Selasa, 25 Desember 2012

Menyadari Keindahan Multikultural Indonesia


Sumber JATENG POS, 23/12/2012

Judul buku: Multikultural: Kado untuk Indonesia
Penulis: Bambang Kariyawan Ys, MPd.
Penerbit: Leutika Prio
Cetakan: 1, 2012
Tebal: 89 halaman
Sebuah bangsa besar yang terbentuk tujuh abad silam, dengan lebih dari 13000 kepulauan, 1128 suku, 748 bahasa itu bernama Indonesia. Keutuhannya hingga sekarang merupakan anugerah terindah yang patut disukuri. Namun, seriring bergulirnya waktu, benih-benih konflik antar-suku, agama, dan budaya, mulai timbul akibat melemahnya pemahaman dan kesadaran akan perbedaan. Hal ini berakibat fatal akan terjadinya perpecahan persatuan bangsa, yang mengamcam Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dalam sejarah tercatat, masyarakat majemuk telah hidup bersama selama 700 tahun sebelum kemerdekaan Indonesia. Mereka membuat semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” yang berarti “meski berbeda-beda pada hakikatnya tetap satu jua”. Secara filosofis, kata satu menyiratkan makna kesatuan yang utuh meski berbeda-beda elemennya. Indonesia ibarat sebuah rumah mewah dan besar. Suku-suku, budaya-budaya, dan agama-agama menjadi komposisi bangunan Indonesia sehingga menjadi kuat, kokoh dan indah di mata dunia. Keindahan ini tercermin dengan adanya toleransi, sikap pluralisme dan multikultural.
Buku ini menarik dibaca karena membawa perspektif unik tentang multikultural. Berisi tentang pengalaman pribadi, terkait pahit getirnya memperjuangkan multikultural di Indonesia. Di dalamnya juga mengungkapkan tentang hakikat dan keindahan multikultural yang dimiliki oleh Bangsa Indoneisia. Negeri kita adalah yang paling kaya. Kaya akan suku, budaya, bahasa, peradaban, yang semuanya amat penting untuk direkomendasikan sebagai elemen pemersatu bangsa kita (halaman 44).
Buku “Multikultural: Kado untuk Indonesia”, ditulis berdasarkan pengalaman dan proses penelitian Bambang Kariyawan. Bambang melihat sudut Indonesia dari Yogyakarta. Sebagai kota majemuk, Jogja adalah contoh kongkrit miniatur kehidupan ideal. Eksotisme multikultur terpancar di setiap sudut-sudutnya. Dari sinilah, sebenarnya Indonesia mempunyai kado yang bernilai melebihi barang tambang ataupun harta karun lainnya. Multikultur adalah anugerah Tuhan sebagai providensi untuk perjalanan hidup bangsa kita, sebab tanpa adanya pemahaman multikultur ini, bangsa kita akan hancur tercerai berai (halaman 23).  
Keluhuran budi pekerti hanya bisa dilahirkan dari masyarakat yang menjunjung tinggi keberagaman. Keberagaman adalah kodrat alam yang abadi atau heterogenisme. Manusia sebagai ekosistem alam, memiliki pengaruh besar terhadap keseimbangan dan keberlanjutan ekosistem ini. Apabila manusia tidak mampu lagi menghargai perbedaan dan mengangkat derajat kelompok lain (the others), dapat dipastikan akan terjadi bencana peperangan yang mengerikan.
Buku ini sangat penting karena penulis mengajak pembaca untuk membangun masyarakat guyub rukun, tepo seliro. Proses membangun ini perlu diawali dari dunia pendidikan dengan konsisten. Seorang guru yang menjadi teladan, hendaknya menggunakan kompetensi profesionalitasnya untuk pemberdayaan kebhinekkaan peserta didik. Guru juga harus mampu menyemaikan jiwa demokratis, pluralis, humanis pada setiap individu peserta didik. Dengan begitu penulis berkeyakinan bahwa melalui falsafah persatuan dan kesatuan dalam multikultur, karakter masyarakat akan mampu terbentuk sebagai penjaga gawang Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Peresensi Fuad Hasan, pengelola rumah baca Litera Pusaka, aktif pada FTK UIN Sunan Kalijaga

Alam Pikir Orang Kita

Aktivitas paling tidak di hargai di sini, salah satunya adalah berpikir. Maka jangan sekali-kali mempertontonkan hal itu di depan umum! Me...