelaan diri. Kata-kata juga senjata untuk menjatuhkan lawan dalam sumber kesalahan yang bisa jadi tidak pada dirinya
Anda bisa berkaca untuk menemukan contohnya.
Dalam kaitan belajar ilmu langsung dari Allah, diam adalah pintu pengetahuan. Jika Anda berniat ingin memperoleh ilmu dari Allah, dalam proses belajar Anda harus banyak diam. Kalau anda berkata, sama halnya anda menutup pintu pengetahuan, dan ilmu Allah tidak akan masuk dalam hati Anda.
Dalam Alquran, ada beberapa ibroh terkait pentingnya laki-laki untuk diam. hal itu bisa ditemukan dalam kisah-kisah postif pada kasus nabi Musa dan Zakariya.
Kisah Nabi Musa yang populer kita dengar yaitu, bahwa ketika dia ditanya oleh kaum Israel, kaumnya sendiri, "Siapa yang paling pandai wahai Musa?", Musa menjawab, Aku lah yang paling pandai. Akulah yang paling tahu tentang segala hal, daripada kalian.
Wajar, mungkin jawaban itu untuk membuktikan ekstensi kedekatannya dengan Allah. Namun, ada yang luput dari pandangan Musa dari peristiwa itu sehingga Allah berkomentar balik.
Ada yang lebih pandai dari pada kamu wahai Musa. Dialah Hambaku. dia adalah Balya bin Malkan atau kita sering kenal dengan Nabi Khidir AS.
Khidir As adalah seorang hamba yang termasuk dari sebagian orang yang menerima ilmu langsung dari Allah.
Dalam surah al-Kahfi, kisah ini termaktub cukup jelas. Bahwa dalam proses Musa ingin belajar ilmu kepada Khidir, ada banyak sekali tahapan, pos-pos dan peristiwa yang amat simbolik. Di antara simbol itu ada: ikan mati yang bisa hidup, pertemuan 2 air laut, membunuh bocah, melobangi dek kapal, dan menegakkan bangunan reot.
Ini adalah sebagian dari pasword yang berkaitan untuk syarat-syarat menerima ilmu. Khidir as sudah memperingatkan Musa untuk tidak bertanya. Jangan banyak bicara, jangan berkomentar pada proses.
Tetapi, Memang tabiat orang yang merasa pintar adalah banyak bicara. Orang yang banyak bicara pastinya kurang sabar. Orang yang kurang sabar tidak bisa belajar pada proses. Artinya, ia akan kembali mengulangi kesalahan yang sama.
Khidir berulangkali menegur Musa, karena cerewet dan memprotes peristiwa yang belum final. Dia kurang sabar menghadapi suatu rangkaian takdir yang bisa jadi komentarnya tersebut menjadi musabab tertutupnya pintu hati sehingga ilmu Allah tiak bisa masuk.
Musa gagal menangkap tanda dan pemahamasn simbolik dalam proses belajar tersebut.
Kisah lainnya yaitu
ada pada keinginan Zakariya untuk mendapatkan keturunan dari Allah. Setelah berdoa di Baitul Maqdis, ia mendapat kabar dari Allah bahwa dia akan dikaruniai anak seperti yang ia idam-idamkan puluhan tahun lamanya. Namun, Zakariya sempat sangsi, mana mungkin dirinya yang sudah tua akan mendapatkan keturunan, di tambah istinya adalah orang yang mandul. Sulit logika menerimanya.
.
Judul ini memang terkesan remeh, Tetapi ada yang hendak saya sampaikan kepada Anda mengenai tema ini, bahwa ada hikmah terkabut amat tebal, sehingga jika pemahaman Anda terbuka, maka Anda akan siap menerima banyak sekali rahmat dari Allah.
Anda boleh berpendapat sebebas-bebasnya atau seradikal mungkin tentang makna diam. Namun pengertian dasar diam bisa kita sepakati di sini: Tidak berbicara. Tidak berkata, atau tutup mulut.
Orang-orang yang mengakui diri merasa pandai, pastilah ia akan terus terdorong oleh hasrat batin untuk menyampaikan ide-ide, ingin memahamkan orang dengan dalil-dalil logis hasil pemikirannya, maunya berada di atas podium paling depan dan orang-orang memperhatikannya.
Wajarlah.
Karakter pendiam adalah hak laki-laki dengan kualitas kelas pejantan. Ia hanya akan berkata jika ada ikatan kausal yang sangat urgen. kata-kata menjadi puncak bahasa yang mengatasi semua bahasa simbolik. Artinya, jika pemahaman bisa dilakukan dengan bahasa simbol, maka kata-kata telah gugur fungsinya.
Lelaki yang banyak banyak pembicaraannya adalah representasi banyaknya keinginannya yang tidak tergapai. Semakin banyak hal dibicarakan, tentang apapun bahkan hanya sedikit pengetahuan yang dia kuasai. Jika dipantik dengan pertanyaan emosional, maka kata-katanya akan tumpah, seperti sampah yang tidak lagi bernilai.
Bagi lelaki, kata-kata hendaknya hanya diucapkan karena ada nilainya. sehingga satu kata yang dia ucapkan berharga, ibarat diam adalah emas, maka kata semenstinya memiliki nilai setingkat mutiara.
Banyak bicara adalah masalah tersendiri bagi orang pandai. Apalagi bagi lelaki. Sudah pasti, ia akan sulit mengalah, Jika dihadapkan pada masalah, kata-kata bisa menjadi alat paling ampuh untuk tameng pembelaan diri. Kata-kata juga senjata untuk menjatuhkan lawan dalam sumber kesalahan yang bisa jadi tidak pada dirinya
Anda bisa berkaca untuk menemukan contohnya.
