Senin, 18 Januari 2016

Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah

STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERMUATAN KARAKTER

BAB 1
PENDAHULUAN

      A.    Latar Belakang Masalah
Menurut Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP), bahwa Standar Nasional Pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Repupblik Indonesia. Standar Nasional Pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak  serta membentuk peradaban bangsa yang bermartabat.
Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-based Learning atau PBL) baru muncul akhir abad ke 20, dipopulerkan oleh Barrows dan Tamblyn (1980). Awalnya Pembelajaran Berbasis Masalah dikembangkan sekitar 25 tahun yang lalu dalam dunia pendidikan kedokteran, dan sekarang telah dipakai pada semua tingkatan pendidikan, dalam sekolah profesional berskala luas, maupun universitas.  PBL adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dimulai dengan menyelesaikan suatu masalah, tetapi untuk menyelesaikan masalah itu peserta didik memerlukan pengetahuan baru untuk dapat menyelesaikannya.
Pembelajaran Berbasis Masalah melibatkan pesrta didik dalam proses pembelajaran yang aktif, kolaboratif, berpusat kepada siswa, yang mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan belajar mandiri yang diperlukan untuk menghadapi tantangan dalam kehidupan dan karier, dalam lingkungan yang bertambah kompleks sekarang ini.
Pembelajaran Berbasis Masalah dapat pula dimulai dengan melakukan kerja kelompok antar siswa. Siswa menyelidiki sendiri, menemukan permasalahan, kemudian menyelesaikan masalahnya di bawah petunjuk fasilitator (guru).
Dari penjelasan di atas, selanjutnya akan dibahas lebih lanjut  tentang bagaimana konsep dasar SPBM, karakteristik SPBM, lagkah-langkah dalam pelaksanaan SPBM,  hakikat dari masalah  SPBM, variasi pembelajaran SPBM, kelemahan dan kelebihan dari SPBM. Selanjutnya akan dibahas juga tentang nilai-nilai karakter dari SPBM, dan bagaimana peran SPBM dalam membangun karakter peserta didik.

