Selasa, 05 Januari 2016

Menyibak Tirai

by Nusan GK

Tiba-tiba ada Angin bertanya, apa kamu suka sama Rindu? Aku jujur kan menjawab: “iya, aku suka! Suka sama jari-jari tangannya. Entah bagaimana permulaanya, kuakui, memang jari-jarinya itulah yang aku sukai. Ini bukahlah hal konyol, bukan lelucon, aku memang jatuh hati saat melihat jarinya yg kelingking berdekatan dengan jari manis. Jari-jari yang gemuk tapi manis. Aku rasakan ada power. Ketangkasan dalam lentik, ada ketangguhan dan namun mungkin di situlah kelembutan berpusat. Ada energi yang kuat dalam ambisi dan nampak cantik sekali bila cincin melingkarinya. Aku tak pernah melihat jari-jari seperti itu kecuali pada jari-jarinya. Sungguh itu membuatku terpesona.
Di bawah ini versi dialog lanjutan antara Angin dengan aku:
“Kamu mulai pandai menggombal rupanya!” selidik Angin.
“Yang demikian itu bukan gombalan mas, tapi itu kejujuran.” Jawab Nusan.
“Ah, masa? Apa buktinya?”
“Ya, bagian mana yang harus aku buktikan? Atau, apa maksud pertanyaanmu itu mengarah aku harus membuktikan ke dia kalau aku suka?”
“Buktikan perkataan jujur itu. Katakan padanya agar dia tahu kalau kamu suka sama dia.”
“Ah, enggak mas. Aku nggak bisa”
“Loh kenapa? Gak bisa apa gak berani. Kalau memang gak berani biar aku wakili. Aku percaya pada pandanganmu. Aku lihat dari pantulan matamu, dia itu orang baik. Tapi juga agak keras. Dia butuh orang lembut seperti kamu. Kamu itu penting baginya sebagai guru, sebagai orang yang mengingatkan, atau pembimbing ia untuk menemukan siapa sejatinya dirinya. Aku kasih tahu sebuah rahasia, dia yang ada di matamu itu, ketika ia terbangun solat malam, dia pernah menyebut namamu dalam doanya.”
“Ah, mas Angin ini, bisa aja kalau ngomong. Aku masih belum yakin sama diriku sendiri. Kalaupun aku mengatakannya sekarang, apa yang bisa aku andalkan. Aku takut, kita sudah sama dewasanya. Orang dewasa yang bukan lagi anak-anak. Kita berpikirnya praktis, masa depan, materi, bukan sekedar love-love kayak anak-anak sekolahan. Lagian juga, jika aku katakan, itu kan sama saja aku ngasih harapan ke dia.” 
“Nah, itu kesalahan pikirmu” sela Angin.
“Kesalahan apa mas?”
“Kamu sebenarnya sudah memilihnya. Tapi memang belum berani saja mengatakannya. Kamu terlalu banyak pertimbangan. Kamu takut kan kalau dia menolakmu, bukan?”
"iya mas..."
“hahahaha… dasar!"
“… argghh,, bingung aku. Yasudah la,, kalau jodoh pasti nggak kemana!”
“hahahaha… jangan o’on gitu lah… masa orang seprtimu gak paham ttg jodoh. Gini, jodoh itu bagian dari nasib manusia, bukan takdir!. Yang takdir itu cinta. Siapa yang bisa menolak rasa mencinta atau dicintai. Tidak ada yang bisa, sebab itu takdir, tatanan kosmos, sistem Tuhan yang tak bisa dirubah oleh ciptaan. Cinta hadir dengan sendirinya, gak bisa dipaksa datang juga gak bisa dipaksa dihilangkan. Jika melawan takdir cinta, yang ada seorang akan sakit atau menjadi gila. Kamu harus paham itu. Terus kalau jodoh itu, sesuatu yg bisa diupayakan. Manusia bisa mempertemukan jodoh untuk sesama manusia. Manusia juga bisa menolak untuk dijodohkan. Nasib bisa dipilih sendiri atau dipilihkan orang lain yang dia secara sadar melakoninya. Nasib itulah kelak di ahirat akan diminta pertanggungjawabannya, sedangkan takdir insyaallah terbebas dari pertanggungjawaban.”
“wah kog sampai mana-mana ini pembahasannya.”
“iya, intinya, katakanlah kalau kamu suka padanya. Beritahu dia kalau kamu suka sama dia”
“…”
To be continue…


Tidak ada komentar:

Alam Pikir Orang Kita

Aktivitas paling tidak di hargai di sini, salah satunya adalah berpikir. Maka jangan sekali-kali mempertontonkan hal itu di depan umum! Me...