Dalam kaitan belajar ilmu langsung dari Allah, diam adalah pintu pengetahuan. Jika Anda berniat ingin memperoleh ilmu dari Allah, dalam proses belajar Anda harus banyak diam. Kalau anda berkata, sama halnya anda menutup pintu pengetahuan, dan ilmu Allah tidak akan masuk dalam hati Anda.
Dalam Alquran, ada beberapa ibroh terkait pentingnya laki-laki untuk diam. hal itu bisa ditemukan dalam kisah-kisah postif pada kasus nabi Musa dan Zakariya.
Kisah Nabi Musa yang populer kita dengar yaitu, bahwa ketika dia ditanya oleh kaum Israel, kaumnya sendiri, "Siapa yang paling pandai wahai Musa?", Musa menjawab, Aku lah yang paling pandai. Akulah yang paling tahu tentang segala hal, daripada kalian.
Wajar, mungkin jawaban itu untuk membuktikan ekstensi kedekatannya dengan Allah. Namun, ada yang luput dari pandangan Musa dari peristiwa itu sehingga Allah berkomentar balik.
Ada yang lebih pandai dari pada kamu wahai Musa. Dialah Hambaku. dia adalah Balya bin Malkan atau kita sering kenal dengan Nabi Khidir AS.
Khidir As adalah seorang hamba yang termasuk dari sebagian orang yang menerima ilmu langsung dari Allah.
Dalam surah al-Kahfi, kisah ini termaktub cukup jelas. Bahwa dalam proses Musa ingin belajar ilmu kepada Khidir, ada banyak sekali tahapan, pos-pos dan peristiwa yang amat simbolik. Di antara simbol itu ada: ikan mati yang bisa hidup, pertemuan 2 air laut, membunuh bocah, melobangi dek kapal, dan menegakkan bangunan reot.
Ini adalah sebagian dari pasword yang berkaitan untuk syarat-syarat menerima ilmu. Khidir as sudah memperingatkan Musa untuk tidak bertanya. Jangan banyak bicara, jangan berkomentar pada proses.
Tetapi, Memang tabiat orang yang merasa pintar adalah banyak bicara. Orang yang banyak bicara pastinya kurang sabar. Orang yang kurang sabar tidak bisa belajar pada proses. Artinya, ia akan kembali mengulangi kesalahan yang sama.
Khidir berulangkali menegur Musa, karena cerewet dan memprotes peristiwa yang belum final. Dia kurang sabar menghadapi suatu rangkaian takdir yang bisa jadi komentarnya tersebut menjadi musabab tertutupnya pintu hati sehingga ilmu Allah tiak bisa masuk.
Musa gagal menangkap tanda dan pemahamasn simbolik dalam proses belajar tersebut.
Dari kisah ini
Allah telah menunjukkan tentang pentingnya faktor diam. Boleh jadi kisah ini
menjadi pelajaran tentang syarat yang harus dipenuhi agar kita bisa mendapatkan
ilmu seperti ilmunya nabi Khidir As.
Tapi jika kabar ia akan mendapatkan keturunan itu benar, Zakariya kemudian meminta tanda-tanda kebenaran kabar tersebut.
Allah memberi tanda sesuatu yang unik. Yaitu, Zakariya tidak dapat bicara dengan manusia kecuali dengan bahasa isyarat. Artinya ia tidak boleh berkata- tidak berpendapat, tidak berkomentar terhadap peristiwa di sekelilingnya mengenai apapun selama tiga hari. Zakariya harus diam.
Kabar dari Allah terwujud, Zakariya memiliki putera yang lucu dan kelak menjadi nambi yang periang, namanya Yahya.
Bisa kita bayangkan, bagaimana ekspresi wajah Zakariya ketika bercanda dengan buah hari yang masih imut dan lucu itu. pastinya ia kegirangan saat menimang anaknya. Yakiaa-yakiaaa...
Dua peristiwa di atas adalah bagian penting tentang mengapa lelaki musti harus tidak banyak bicara untuk mendapatkan rakmat dari Allah. Khidir dengan Musa mendapat ilmu laduni, Zakariya mendapat keturunan dari Allah. Ilmu laduni adalah ilmu dari Allah, tetapi yang berasal dari Allah bukan hanya ilmu, bisa keturunan, kekuasaan yang menolong dan lainnya.
Kekuasaan Laduni diberikan Allah kepada Muhammad pada peristiwa agung Fathul makkah.
Demikianlah rahmat Allah diberikan langsung kepada manusia. Semoga kita menjadi bagian orang yang mampu untuk diam, memperhatikan tanpa komentar atau protes terhadap sesuatu yang kita lihat sebagai keburukan atau kejahatan yang pada hakikatnya itu adalah takdir Allah.
.
Langganan:
Postingan (Atom)
Alam Pikir Orang Kita
Aktivitas paling tidak di hargai di sini, salah satunya adalah berpikir. Maka jangan sekali-kali mempertontonkan hal itu di depan umum! Me...
-
STRATEGI PEMBELAJARAN AFEKTIF (Bermuatan Karakter) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembentukan dan pengembangan sika...
-
STRATEGI PEMBELAJARAN PAKEM (Bermuatan Karakter) BAB I PENDAHULUAN Kegiatan pembelajaran merupkan proses kegiatan belajar da...
-
Pepatah Jawa dan Artinya Perenungan, penuh makna Bismilahirrahmaanirrahiim. Halo sobat pembaca, saya postingkan kumpulan pepatah Jawa y...
-
STRATEGI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERMUATAN KARAKTER BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Di dalam...
-
STRATEGI PEMBELAJARAN EKSPOSITORI BERMUATAN KARAKTER BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan belajar mengajar merupak...