BAB II
PEMBAHASAN

       A.    KONSEP DASAR DAN KARAKTERISTIK SPMB
Landasan teori pembelajaran berbasis masalah adalah kolaborativisme, yaitu suatu perspektif yang berpendapat bahwa siswa akan menyusun pengetahuan dengan cara membangun penalaran dari semua pengetahuan yang sudah dimilikinya dan dari semuanya itu akan memperoleh hasil dari kegiatan berinteraksi dengan sesama individu.
Pembelajaran berbasis masalah memiliki gagasan bahwa tujuan pembelajaran dapat dicapai jika kegiatan pendidikan dipusatkan pada tugas-tugas atau permasalahan yang otentik, relevan dan di presentasikan dalam suatu konteks, tujuannya agar siswa memiliki pengalaman sebagaimana nantinya mereka menghadapi kehidupan profesionalnya. Pengalaman tersebut sangat penting sebagaimana dinyatakan dalam model pembelajaran Kolb (1976) yang menekankan bahwa pembelajaran akan efektif bila dimulai dengan pengalaman yang kongkret. Pertanyaan, pengalaman, formulasi serta penyususnan konsep tentang permasalahan yang mereka ciptakan sendiri sehingga hal itu akan menjadi dasar untuk pembelajaran.
Aspek terpenting dalam pembelajaran berbasis masalah adalah bahwa pembelajaran dimulai dengan permasalahan dan dari permasalahan tersebut akan menentukan arah pembelajaran dalam kelompok. Dengan membuat permasalahan sebagai tumpuan pembelajaran, peserta didik di dorong untuk mencari informasi yang diperlukan untuk menyelesaikan permasalahan.
Salah satu keuntungan dari pembelajaran berbasis masalah adalah para siswa di dorong untuk mengeksplorasikan pengetahuan yang dimilikinya kemudian mengembangkan keterampilan pemebelajaran yang independen untuk mengisis kekosongan yang ada.
Strategi pembelajaran berbasis masalah (SPBM), dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan pada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Dalam SPBM terdapat tiga ciri utama, yaitu:
1.      SPBM, merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya dalam implementasi SPBM ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa. Siswa tidak hanya sekedar mendengarkan, mencatat, kemudian menghafal materi pelajaran yang diberikan, akan tetapi melalui SPBM ini siswa dianjurkan untuk aktif dalam berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data dan dapat menyimpulkannya.
2.      Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaiakan masalah. SPBM menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. Artinnya, tanpa adanya masalah maka tidak mungkin adanya proses pembelajaran.
3.      Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah. Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah proses berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir ini dilakukan secara sistematis dan empiris. Sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu, sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas.  
Dalam mengimplementasikan SPBM, langkah awal yang harus dilakukan oleh guru atau pendidik adalah memilih bahan pelajaran yang memiliki permasalahan yang dapat dipecahkan. Permasalahan dapat diambil dari mana saja, baik dari buku teks atau dari sumber-sumber lain misalnya dari peristiwa yang terjadi di lingkungan sekitar, baik dari peristiwa dalam keluarga maupun peristiwa kemasyarakatan.
Strategi pembelajaran dengan pemecahan masalah dapat diterapkan:
1.      Manakala guru menginginkan agar siswa tidak hanya sekedar dapat mengingat materi pelajaran, akan tetapi menguasai dan memahami secara penuh.
2.      Apabila guru bermaksud untuk mengembangkan keterampilan berpikir rasional siswa, yaitu kemampuan menganalisis situasi, menerapkan penegetahuan yang mereka miliki dalam situasi baru, mengenal adanya perbedaan antara fakta dan pendapat, serta mengembangkan kemapuan dalam membuat judgment secara objektif.
3.      Manakala guru menginginkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah serta membuat tantangan intelektual siswa.
4.      Jika guru ingin mendorong siswa untuklebih bertanggung jawa dalam belajarnnya.
5.      Jika guru ingin agar siswanya memehami hubungan antara apa yang dipelajari dengan kenyataan dalam kehidupannya (hubungan antara teori dengan kenyataan).

      B.     NILAI-NILAI KARAKTER DALAM SPBM
Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebijakan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap dan bertindak. Kebajikan terdiri atas sejumlah nilai, moral, dan norma, seperti jujur, berani bertindak, dapat dipercaya dan hormat kepada orang lain.
Berdasarkan penjelasan di atas, berikut ini adalah nilai-nilai karakter yang terkandung dan SPBM :
1.      Kreatif, dalam hal ini siswa diharapkan untuk berpikir dan melakukan sesuatu dalam menyelesaikan masalah.
2.      Mandiri, yaitu sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
3.      Kerja keras, yaitu perilaku seorang siswa yang menunjukkan upayanya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar, tugas dan menyelesaikan tugas  dengan sebaik-baiknya.
4.      Rasa ingin tahu, yaitu sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam  dan meluas dari sesuatu yang dipelajari, dilihat dan didengar.
5.      Toleransi, yaitu sikap menghargai pendapat orang lain. Dalam hal ini siswa dianjurkan agar dapat menerima pendapat dari teman kelompoknya.
6.      Percasya diri, siswa diharapkan mampu mencari dan menemukan sendiri dari sesuatu yang menjadi permasalahan dalam menyelesaikan tugas-tugasnya.
7.      Kritis, sikap yang mampu menemukan dan menyelesaikan permasalahan.

