Kamis, 08 Februari 2018

Sisi Lain Survey Pilkada Jateng 2018


Sisi Lain Survey Pilkada Jateng 2018

BY alkanjawi

Ahir Tahun 2017 aroma pilkada serentak telah semerbak di jagad politik daerah. Sebanyak 121 pilkada langsung dilaksanakan bulan 18 juni 2018. Daerah-daerah sibuk dengan branding partai, penilaian terhadap kandidat dan rekam jejaknya, dan secara tidak resmi partai mulai menggalang dukungan. Bagi lembaga survey politik, masa menjelang pemilukada bagai ladang yang sedang menuai panen. Partai-partai besar menggandeng lembaga survey untuk menyelenggarakan survey tentang persepsi masyarakat terhadap kandidat yang akan dicalonkan.
Suatu kebetulan, saya menjadi bagian dari enumerator lapangan mengunjungi orang-orang terpilih sebagai responden untuk dimintai perspektif. Sebelum terjun lapangan, enumerator mendapat trining/teknikal meeting pada sabtu 18 Desember di salah satu hotel tengah kota Jogja. Teknikal meeting diisi dengan bahasan kuesioner dan praktik wawancara. Berlangsung dari jam 9 pagi sampai jam 3 sore.
Tugas wilcah saya di desa Sluke, Kecamatan Sluke, Kabupaten Rembang. Sebelum pulang dari hotel, panitia memberikan 10 kuesioner, 10 cindera mata, serta biaya akomodasi dna transportasi. Sabtu petang saya berangkat ke Wilcah, sebelum pulang mampir ke Semarang dan sampai rumah jam 2 siang. Malam saya menginap di rumah, paginya baru berangkat menuju Sluke, Rembang.
Pagi jam 7.00 saya mengaspal menuju Sluke dengan jalan yang cukup lenggang. Setelah keluar dari gerbang batas Pati, terus saja saya menyusuri jalan arah timur ke pantura. Sampai di lasem pukul 8.00, tak lama lagi sampai ke Sluke. Jalan raya yang melewati bibir laut, indah sekali sampai-sampai sempat saya keblalasan 4 KM jauhnya. Balai desa Sluke yang saya cari tepat berada di pinggir jalan Raya. Ini balai desa yang sangat paling mudah saya temui selama survey.
Desa Sluke rupanya adalah wilayah yang sejak kecil saya ingin menginjakkan kaki di situ. Citanya, di desa itu ada gunung yang setiap pagi terlihat dari belakang rumah. Gunung itu terlihat jauh di seberang laut.
Sampai di kantor kelurahan Sluke 9:30. Saya swafoto dahulu di depan kantor itu untuk dikirim ke SPV sebagai bukti kalau saya sudah on the spot di lokasi. Ada dua pejabat desa bertugas di depan, mereka sedang menerima tamu dari sebuah marketing ponsel. Saya menunggu sebentar, menunggu gantian untuk melapor dan menjelaskan maksud kedatangan. Petugas di kantor itu menyambut hangat. Mereka menunjukkan saya untuk menemui mbah Modin yang sedang duduk di kursinya. Saya menemui pak Modin untuk meminta daftar RT/RW desa Sluke, dia memberikannya dengan ramah dan baik. Pelayanan yang menurut saya bagus.
Hari senin ini gunakan untuk listing. Saya harus menemui 5 RT terpilih untuk memperoleh daftar KK. Empat RT cukup mudah ditemui. Tetapi ada sebuah RT yang sulit. Sulit karena memang ia sibuk, kalau siang tidak di rumah. Memang menurut pejabat desa di kantor yang saya temui, RT satu itu memang kurang sosial dan paling tidak aktif. Lalu saya kembali ke kantor desa, dan pejabat desa mengantarkan saya ke rumah kader PKK. Ternyata ibu-ibu kader PKK itu juga memegang daftar KK di sebuah RT yang pak RT-nya sibuk itu.
Kesan baik yang ditampilkan pejabat desa Sluke saya acungkan jempol. Saya rasa mereka mengerti bahwa pemerintah adalah pelayan rakyat. Termasuk saya orang asing dari luar daerah pun mendapat pelayanan dan penghormatan. Di kantor itu saya dipersilahkan duduk, diberi minum aqua dan disuguh roti. Sebagaimana di kantor desa, di rumah kepala desa saya juga mendapat perlakuan yang baik, mendapat keterangan yang sangat bermanfaat untuk mengetahui sekilas karakter masyarakat setempat dan petunjuk arah-arah lokasi RT-RT terpilih pada denah desa.
Listing memakan waktu sampai sore, sedangkan di masjid utama desa Sluke yang sedang masa pembangunan hingar-bingar menyambut akan adanya pengajin akbar dalam rangka maulid Nabi SAW. Warga nampak sibuk persiapan pengajian itu. Saya memutuskan untuk pulang dan kembali lagi besoknya. Tetapi karena jarak rumah cukup jauh lagi keadaan hujan. Ahirnya memilih untuk menginap di rumah teman. Sebelah selatan pintu masuk Pantai Dampo Awang sekitar 500 meter. Sebelum sampai kesitu, saya maghriban di masjid Agung Lasem dan istirahat di masjid sampai jam 21.00. Sampai di rumah jam 22.00, langsung makan dan lanjut ke warung kopi. Pulang jam 1 dini hari lalu tidur.
