Sabtu, 04 Juni 2016

Kepribadian Nomor Satu

Kepribadian Nomor Satu
by Alkanjawi

Untuk urusan perkenal-mengenalan sesama manusia, dan sebelum lebih jauh pada kata “menilai”, alangkah lebih baik kita mesti melihat segala sesuatunya berdasarkan kepribadian.

Menilai seseorang dalam suatu perkenalan memabng bukan perkara mudah, apalagi kalau anda tidak terbiasa menilai ke dalam diri. Tetapi kalau Anda memiliki kemampuan khusus untuk itu, sekali saja bertemu seseorang, menilainya sudah barang tentu mudah, dan berlanjut pada kritik atau saran atau apresiasi apapun. Terkait kemampuan khusus ini, orang-orang yang telah mengetahui dirinya sendiri dialah yang bisa melakukan.

Saya pribadi bukan bagian “orang pintar” yang tahu idealitas di balik realitas seseorang, melainkan baru pada tahap memasuki, mencoba menekuni, dan laku tapa pada journey ke dalam luasnya diri. Apa yang saya cari? Dalam perjalanan, rumus utama yang harus diterapkan adalah menentukan tujuan. Saya bertujuan menemukan ruang dan masa tak berbatas sehingga ketika saya menjumpai diri saya di dalam ruang itu, maka tidak ada yang lain kutemukan kecuali keserba-terbatasan sendiri. Mengapa batas? Karena hakikatnya kita semua adalah makhluk yang hanya mampu hidup dengan adanya batasan. Kita akan rusak, hancur dan celaka bila melanggar batasan-batasan.

Kemudaian, saya yakin kepada Tuhan sang pencipta, menciptakan manusia adalah untuk manusia itu sendiri. Dan, bila mungkin pertanyaan berlanjut: kenapa mesti manusia? Jawabannya, karena manusia adalah semesta ciptaan yang di dalam dirinya ditanam potensi menjadi kekasih. Dalam mencapai tingkat pada posisi kekasih ini, Tuhan sendiri mungkin akan senang mencoba-coba, meguji untuk sebuah kelayakan seorang pribadi menjadi abadi di sisinya.

Dalam kemanusiaan sendiri, banyak sekali unsur-unsur yang mengisi dan meliputinya, Ibarat lingkaran, proporsi utama yang memenuhi manusia sebenarnya adalah Allah. Namun, sebab-sebab lain bisa mungkin masuk dan mengebaki lingkaran kemanusiaan itu, termasuk iblis. Secara fisik. Meskipun manusia diciptakan dengan bentuk yang paling baik, tetapi seorang manusia adalah setitik debu yang hidup dari kumpulan daging dan tulang. Poisi manusia adalah menempel di permukaan bumi. Manusia sekecil ini dilekati oleh daya tarik bumi, sehingga mereka aman dan tidak terpental keluar dari peredaran, ketentuan-ketentuan, dan waktu yang semuanya telah di tetapkan Tuhan.

Substansi dan posisi yang memenuhi kemanusiaan itu, merupakan bahan utama dalam menemukan jalan menemukan hakikat diri. Di situ pula letak kesadaran yang menuntut untuk ditemukan. Pertanyaan akan siapa sebenarnya pribadi yang akan mengisi ruang alam semesta dari manusia yang hanya sekecil debu, akan terjawab sebagai wujud yang harus disadari secara total. Bila kelak di kemudian hari, manusia telah menghadap Tuhan, maka yang dilihat, dinilai, diterima Tuhan adalah ketakawaan yang mana tidak lain itu adalah segala perilaku yang melekat pada kepribadian manusia.

Sesungguhnya kepribadian diri manusia merupakan dasar kepribadian paling fundamental untuk realitas yang meruanglingkupinya. Pada ahirnya, kepribadian desa, kepribadian bangsa, kepribadian negara, kepribadian dunia, dan kepribadian alam semesta baik buruknya tergantung dengan kerpribadian manusia itu sendiri.

Alkanjawi, 4 June 2016.





post by studen  

Tidak ada komentar:

Alam Pikir Orang Kita

Aktivitas paling tidak di hargai di sini, salah satunya adalah berpikir. Maka jangan sekali-kali mempertontonkan hal itu di depan umum! Me...