       C.     HAKIKAT MASALAH DALAM STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Ada perbedaan antara pembelajaran inkuiri dan pembelajaran berbasis masalah. Perbedaan tersebut terletak pada jenis masalah serta tujuan yang ingin dicapai. Masalah dalam pembelajaran inkuiri adalah masalah yang bersifat tertutup. Artinya, jawaban dari masalah itu sudah pasti, oleh sebab itu, jawaban dari masalah yang dikaji itu sebenarnya guru sudah mengetahui dan memahaminya, namun tidak secara langsung menyampaikannya kepada siswa. Dalam pembelajaran inkuiri tugas guru pada dasarnya mengrahkan siswa melalui proses Tanya jawab pada jawaban yang sebenarnya sudah pasti. Tujuan yang ingin dicapai oleh pembelajaran inkuiri adalah menumbuhkan keyakinan dalam diri siswa tentang jawaban dari suatu masalah.
Berbeda dengan pembelajaran inkuiri, masalah dalam pembelajaran berbasis masalah adalah masalah yang bersifat terbuka; jawaban dari masalah tersebut belum pasti. Setiap siswa, bahkan guru, mengembangkan kemungkinan jawaban. Dengan demikian, pembelajaran berbasis masalah memberikan kesempatan pada siswa kesempatan untuk bereksplorasi mengumpulkan dan menganalisis data secara lengkap untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Tujuan yang ingin dicapai adalah kemampuan siswa untuk berpikir kritis, analitis, sistematis, dan logis untuk menemukan alternatif pemecahan masalah melalui eksplorasi data secara empiris dalam rangka menumbuhkan sikap ilmiah.
Hakekat masalah dalam pembelajaran berbasis masalah adalah gap atau kesenjangan antara situasi nyata dan kondisi yang diharapkan, atau antara kenyataan yang terjadi dengan apa yang diharapkan. Kesenjangan tersebut bisa dirasakan dari adanya keresahan, keluhan, kerisauan, atau kecemasan. Oleh karena itu, maka materi pelajaran atau topik tidak terbatas pada materi pelajaran yang bersumber dari peristiwa-peristiwa tertentu sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
Di bawah ini adalah beberapa kriteria pemilihan bahan pembelajaran dalam pembelajaran berbasis masalah, yaitu:
1.      Bahan pembelajaran harus mengandung isu-isu yang mengandung konflik (conflict issues) yang bisa bersumber dari berita, rekaman, video, dan lainya.
2.      Bahan pembelajaran yang bersifat familiar dengan siswa, sehingga setiap siswa dapat mengikutinya dengan baik.
3.      Bahan yang berhubungan dengan kepentingan orang banyak (universal), sehingga terasa manfaatnya.
4.      Bahan yang mengandung tujuan atau kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
5.      Bahan yang dipilih sesuai dengan minat siswa sehingga setiap siswa merasa perlu untuk mempelajarinya.