Hari berikutnya saya ketemu dengan ketua RT 1 RW 1. Kedatangan saya dicurigai. Ada apa mas? sahutnya setelah saya mengetuk pintu depan. Ini pak, Saya kemarin dari kelurahan dan meminta daftar KK di RT bapak, saya dari lembaga survey dari Jogja yang bertugas di desa ini. saya ditanyai surat tugas. Hampir saja diinterogasi, tapi beruntunglah setelah membaca surat tugas saya dia menjadi lunak.
Pak RT ini berlaku keras pada orang asing. Ia waspada terhadap penipuan yang baru saja dialami oleh warganya. Belum ada seminggu berlalu, beberepa orang asing yang mengaku dari PLN mengharuskan warga membeli tutup tabung gas seharga Rp. 25.000 per biji. Pak RT menganggap mereka melakukan penipuan dengan menjual barang seharga 5.000 dengan alasan dari PLN menaikkan harga berkali-kali lipat. Ia juga menyangsikan ijin dari kelurahan kadang-kadang tidak teliti sehingga RT yang lagsung bersinggungan dengan warga harus selektif. Kalau ada apa-apa kan yang disalahkan RT.
Terkait dengan responden yang saya temui, dari 5 laki-laki dan 5 perempuan ada dua yang berkesan. Pertama, Di RT 1, rumah paling pojok yang banyak gazebo dan patung-patung unik. Pak Dul dengan rambut gondrong sedang ngobrol bersama teman-temannya di beranda dengan lampu yang sengaja tidak dinyalakan. Saya datangi kerumunan gelap itu. Pemilik rumah lalu menyuruh anak buahnya menyalakan lampu. Saya bilang ingin ketemu dengan istri bapak untuk diwawancara sebentar. Kenapa nggak sama saya aja mas? Tananya. Saya jelaskan kalau pemilihan responden ini sesuai metodologi penelitian. Beruntunglah dia mengerti dan memanggilkan istrinya.
Selanjutnya responden yang rumahnya persis di samping utara pak RT yang meminta surat tugas saya. Pas saya bertamu hanya ada istrinya di rumah, ia sedang ke warung. Lalu saya dipersilahkan masuk menunggu di dalam sementara istrinya pergi ke warung untuk memberitahu. Sebelum istrinya balik, tiba-tiba muncul dari balik pintu sosok besar dan hitam, sambil suaranya kencang : “Ada apa mas, mana surat tugasnya? Kaget saya mendengar suaranya. Sebelum saya selesai menjawab dia menyusuli: Seharusnya Anda tidak datang malam-malam gini!
Alamat ditolak. Di benak saya sudah merasa tidak nyaman ini nantinya. Tetapi saya coba dengan meyakinkan kedatangan saya bukan untuk macam-macam. Saya taruh berkas-berkas saya di meja, dan berusaha bicara dengan apa adanya. Orang hitam itu masih galak dan susah mencair. Lebih-lebih ngakunya orang Flores. Saya percaya saja melihat tekstur wajahnya. Dengan perawakan hitam dan keras itu ia telah berhasil menakuti saya. Saya luput satu hal: bahwa namanya di daftar KK adalah Reno Basuki, itu artinya tidak mungkin dia orang Flores.
Sampai ahirnya wawancara hampir selesai, lelaki yang bekerja di PLTU itu menjadi hangat. Ia meminta istrinya untuk membuatkan kopi setelah tahu kalau saya akan pulang dengan jarak yang cukup jauh. Ia tahu kalau saya akan melewati perjalanan malam yang dingin. Ia bahkan menjadi baik dengan nasehat dan pesan supaya saya hati-hati, eling dan waspada selama di perjalanan. Eling maksudnya selalu mengingat Allah agar tidak menjadi sasaran bagi pengaruh jahat mahkluk halus, dan waspada dari gangguan-gangguan kejahatan yang berasal dari manusia. 
Dari pengalaman berbincang-bincang lepas dengan beberapa warga di desa perbatasan Jateng-Jatim ini, warga kurang familiar pada tokoh-tokoh politik di Jawa Tegah. Banyak yang tidak tahu peran dan kiprah gubernur incumbent. Untuk ke dapan, warga nyaris tidak punya gambaran dari nama-nama calon yang saya sebutkan. Bagi warga setempat, pemilihan gubernur bukan suatu pesta demokrasi dan tidak menimbulkan greget perubahan di level paling bawah.

Jgj, 14-1-2017




post by student


Tidak ada komentar:

Alam Pikir Orang Kita

Aktivitas paling tidak di hargai di sini, salah satunya adalah berpikir. Maka jangan sekali-kali mempertontonkan hal itu di depan umum! Me...