Sabtu, 09 Desember 2017

TERBAKAR CEMBURU by Alkanjawi

TERBAKAR CEMBURU
byAlkanjawi

Jeda karena jarak rupanya telah mengikis kesetiaan. Diam-diam, hati menumpuk cemburu menjejali dada. Seperti gunung sekam. Nika menunggu sebuah pertemuan perang melawan pernyataan-pernyataan. Semua prasangka jadi tenaga. Kata-kata jadi senjata. Bayang wajah amat menyakitkan. Satu kata keluar dari mulut musuh adalah percik api yang menyulut sekam.
Nika sudah kehabisan energi kesabaran. Cinta yang pernah berbunga menjadi taruhan. Hari-demi hari hubungan runyam. Sudah satu minggu Canaren cuek membalas chat Nika. Semakin murka jika ingat saat memeriksa smartphone, ia melihat Canaren bisa begitu hangat dengan perempuan yang tak lain adalah temannya. Nika menelisik semua medsos, riwayat penggilan telepon, dan galeri. Otaknya semkin mendidih.
Kecurigaan, kalau dituruti akan berujung pada dua pilihan: menang atau menyesal.
Di sebuah sudut teras, malam itu, Nika menghadapi Canaren. Di tengah mereka meja kerap goyah karena pijakan tidak rata.
“Jangan berkata apa-apa dulu.” Kata Canaren.
Seakan persetan dengan cinta. Nika matanya melotot, tangannya geram dan suaranya tinggi, Ia menghardik Canaren tepat di depan muka. Amarah tidak terkontrol. Otot kendali di lehernya putus. Kata-kata menyemprot dari kerongkongan. Perempuan yang dibakar cemburu melampiaskan niat menghabisi lelakinya dengan amukan yang berkobar-kobar.
Sungguh tiada yang telah keluar dari mulut orang marah kecuali keburukan.
“…. Pokoknya aku ingin mas jujur. Mas ada perasaan ato gak sama si Dista!”
Hanya kata terahir itu didengar Canaren.
Selain katanya sendiri yang telah patah, Canaren tak berkata lagi. Ia membisu. Tangannya erat menggeggam tangan Nika. Canaren menjatuhkan pandangannya ke dalam gelas-gelas merah. Ia tidak kemana-mana. Ia menunggu sesuatu yang sangat penting terjadi Sesuatu yang rasanya begitu lama dinantikan: Diamnya Nika.
Perang seperti berat sebelah. Nika memojokkan lawan. Kata-kata terus menhunjam tiada henti. Sekalian kita tuntaskan malam ini. Luka bisa sembuh, tapi kecewa takan termaafkan.
“ Kalau memang gini sudahi saja. Dan, aku tahu kelakuan mas itu sebenarnya kayak apa?”
Kata-kata pamungkas yang dilempar keras. Nika menyebut Canaren begitu hina dan laknat. Tiada belas ia menjerumuskan lelakinya di benci oleh masa depan. Pembunuhan optimisme yang begitu kejam! Kata-kata itu belati telah menikam jantung ketulusan.
Tetapi, kesabaran adalah perisai yang tak mungkin tembus musibah apapun.
Sepasang tali mulai belajar mengikat. Di jalan mereka tempuh misteri dan seribu kemungkinan. Sekali-kali membahayakan. Kadangkala satu di antara mereka tersandung masalah dan terjatuh dalam kecewa yang tidak cukup disembuhkan air mata.
Namun jika suatu saat keduanya jatuh bersama, mungkin hanya dengan membunuh emosi kesetiaan bangkit lagi.

 Jgj 10 dec 17





oste by student 

Tidak ada komentar:

Alam Pikir Orang Kita

Aktivitas paling tidak di hargai di sini, salah satunya adalah berpikir. Maka jangan sekali-kali mempertontonkan hal itu di depan umum! Me...