       D..    PROSEDUR PELAKSANAAN STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Banyak ahli yang menjelaskan bentuk penerapan pembelajaran berbasis masalah ini, misalnya John Dewey dan David Johnson dan Johnson. John Dewey seorang ahli pendidikan berkebangsaan Amerika menjelaskan enam langkah SPBM yang kemudian dia namakan metode pemecahan masalah (problem solving), yaitu:
1.      Merumuskan masalah, yaitu langkah siswa menentukan masalah yang akan dipecahkan.
2.      Menganalisis masalah, yaitu langkah siswa meninjau masalah secara kritis dari berbagai sudut pandang.
3.      Merumuskan hipotesis, yaitu langkah siswa merumuskan berbagai kemungkinan pemecahan sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.
4.      Mengumpulkan data, yaitu langkah siswa mencari dan menggambarkan informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah.
5.      Menguji hipotesis, yaitu langkah siswa mengambil atau merumuskan kesimpulan sesuai dengan penerimaan atau penolakan hipotesis yang diajukan.
6.      Merumuuskan rekomendasi pemecahan masalah, yaitu langkah siswa menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil pengujian hipotesis dan rumusan kesimpulan.
Semenara David Johnson & Johnson mengemukakan ada lima langkah penerapan Strategi Pembelajaran berbasis Masalah (SPBM) melalui kegiatan kelompok, yaitu:
1.      Mendefinisikan masalah,yaitu merumuskan masalah dari peristiwa tertentu yang mengandung isu konflik, hingga siswa menjadi jelas masalah apa yang akan dikaji. Dalam kegiatan ini guru bisa meminta pendapat dan penjelasan siswa tentang isu-isu hangat yang menarik untuk dipecahkan.
2.      Mendiagnosis masalah, yaitu menentukan sebab-sebab terjadinya masalah,serta menganalisis berbagai faktor baik faktor yang bisa menghambat maupun faktor yang dapat mendukung dalam penyelesaian msalah. Kegiatan ini bisa dilakukan dalam diskusi kelompok kecil, hingga pada akhirnya siswa dapat mengurutkan tindakan-tindakan prioritas yang dapat dilakukan sesuai dengan jenis penghamba yang diperlkan.
3.      Merumuskan alternative strategi, yaitu menguji setiap tindakan yang telah dirumuskan melalui diskusi kelas. Pada tahapan ini setiap siswa didorong untuk berpikir mengemukakan pendapat dan argumentasi tentang kemungknan setiap tidakan yang dapat dilakukan.
4.      Menemukan dan menerapkan strategi pilihan, yaitu pengambilan keputusan tentang strategi mana yang dapat dilakukan.
5.      Melakukan evaluasi, baik evaluasi proses maupun evaluasi hasil. Evaluasi proses adalah evaluasi terhadap seluruh kegiatan pelaksanaan kegiatan belajar; sedangkan evaluasi hasil adalah evaluasi terhadap akibat dari penerapan strategi yang diterapakan dalam pembelajaran.
Sesuai dengan tujuan pembelajaran berbasis masalah adalah untuk menumbuhkan sikap ilmiah, dari beberapa bentuk pembelajaran berbasis masalah yang kemukakan para ahli, maka secara umum bisa dilakukan dengan langkah-langkah:
1.      Menyadari masalah
Implementasi SPBM harus dimulai dengan kasadaran adanya masalah yang harus dipecahkan. Pada tahap ini guru membimbing siswa pada kesadaran adanya kesenjangan atau gap yang dirasakan oleh manusia atau lingkungan sosial. Kamampuan yang dicapai oleh siswa pada tahapan ini adalah siswa dapat mentukan atau menangkap kesenjangan yang terjadi dari berbagai fenomena yang ada. Mungkin pada tahap ini siswa dapat mendorong siswa agar menentukan satu atau dua kesenjangan yang pantas untuk dikaji baik melalui kelompok besar atau kelompok kecil atau bahkan individual.
2.      Merumuskan masalah
Rumusan masalah sangat penting, sebab selanjutnya akan berhubungan dengan kejelasan dan kesamaan persepsi tentang masalah dan berkaitan dengan data apa yang harus dikumpulkan untuk menyelesaikannya. Siswa dapat memanfaatkan pengetahuannya untuk mengkaji, memerinci, dan menganalisis masalah, sehingga pada akhirnya muncul rumusan masalah yang jelas, spesifik, dan dapat dipecahkan.
3.      Merumuskan hipotesis
Sebagai proses berpikir ilmiah yang merupakan perpaduan dari berpikir deduktif, maka merumuskan hipotesis merupakan langkah penting yang tidak boleh ditinggalkan. Kemampuan yang diharapkan dari siswa dalam tahapan ini adalah siswa dapat menentukan sebab akibat dari masalah yang ingin diselesaikan. Melalui analisis sebab akibat inilah pada akhirnya siswa diharapkan dapat menentukan berbagai kemungkinan penyelesaian masalah. Dengan demikian, upaya yang dapat dilakukan selanjutnya adalah mengumpulkan data yang sesuai dengan hipotesis yang diajukan.
4.      Mengumpulkan data
Sebagai proses berpikir empiris, keberadaan data dalam proses berpikir ilmiyah merupakan hal yang sangat penting. Sebab, menentukan cara penyelesaian masalah sesuai dengan hipotesis yang diajukan harus sesuai denga data yang ada. Proses berpikir ilmiah bukan proses berimajinasi akan tetapi proses yang didasarkan pada pengalaman. Oleh karena itu, dalam tahapan ini siswa didorong untuk mengumpulkan data yang relevan. Kemampuan yang diharapkan pada tahap ini adalah kecakapan siswa untuk mengumpulkan dan memilah data, kemudian memetakan dan menyajikannya dalam berbagai tampilan sehingga mudah dipahami.
5.      Menguji hipotesis
Berdasarkan data yang dikumpulkan, akhirnya siswa menentukan hipotesis mana yang diterima dan mana yang ditolak. Kemampuan yang diharapkan dari siswa dalam tahapan ini adalah kecakapan menelaah data dan sekaliigus membahasnya untuk melihat hubungannya dengan masalah yang dikaji, sehingga bisa mengambil keputusan dan kesimpulan.
6.      Menentukan pilihan penyelesaian
Menentukan pilihan penyelesaian merupakan akhir dari proses SPBM. Kemampuan yang diharapkan dari tahapan ini adalah kecakapan memilih alternative penyelesaian yang memungkinkan dapat dilakukan serta dapat memperhitungkan kemungkinan yang akan terjadi sehubungan dengan alternatif yang dipilihnya, termasuk memperhitungkan akibatnya
E.     VARIASI PENGEMBANGAN STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Bosan merupakan masalah yang selalu terjadi dimana-mana dan orang selalu berusaha menghindarinya. Bosan terjadi jika seorang selalu melihat, merasakan, mengalami peristiwa yang sama secara berulang-ulang. Begitu juga dengan proses pembelajaran atau pengajaran oleh guru. Jika guru tidak pandai mengadakan variasi pengajaran tentunya peserta didik akan mengalami kejenuhan atau kebosanan. Factor kebosanan yang disebabkan oleh adanya penyajian kegiatan belajar tanpa variasi akan mengakibatkan perhatian, motivasi, dan minat siswa terhadap pelajaran, guru  menurun. Untuk itu diperlukan adanya keberagaman dalam penyajian kegiatan belajar terutama dalam SPBM atau PBL.
Menggunakan variasi diartikan sebagai perbuatan guru dalam konteks proses belajar mengajar yang bertujuan mengatasi kebosanan siswa, sehingga dalam proses belajar siswa senantiasa menunjukkan ketekunan, keantusiasan, serta berperan secara aktif (Hasibuan, 1986:64). Variasi adalah keanekaragaman yang membuat sesuatu tidak monoton. Variasi di dalam kegiatan pembelajaran dapat menghilangkan kebosanan, meningkatkan minat dan keingintahuan siswa, melayani gaya belajar siswa yang beragam, serta meningkatkan kadar keaktifan siswa.
Dari definisi di atas, bisa ditarik kesimpulan bahwa variasi gaya mengajar adalah pengubahan tingkah laku, sikap dan perbuatan guru dalam kontek belajar mengajar yang bertujuan untuk mengatasi kebosanan siswa, sehingga siswa memiliki minat belajar yang tinggi terhadap pelajarannya. Dan ini bisa dibuktikan melalui ketekunan, antusiasme, keaktifan mereka dalam belajar dan mengikuti pelajarannya di kelas.
Variasi yang dapat kita kembangkan dalam SPBM atau PBL tersebut adalah Pembelajaran Simulatif. Pembelajaran simulatif atau simulasi diartikan sebagai kegiatan pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk meniru suatu kegiatan, pekerjaan yang dituntut dalam kehidupan sehari-hari, yang berkaitan dengan tugas yang akan menjadi tanggungjawab jika kelak siswa tersebut sudah bekerja.
Misalnya; simulasi mengajar, simulasi menolong orang yang sakit, dan sebagainya. Dengan demikian simulasi sebagai salah satu model atau variasi pembelajaran yang merupakan peniruan pekerjaan yang menuntut kemampuan tertentu dari siswa sesuai dengan kurikulum yang ditetapkan.
Dari variasi pembelajaran simulatif tersebut dapat membuat para siswa tidak bosan ataupun jenuh dalam ruangan atau kelas, disini mereka dituntut untuk mempraktekan. Contohnya dalam hal pelajaran matematika: pada umunya semua siswa tahu tentang perkalian, pengurangan, penambahan, dan pembagian, tetapi untuk mempermudahkan pemahaman seorang siswa bisa dipraktetkkan dengan menggunakan mata uang ataupun benda yang ada disekitar mereka guna mendukung pembelajaran tersebut.   
Pembelajaran simulatif bisa juga menggunakan dengan model sebagai berikut :
a.       Kembangkan sebuah pertanyaan yang terkait dengan persoalan controversial yang berhubungan dengan topik pembelajaran.
b.      Bagi kelas menjadi kelompok. Kelompok yang kontra dan kelompok yang pro.
c.       Masing-masing kelompok yang pro dan yang kontra membentuk sub kelompok dan mengembangkan dan merumuskan argumen-argumen untuk mendukung kelompoknya.
d.      Setiap sub kelompok menunjuk seorang juru bicara.
e.       Siapkan di depan kelas 2 – 4 kursi (sesuai jumlah sub kelompok). Masing-masing juru bicara bicara menempati kursi yang ada di depan kelas. Peserta didik yang lain duduk di belakang juru bicaranya masing-masing (bisa dimodifikasi)
f.       Mulailah debat dengan menampilkan juru bicara masing-masing secara bergantian antara regu yang pro dan yang kontra dengan argumenya masing-masing.
g.      Masing-masing kelompok /sub kelompok mempersiapkan dan menyampaikan bantahan atau argumenya demikian seterusnya dilakukan sampai waktunya dianggap cukup.
h.      Setelah selesai para peserta didik kembali ke posisi semula.
i.        Refleksi, adakan refleksi dengan komentar-komentar dari peserta didik. Peserta didik mengidentifikasi argumen-argumen yang dianggap tepat/baik untuk masing-masing kelompok. Guru dapat memberikan respon atau tanggapan.
Catatan :
1. Dalam debat tidak perlu menentukan kelompok mana yang menang/benar dan
kelompok mana yang kalah/salah.
2. Sebagai variasi disamping 2 – 4 kursi untuk masing-masing kelompok tambhkan kursi satu kursi kosong untuk menyediakan siapa yang mau berbicara.
3. Usahakan setiap argumen selesai disampaikan diiringi dengan tepuk tangan.

      F.      KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN STRATEGI PBM
  1. Keunggulan
Sebagai suatu strategi pembelajaran, strategi pembelajaran berbasis masalah memiliki beberapa keunggulan, berikut ini di antaranya:
  1. Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran.
  2. Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menentukan pengetahuan baru bagi siswa.  
  3. Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa. 
  4. Pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana mentrasfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata. 
  5. Pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggungjawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan. 
  6. Melalui pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa. 
  7. Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru. 
  8. Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.
  9. Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus menerus belajar.
Selain itu, Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Learning) diyakini pula dapat menumbuhkembangkan kemampuan aktivitas siswa, baik secara individual maupun secara kelompok karena hampir di setiap langkah menuntut adanya keaktifan siswa.
b.      Kelemahan
Di samping memiliki keunggulan, strategi pembelajaran berbasis masalah juga memiliki beberapa kelemahan diantaranya:
  1. Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba.
  2. Keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem solving membutuhkan cukup waktu untuk persiapan. 
  3. Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.
4.      Faktor penghambat lain adalah kurangnya waktu. Proses PBL terkadang membutuhkan waktu yang lebih banyak. Peserta didik terkadang memerlukan waktu untuk menghadapi persoalan yang diberikan. Sementara, waktu pelaksanaan PBL harus disesuaikan dengan beban kurikulum.

     G.    PERAN STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM MEMBANGUN KARAKTER PESERTA DIDIK
1.      Pengertian Karakter
Menurut Simmon Philips (2008), karakter adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu system,yang melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku yang ditampilkan. Sedangkan menurut Doni Koesoma A. (2007) memahami bahwa karakter sama dengan kepribadian. Kepribadian dianggap sebagai ciri, atau karakteristik, atau gaya, atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan, misalnya keluarga pada masa kecil, juga bawaan sejak lahir.
2.      .Unsur-unsur Karakter
   a.       Sikap
Sikap seseorang biasanya adalah merupakan bagian karakternya, bahkan dianggap sebagai cerminan karakter seseorang tersebut. Tentu saja tidak sepenuhya benar, tetapi dalam hal tertentu seseorang sikap seseorang terhadap sesuatu yang ada di hadapannya, biasanya menunjukkan bagaimana karakternya.
   b.      Emosi
Emosi adalah gejala dinamis dalamsituasi yang dirasakan manusia, yang disertai dengan efeknya pada kesadaran, perilaku, dan juga merupakan proses fisiologis. Misalnya, saat kita merespons sesuatu ynag melibatkan emosi, kita juga mengetahui makna apa yang kita hadapi (kesadaran). Saat kita marah dan tegang, jantung kita berdebar debar dan akan berdetak cepat (fisiologis). Kita akan melakukan reaksi terhadap apa yang menimpa kita (perilaku).
   c.       Kepercayaan
Kepercayaan merupakan komponen kognitif manusia dari factor sosiopsikologis. Kepercayaan bahwa sesuatu itu “benar” atau “salah” atas dasar bukti, sugesti otoritas, pengalaman, dan intuisi sangatlah penting untuk membangun watak dan karakter manusia. Jadi, kepercayaan itu memperkukuh eksistensi diri dan memperkukuh hubungan dengan orang lain.
   d.      Kebiasaan dan Kemauan
Kebiasaan adalah merupakan aspek perilaku manusia yang menetap, berlangsung secara otomatis, tidak direncanakan. Ia merupakan hasil pelaziman yang berlangsung pada waktu yang lama atau sebagai reaksi khas yang diulang berkali-kali.
Sementara itu, kemauan merupakan kondisi yang sangat mencerminkan karakter seseorang. Banyak yang sangat percaya kekuatan kemauan ini, karena biasanya  orang yang kemauannya keras dan kuat akan mencapai hasil yang besar. Namun, kadang kemauan yang kuat juga membuat orang justru gagal ketika tujuannya tidak realistik dangan tindakan yang dilakukan dan syarat-syarat yang ada.
   e.       Konsepsi Diri
Hal yang penting lainnya dalam pembangunan karakter adalah konsepsi diri. Orang yang sukses biasanya tidak semua orangcuek pada dirinya. Orang yang sukses biasanya adalah orang yang sadar bagaiman dia membentuk wataknya. Dalam hal kecil saja, kesuksesan sering didapat dari orang-orang yang tahu bagaimana bersikap di tempat-tempat kesuksesannya.
Proses konsepsi diri merupakan proses totalitas, baik sadarmaupun tidak sadar, tentang bagaiman karakter dan diri kita dibentuk. Konsepsi diri adalah bagaimana“saya” harus membangun diri, apa yang “saya” inginkan dari, dan bagaimana “saya” menempatkan diri dalam kehidupan.
Menurut Fach’tul Muin (2011) pada intinya membangun karakter itu harus didiringi dengan karakter yang memberi contoh. Karakter guru yang jelek sering melahirkan murid-murid yang kehilangan karakter. Suatu contoh nyata adalah karakter mengajar guru yang membosankan bisa membuat kita tidak menyukai pelajaran yang disampaikan.
Berangkat dari situlah, apabila menghendaki peserta didik yang syarat akan nilai-nilai karakter, semuanya kembali pada guru-guru yang mengajar. Apabila guru-guru yang mengajar mempunyai karakter yang kuat atau bagus, maka dari proses pembelajaran yang disampaikan pun akan memuat nilai nilai karakter yang baik dari guru tersebut, dan begitupun sebaliknya . Tidak terkecuali pada model pembelajaran berbasis masalah, dari proses PBM ini sangat  dimungkinkan guru untuk mentransfer nilai-nilai karakter yang dibutuhkan peserta didik melalui pemberian contoh-contoh masalah serta pemecahannya.
Pada pembelajaran disini, Guru harus menggunakan proses pembelajaran yang akan menggerakkan siswa menuju kemandirian, kehidupan yang lebih luas, dan belajar sepanjang hayat. Lingkungan belajar yang dibangun guru harus mendorong cara berpikir reflektif, evaluasi kritis, dan cara berpikir yang berdayaguna.
Menurut Hamzah (2003) guru berperan mengantarkan siswa memahami konsep dan menyiapkan situasi dengan pokok bahasan yang diajarkan. Selanjutnya siswa mengonstruksi sebanyak mungkin masalah untuk meningkatkan pengembangan pemahaman konsep, aturan, dan teori dalam memecahkan masalah.
Pada kesimpulannya, dalam proses PBM ini siswa diawal pelajaran akan di intruksikan oleh guru untuk menemukan satu permasalahan, dan dari permasalahn itu siswa juga yang berusaha menemukan jawabannya.  Dari sinilah wujud karakter seorang siswa itu akan muncul dalam menyelesaikan masalah.

BAB III
PENUTUP

   A.    Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran berbasis masalah harus dimulai dengan kesadaran adanya masalah yang harus dipecahkan. Pada tahapan ini guru membimbing siswa pada kesadaran adanya kesenjangan atau gap yang dirasakan oleh manusia atau lingkungan sosial. Kemampuan yang harus dicapai oleh siswa, pada tahapan ini adalah siswa dapat menentukan atau menangkap kesenjangan yang terjadi dari berbagai fenomena yang ada.
Bahan ajar yang dapat meningkatkan penalaran siswa adalah bahan ajar yang menyajikan permasalahan terbuka serta merupakan permasalahan yang sering ditemukan siswa, baik permasalahan kehidupan sehari-hari maupun permasalahan yang merupakan imajinasi dunia anak.
Keberhasilan model Pembelajaran Berdasarkan  Masalah (Problem Based Learning)  sangat tergantung pada ketersediaan sumber belajar bagi siswa, alat-alat untuk menguji jawaban atau dugaan. Menuntut adanya perlengkapan praktikum, memerlukan waktu yang cukup apalagi data harus diperoleh dari lapangan, serta kemampuan guru  dalam mengangkat dan merumuskan masalah.

     B.     Saran
Menyiapkan masalah yang harus digunakan dalam pembelajaran berbasis masalah tidak mudah. Masalah yang baik seyogyanya memuat suatu situasi kontekstual yang memotivasi siswa untuk menyelesaikannya meskipun belum tahu secara langsung cara yang harus dilakukan untuk menyelesaikan soal tersebut. Hal ini bukanlah berarti bahwa masalah harus sulit dipecahkan siswa, justru guru harus memprediksi bahwa siswa memiliki potensi untuk menyelesaikannya.
Daftar Pustaka
Hamruni, Strategi dan Model-Model Pembelajaran Aktif menyenangkan. Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga. 2009.
Johnson, Elaine B. Contextual Teaching and Learning : menjadikan kegiatan belajar-mengajar mengasyikkan dan bermakan.Bandung: Kaifa, 2011.
Mu’in, Fatchul, Pendidikan Karakter: Konstruksi Teoritik & Praktik. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011.
Rusman. Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010.
Sanjaya, Wina. Strategi pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jalarta: Kencana, 2010.

2 komentar:

Ade Kurniawan mengatakan...

terimakasih atas informasinya gannn....

Mohon Izin mengatakan...

IZIN COPAS Mr.BROW TERIMAKASIH ATAS POSTINGANNYA.
SEMOGA BERMANFAAT. AAMIIN

Alam Pikir Orang Kita

Aktivitas paling tidak di hargai di sini, salah satunya adalah berpikir. Maka jangan sekali-kali mempertontonkan hal itu di depan umum! Me...